Salin Artikel

5 Hal yang Perlu Diketahui soal GeNose, Mulai dari Harga hingga Tingkat Akurasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mulai 5 Februari 2021 mendatang, pemerintah akan menggunakan alat deteksi Covid-19 melalui embusan napas di layanan transportasi publik, terutama stasiun.

Inovasi yang dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta itu diberi nama GeNose.

Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui tentang GeNose:

Digunakan mulai awal Februari di stasiun

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, GeNose akan segera dipasang di seluruh stasiun kereta api dan akan mulai digunakan 5 Februari 2021.

"Kami rencanakan penggunaannya sudah dimulai pada 5 Februari 2021 pada stasiun kereta api terlebih dahulu, baru kemudian bertahap selanjutnya di bandara," kata Budi, Sabtu (23/1/2021).

Alat seharga Rp 62 juta per unit itu telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020.

Menurut Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Bambang Brodjonegoro, tiap unit GeNose bisa digunakan untuk 100 ribu kali pengujian.

Harga tes Covid-19 menggunakan GeNose

Menurut Menhub Budi, pelaku perjalanan hanya perlu mengeluarkan uang sebanyak Rp 20.000 untuk satu kali tes menggunakan GeNose.

Penggunaan GeNose di stasiun kereta api diharapkan dapat meringankan beban calon penumpang kereta.

"Katakanlah (harga tiket kereta) Jakarta-Bandung Rp 100.000, kalau mesti tes antigen Rp 100.000 lagi kan mahal. Dengan GeNose ini harganya hanya Rp 20.000," ujar Budi.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Kementerian Perhubungan telah memesan 200 unit GeNose untuk 44 titik stasiun kereta api di seluruh Jawa dan Sumatera.

Setelah stasiun kereta api, GeNose rencananya akan digunakan di simpul-simpul transportasi umum lain seperti, bandara, pelabuhan dan terminal.

Selain itu, ke depannya GeNose juga bakal dipasang di fasilitas umum lain, seperti hotel, pusat perbelanjaan, bahkan sampai di tingkat Rukun Tetangga (RT).

Bukan pilihan satu-satunya bagi penumpang kereta api

Berdasarkan Surat Edaran Kementerian Perhubungan No 11 Tahun 2021 yang berlaku 26 Januari-8 Februari 2021, tes GeNose bukan merupakan satu-satunya alternatif pengetesan Covid-19 bagi pelaku perjalanan.

Surat Edaran tersebut mengatur bahwa penumpang kereta api jarak jauh wajib menunjukkan surat keterangan negatif Covid-19 yang bisa didapat melalui tes GeNose, Rapid Test Antigen, maupun tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Adapun surat keterangan hasil negatif Covid-19 dari pemeriksaan GeNose atau Rapid Test Antigen atau PCR tersebut, sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 3x24 jam sebelum jam keberangkatan.

Persyaratan tersebut tidak diwajibkan bagi pelanggan yang berusia di bawah 12 tahun.

“Terkait layanan pemeriksaan GeNose Test di stasiun rencananya akan tersedia secara bertahap mulai 5 Februari 2021. Saat ini masih dalam tahap persiapan bersama pihak UGM dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI),” ujar VP Public Relations PT Kereta Api Indonesia, Joni Martinus, Selasa (26/1/2021).

Cara kerja alat tes

Dilansir dari Kompas.id, GeNose disebut bisa mendeteksi Covid-19 dalam waktu 3 menit.

Berdasarkan penjelasan dari anggota Tim Peneliti UGM, Dian Kesumapramudya Nurputra, GeNose mendeteksi pola dari volatile organic compounds (VOC) atau senyawa organik mudah menguap pada embusan napas seseorang.

Menurutnya aktivitas bakteri atau virus di dalam jaringan tubuh manusia akan menghasilkan VOC yang khas. Pola VOC orang sehat akan berbeda dengan orang sakit.

Begitu pula dengan orang yang terinfeksi Covid-19, ia akan menunjukkan pola VOC tersendiri yang berbeda dari VOC orang sehat maupun orang dengan penyakit lain.

“Orang sehat akan memiliki pola VOC tertentu. Orang sakit pneunomia, TB (tuberkulosis), dan Covid-19 akan menghasilkan VOC yang berbeda,” ungkap dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM tersebut Desember lalu.

Untuk membaca atau menganalisis pola VOC, GeNose dilengkapi dengan sistem artificial intelligence atau kecerdasan buatan.

“Pola ini secara kasat mata mungkin akan sulit untuk dilihat. Makanya kami menggunakan artificial intelligence dengan algoritma-algoritma tertentu untuk membaca pola VOC,” tutur Dian.

Tingkat akurasi tes

Dalam uji validasi yang dilakukan oleh Tim Peneliti UGM, diperoleh kesimpulan bahwa GeNose memiliki akurasi hingga 97 persen.

Uji validasi dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) serta Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro, Bantul, DIY.

Sebanyak 615 sampel napas diperiksa dalam uji validasi tersebut, yang mana 382 di antaranya merupakan sampel napas penderita Covid-19.

Usai uji validasi tersebut, Tim Peneliti UGM kemudian melakukan uji diagnostik dengan jumlah sampel yang lebih besar di delapan rumah sakit di Indonesia.

Dilakukan penelitian terhadap embusan napas dari 1.476 orang di rumah sakit dan 523 orang di luar rumah sakit. Hasilnya, tingkat akurasi GeNose mencapai 93 persen.

Alat GeNose yang per unitnya dipatok dengan harga Rp 62 juta disebut bisa mendeteksi Covid-19 dalam waktu 3 menit. Tiap unit GeNose dapat melakukan sekitar 120 pemeriksaan per hari.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/27/07195391/5-hal-yang-perlu-diketahui-soal-genose-mulai-dari-harga-hingga-tingkat

Terkini Lainnya

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke