JAKARTA, KOMPAS.com - Pada 14 Januari 2016, tepat lima tahun lalu, Aiptu Denny Mahieu menjadi salah satu korban ledakan bom Thamrin, Sarinah, Jakarta Pusat.
Saat itu, Denny sedang bertugas mengatur lalu lintas di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Ledakan pertama dalam rangkaian teror itu terjadi di gerai Starbucks.
Denny pun berhenti di pos polisi yang terletak di tengah perempatan Sarinah untuk memantau situasi. Namun, sebuah bom lainnya meledak di pos polisi itu.
Bom itu mengenai Denny dan sejumlah warga sipil.
Denny mengalami luka parah di bagian telinga kanan dan sebagian wajah, serta di lengan dan kaki kanan.
Namun, ia selamat dari peristiwa itu.
Denny Mahieu kini
Lima tahun setelah peristiwa itu berlalu, Denny masih bertugas sebagai anggota kepolisian.
Dia sudah berpangkat Iptu dan kini bertugas di Kantor Sub Direktorat Penegakan Hukum Kecelakaan Lalu Lintas Polda Metro Jaya.
Denny tersenyum ramah saat ditemui Kompas.com di kantornya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (13/11/2021) kemarin.
Tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah mengalami peristiwa mencekam yang hampir merenggut nyawanya.
"Saya memang sudah tidak trauma. Bagi saya ini takdir dari Allah," kata Denny.
Meski tak lagi mengalami trauma secara psikologis tetapi bekas luka akibat ledakan bom itu masih menempel di badan Denny. Ia mengaku kerap merasa nyeri di lengan kanan dan kaki kanannya. Namun ia tak terlalu memusingkan rasa sakit itu.
"Kalau dibilang nyeri, nyeri, semutan ya semutan. Hampir tiap jam. Cuma yang penting pikiran saya, tidak usah terlalu dirasakan," kata dia.
Tak hanya itu, pendengaran di telinga kanan Denny juga terkadang masih terganggu akibat terkena ledakan bom.
Memaafkan Pelaku
Meski luka bekas ledakan bom masih menempel di tubuhnya, Denny mencoba ikhlas. Baginya, terkena ledakan bom itu adalah takdir dari Allah yang tak bisa dihindari.
Ia bersyukur tidak tewas dalam ledakan tersebut.
"Jadi jangan salahkan siapapun. Termasuk Tuhan jangan disalahkan. Kita bersyukur masih hidup. Karena kata dokter biasanya kalau kena bom itu meninggal. Saya masih hidup ya harus disyukuri," katanya.
Denny juga mencoba ikhlas dengan memaafkan pelaku teror bom itu. Ia merasa tidak perlu lagi menaruh dendam. Toh, sang pelaku akan mendapatkan balasan di akhirat.
"Kita kasih maaf mereka. Cuma kan pelakunya enggak ketemu saya, sudah mati. Itu nanti urusan sama malaikat," katanya.
Denny juga menegaskan akan tetap bertugas di kepolisian sampai akhirnya dia pensiun 5 tahun lagi. Ia mengaku tak gentar jika suatu hari akan menghadapi peristiwa teror lagi.
"Kami mah kalau ada lagi hadapin aja. Saya bawa senjata kemana-mana. Kami sudah tahu rasanya kok kena bom, untuk apa takut," ujar dia.
21 Korban
Tak hanya Denny yang menjadi korban teror bom di jantung Ibu Kota itu. Total ada 21 orang menjadi korban dalam peristiwa itu. Delapan orang di antaranya meninggal dunia, sisanya luka-luka. Empat dari yang meninggal itu merupakan pelaku dan empat orang lainnya merupakan warga sipil yang tidak bersalah.
Polisi kemudian mendeteksi empat tersangka bom Thamrin yang tewas sebagai M Ali selaku koordinator aksi, Dian Juni, Afif alias Sunakim, dan Ahmad Muhazan.
Selain mereka, polisi berhasil mengungkap dalang teror tersebut, yakni Aman Abdurrahman yang juga dikenal sebagai Ketua Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Indonesia.
Saat peristiwa tersebut, Aman merupakan residivis kasus terorisme yang baru bebas usai mendapatkan remisi pada 17 Agustus 2017.
Baru sehari menghirup udara bebas, Aman kembali ditangkap atas kasus bom Thamrin. Aman kemudian dinyatakan bersalah dan divonis mati pada 22 Juni 2018.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/14/12182251/5-tahun-berlalu-korban-bom-thamrin-iptu-denny-mahieu-sudah-maafkan-pelaku