Namun, perayaan Tahun Baru ketika itu masih tetap gegap gempit digelar di berbagai titik di ibu kota. Usai tengah malam, warga kembali ke rumah dan beristirahat.
Tanpa disangka, pagi harinya, warga dikejutkan dengan bencana yang sudah di depan mata.
Masyarakat bukan hanya dipusingkan dengan tingginya genangan air di sekitar rumah mereka, tetapi juga mengalami krisis listrik, air, dan mobilitas.
Akibat banjir, Perusahaan Listrik Negara (PLN) memadamkan listrik selama sekitar satu hari guna menghindari terjadinya korsleting.
Sementara luapan banjir membuat transportasi umum Jabodetabek seperti Commuter Line dan Bus TransJakarta tidak beroperasi di beberapa rute.
Berikut rangkuman dari berita banjir di Tahun Baru 2020 yang melumpuhkan Jabodetabek.
Curah Hujan Ekstrem di Pergantian Tahun
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat itu mencatat curah hujan ekstrem yang mencapai hingga 377 milimeter (mm) terjadi sejak Selasa sore sebagai penyebab utama banjir.
Angka tersebut merupakan curah hujan tertinggi yang menerpa wilayah Jabodetabek. Tercatat, rekor sebelumnya terjadi pada 2007 yang mencapai 340 mm per hari.
Aktivitas Warga Lumpuh
Sejumlah pemukiman penduduk dan ruas jalan praktis terendam banjir dengan ketinggian setidaknya 30 cm hingga ratusan sentimeter.
Ribuan warga pun harus mengungsi dikarenakan rumah mereka terendam banjir.
Warga yang tertahan di rumah masing-masing juga mengalami kendala seperti pemadaman listrik selama sekitar satu hari di 724 wilayah.
Mereka juga krisis air bersih karena jaringan perpipaan milik PT Palyja dan Aetra sempat terputus.
Tak hanya itu, ruang gerak warga juga terbatas karena lumpuhnya transportasi umum seperti KRL dan Transjakarta.
Bahkan, penerbangan di bandara Halim Perdanakusuma juga terpaksa dibatalkan akibat landasan tergenang banjir.
Korban Jiwa
Lebih tragis, banjir tak hanya menyebabkan banyak warga harus mengungsi, tapi juga menelan korban jiwa.
Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mencatat bahwa ada sembilan orang meninggal dunia karena banjir.
"Dari data yang berhasil dihimpun oleh BNPB dari berbagai sumber, menemukan ada 9 korban meninggal dunia karena bencana banjir dan tanah longsor," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB, Agus Wibowo.
Dari sembilan korban jiwa, tiga orang dari wilayah Cipinang, Jakarta Timur, tiga dari Cinere, Depok. Dua orang merupakan warga Bogor dan sisanya dari Kemayoran, Jakarta Pusat.
Air Lama Surut
Air yang merendam Jabodetabek membutuhkan waktu lama untuk surut. Bahkan, kondisi masih sama di sejumlah tempat sekitar dua minggu setelah Tahun Baru.
Mall Taman Anggrek di Jakarta Barat dan Mall Cipinang Indah di Jakarta Timur contohnya. Hingga 13 Januari, area basement masih terendam banjir.
Banjir Jilid 2
Berselang 1,5 bulan kemudian, Jakarta kembali diterjang masalah banjir cukup parah. Pada 24 Februari, akibat hujan ekstrem, sejumlah kawasan tergenang air cukup tinggi.
Seperti di Tahun Baru, banjir juga melumpuhkan aktivitas warga. Tercatat, setidaknya 294 RW Terendam banjir. Akibatnya, lebih dari 3.500 jiwa harus mengungsi.
Akibat banjir jilid kedua tahun ini, sebanyak 243 warga Jakarta mengajukan gugatan melawan hukum yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Senin (13/1/2020).
Mereka melaporkan Anies sebagai gubernur dinilai lalai menjalankan tugasnya.
Sebab tidak adanya informasi dini terkait banjir dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kepada masyarakat khususnya daerah kawasan yang di bantaran kali Ciliwung.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/17/14185951/kaleidoskop-2020-banjir-di-tahun-baru-jakarta-lumpuh-dan-gelap-gulita