Salin Artikel

Minim Informasi Jadi Salah Satu Penyebab Antrean Panjang Rapid Test Antigen di Bandara Soetta

Terkini, berdasarkan pantauan Kompas.com, antrean tetap terjadi di layanan rapid test antigen di Shelter Kelayang, Terminal 2 Bandara Soetta, Selasa (22/12/2020).

Antrean tersebut sebagai imbas dari dikeluarkannya Surat Edaran dari Satuan Gugus Tugas (Satgas) Covid dan Kementerian Perhubungan.

Berikut berbagai alasan yang menyebabkan antrean panjang rapid test antigen di Bandara Soetta beberapa hari terakhir.

Dua Surat Edaran

Satgas Penanganan Covid-19 mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Orang Selama Libur Hari Raya Natal dan Menyambut Tahun Baru 2021 dalam Masa Pandemi Covid-19 pada Sabtu (19/12/2020).

Kemudian, Kementerian Perhubungan juga mengeluarkan surat edaran Nomor 23 Tahun 2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang dengan Transportasi Perkeretaapian Selama Masa Natal Tahun 2020 dan Tahun Baru 2021 dalam Masa Pandemi Covid-19.

Kedua SE tersebut mengatur berbagai aturan serupa. Misalnya, kewajiban membawa hasil negatif rapid test antigen bagi pelaku perjalanan antarkota dan antarprovinsi di Pulau Jawa, terutama via udara (pesawat).

Hasil rapid test antigen tersebut maksimal digunakan tiga hari sebelum keberangkatan sebagai syarat perjalanan yang dimaksud.

Bedanya, bila SE Satgas berlaku mulai 19 Desember, SE Kemenhub mulai 22 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021.

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandara Soetta Darmawali Handoko mengungkapkan beredarnya dua SE tersebut dalam wawancara kepada Radio Sonora, Senin (21/12/2020).

"Ini ada dua edaran sebenarnya. Pertama, Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 dari Satgas Covid yang seharusnya sudah diberlakukan untuk pemeriksaan antigen. Ini sudah ditetapkan pada 18 Desember dan harusnya dilaksanakan sejak Surat Edaran," kata Darmawali.

"Tapi, saya juga baru dapat Surat Edaran dari Kementerian Perhubungan Nomor 22 Tahun 2020. Isinya sama dengan Satgas Covid, tapi baru berlaku per 22 Desember 2020 sampai 8 Januari 2021," lanjut Darmawali.

Atas dasar Surat Kementerian Perhubungan, Darmawali lantas memerintahkan ke bagian validasi surat keterangan tes kesehatan untuk masih memberlakukan rapid test antibodi pada Senin lalu.

Kendati demikian, informasi tersebut diduga masih simpang-siur sehingga layanan kesehatan di Bandara Soekarno-Hatta membeludak oleh penumpang dua hari yang lalu.

Input Data

Pada Senin, salah satu petugas Bandara Soekarno-Hatta yang tak mau disebutkan namanya membeberkan satu masalah yang menyebabkan antrean mengular di layanan rapid test antigen kala itu.

Menurutnya, hal itu karena petugas harus memasukkan data diri setiap orang yang hendak melakukan rapid test antigen harus dicatat di komputer.

Hal ini merupakan sistem baru yang diterapkan di tempat tes ini.

"Jadi sebelum tiap orang dites, itu petugasnya meng-input dulu data diri masing-masing orangnya," ujar dia.

Sebelum Senin, data diri setiap orang yang hendak melakukan rapid test antigen dicatat secara manual oleh petugas di sebuah buku atau kertas.

Karena pembaruan sistem, pencatatan diri dilakukan melalui sebuah komputer.

"Sistem ini baru banget ada hari ini," ujar dia.

"Kalau yang nunggu hasil tes itu mungkin lama karena harus nunggu print out. Tapi, ini mendingan, karena PC (komputer) di tempat petugas yang mencetak hasil tes ditambah sekitar dua buah (total ada dua laptop)," paparnya.

Pihak kepolisian yang berjaga sampai turut membantu petugas Bandara Soekarno-Hatta untuk membagikan hasil tes agar proses yang terjadi berlangsung lebih cepat.

Penumpang Minim Informasi

Pada Selasa, antrean panjang juga masih terjadi di layanan rapid test antigen Bandara Soetta kendati terpantau lebih teratur.

Hal itu masih terjadi dikarenakan sejumlah calon penumpang kurang mendapat informasi terkait aturan perjalanan selama libur Natal dan Tahun Baru.

Banyak calon penumpang pesawat masih membawa hasil rapid test antibodi sebagai syarat melakukan perjalanan.

Mereka tidak tahu bahwa hasil rapid test antibodi sudah tidak berlaku.

Seorang calon penumpang yang masih membawa hasil rapid test antibodi, Putri, mengaku dirinya beserta suami dan adik kandungnya tidak mengetahui aturan baru yang berlaku.

"Pas saya datang di bandara ini jam 06.30, saya kaget ternyata rapid test antibodi saya sudah enggak berlaku, makanya saya langsung saja rapid test antigen di sini," ujar Putri di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa.

Putri hendak bertolak ke Banjarmasin bersama suami, adik, dan tiga anaknya.

Hasil rapid test antibodi milik ketiga anaknya diterima, sedangkan milik Putri, suami, dan adik kandungnya ditolak.

Putri mengaku ia menerima surat elektronik atau e-mail dari pihak maskapai soal jadwal penerbangan yang dimajukan. Namun, tidak ada informasi soal kewajiban rapid test antigen.

"Seharusnya, pihak maskapai mengingatkan lagi penumpang masing-masing kalau harus pakai rapid test antigen. Selain kasih tahu jadwal dimajukan, apa susahnya kan kasih tahu wajib rapid test antigen," kata dia.

Penumpang lain, Firmansyah, mengalami hal serupa. Pria yang hendak ke Surabaya ini menjelaskan, hasil rapid test antibodi miliknya ditolak oleh petugas bandara.

"Pas saya tadi masuk terminal 1, rapid test antibodi saya ditolak. Saya disuruh buat (rapid) test antigen," ucapnya.

Firmansyah mengaku lupa mengecek syarat terbaru untuk melakukan perjalanan menggunakan pesawat. Sebab, ia sibuk dengan berbagai kegiatan pribadinya.

"Belum lagi saya harus bawa keponakan, jadi kemarin lupa mengecek syarat berangkat naik pesawat," tutur dia.

Firmansyah akhirnya mengantre untuk melakukan rapid test antigen di Bandara Soekarno-Hatta.

Harga Murah

Alasan terakhir dari ramainya minat rapid test antigen di Bandara Soekarno-Hatta adalah harga yang terjangkau.

Pihak bandara mematok biaya sebesar Rp 200.000 untuk rapid test antigen. Harga ini lebih murah dari sebelumnya, yaitu Rp 385.000.

Murahnya harga tes rapid antigen ini menjadi alasan sejumlah penumpang memilih Bandara Soetta untuk mendapatkan hasil pemeriksaan.

Salah satu penumpang pesawat, M Anis Shafwan mengaku, dirinya bersama dengan sang adik memang sengaja melakukan rapid test antigen di Shelter Kalayang Terminal 2 itu.

"Di sini lebih murah, hanya Rp 200.000 saja," ujar pria yang hendak bertolak ke Medan ini, Senin siang.

Ia mengatakan, mengantre cukup lama tidak menjadi masalah karena memang biayanya yang murah.

"Mengantre sebentar buat saya tidak apa-apa. Karena pesawat saya juga masih lama. Jam 4 (sore) nanti," pungkasnya.

Serupa dengan Anis, Handoko mengaku melakukan rapid test antigen di bandara karena lebih mudah dan murah.

"Ini saya bawa anak kecil dua orang. Biar enggak repot tes di tempat lain sambil bawa anak, ya sekalian aja saya tes di sini sambil menunggu pesawat," urai pria yang hendak menuju Padang ini.

Perihal harga, menurut dia, harga Rapid Tes Antigen di bandara ini juga lebih murah dari pada tempat lainnya.

"Saya harus membayar untuk tiga orang. Di tempat lain, saya harus bayar hampir Rp 1.000.000. Tapi, kalau di sini cuma bayar Rp 600.000," bebernya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/23/06365581/minim-informasi-jadi-salah-satu-penyebab-antrean-panjang-rapid-test

Terkini Lainnya

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Megapolitan
Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Megapolitan
4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Megapolitan
Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke