Saat ini tengah dilakukan kajian apakah di lokasi itu memungkinkan pembangunan flyover atau underpass.
"Kita sedang kaji juga apakah memungkinkan dibangun flyover atau underpass di situ, tapi yang penting sekarang kita tutup dulu," kata Direktur Utama PT Moda Integrasi dan Transportasi Jabodetabek (MITJ) Tuhiyat kepada Kompas.com, Senin (30/11/2020).
Menurut Tuhiyat, penutupan jalur sebidang ini merupakan salah satu bagian dari penataan kawasan Stasiun Palmerah tahap dua.
Dengan penutupan ini, diharapkan bisa menghilangkan kemacetan dan kesemrawutan yang kerap kali muncul.
Selain itu, juga untuk mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas.
Di saat bersamaan, penataan tahap dua ini juga akan meliputi pembangunan selter untuk bus Transjakarta, angkot, dan ojek online (ojol).
Melalui penataan ini, diharapkan Stasiun Palmerah bisa terintegrasi dengan moda transportasi lain, dan pada saat bersamaan tak lagi terjadi kemacetan di kawasan tersebut.
Namun, dengan penutupan jalur sebidang ini, kendaraan dari arah Senayan tak bisa lagi belok kanan ke arah Tanah Abang atau lurus ke arah Pasar Palmerah.
Oleh karena itu, pembangunan underpass atau flyover juga tengah dikaji sebagai solusi jangka panjang.
Menurut dia, hasil kajian baru akan keluar pada Februari 2021 mendatang. Kajian tak hanya dilakukan untuk pelintasan sebidang di Stasiun Palmerah, tetapi juga sejumlah kawasan lain.
"Nanti akan ditetapkan pelintasan sebidang mana yang ditutup permanen tanpa flyover dan underpass, dan mana yang bisa dibangun flyover atau underpass," katanya.
Selter
Sebagian lahan Gedung DPR yang terletak persis di seberang Stasiun Palmerah, Gelora, Jakarta Pusat, akan diubah menjadi selter bus, angkot, dan ojol.
Ini akan menjadi bagian dari penataan Stasiun Palmerah tahap dua yang kini mulai dikerjakan.
Tuhiyat mengatakan, pihaknya sudah mendapat persetujuan untuk menggunakan sebagian lahan milik DPR itu.
"Yang dari arah Manggala Wanabakti nanti kita minta lahannya DPR, jadi nanti ada coak untuk bus Transjakarta, angkot, dan ojek online bisa masuk ke coak itu," kata Tuhiyat.
"Dengan catatan, bus dan angkot bukan untuk stay ya, hanya drop off dan pick up saja," katanya.
Selama ini, keberadaan bus Transjakarta, taksi, dan ojol memang kerap membuat kemacetan di area sekitar Stasiun Palmerah.
Kemacetan biasanya terjadi saat jam berangkat kerja dan pulang kerja.
Namun, di sisi lain, keberadaan bus, taksi, dan ojol itu dibutuhkan pengguna KRL yang hendak melanjutkan perjalanan.
Oleh karena itu, selter ini disediakan untuk membuat Stasiun Palmerah lebih terintegrasi dengan mode transportasi lain, dan pada saat bersamaan bisa mengurai kemacetan.
Meski demikian, selter serupa tak bisa dibangun di bagian jalan yang mengarah ke Tanah Abang/Slipi.
Sebab, di area pasar Palmerah itu belum ada pemilik lahan yang bersedia melepas lahannya.
"Lahannya memang susah yang di situ. Tapi kita lagi usaha, kalau DPR kita sudah berhasil, pasti bisa. Yang sebelah sana masih berjuang," kata Tuhiyat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/30/14082611/pelintasan-ka-sebidang-di-palmerah-ditutup-permanen-pembangunan-flyover
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan