JAKARTA, KOMPAS.com - Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, harga tahu dan tempe di Jakarta naik 5-8 persen.
"Hari ini memang benar ada penyesuaian harga dari kawan-kawan (produsen tahu-tempe)," ujar Suharini saat dihubungi melalui telepon, Senin (4/1/2021).
Suharini menjelaskan, harga tahu dan tempe naik karena harga bahan baku berupa kedelai juga naik.
"Kalau teman-teman sendiri memang kami paham, begitu bahan bakunya tinggi, ongkos produksinya lebih tinggi, pasti ongkos produksi tinggi pasti ke depan harga (tahu-tempe) akan dinaikan," ucap Suharini.
Dia mengatakan, di pasar lokal, kenaikan harga tempe bisa mencapai 10 persen dari harga normal sebelum aksi mogok produksi oleh produsen tempe.
Untuk itu, lanjut Suharini, DKPKP DKI Jakarta berkoordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian RI agar bisa segera menstabilkan harga bahan pokok untuk pembuatan kedelai.
"Kami melakukan koordinasi dengan BKP untuk stok ketersediaan, karena memang produksi (kedelai) Indonesia sendiri ada, tapi memang harus butuh impor dari negara lain," tutur dia.
Sebelumnya, aksi mogok produksi yang diserukan Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta berlangsung selama tiga hari, terhitung 1-3 Januari 2021.
Aksi mogok ini merupakan bentuk protes produsen tempe dan tahu atas harga bahan baku kedelai yang terus naik.
Mereka sepakat menghentikan produksi untuk kemudian kompak menaikkan harga ketika beroperasi kembali.
Puskopti DKI Jakarta mengeklaim, ada sekitar 5.000 UKM produsen tahu dan tempe yang mereka naungi.
"Mulai aktivitas jualan lagi malam Senin tanggal 3 Januari 2021 dan seterusnya normal kembali dengan harga tempe-tahu sudah naik minimal 20 persen, maksimal 30 persen," kata Sekretaris Puskopti DKI Jakarta Handoko Mulyo.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/04/16002841/kembali-diproduksi-harga-tahu-dan-tempe-di-jakarta-naik-5-8-persen