Salin Artikel

"Setiabudi 13", Kasus Mutilasi 40 Tahun Lalu yang Tak Terpecahkan hingga Kini

Dilansir dari Harian Kompas, sejumlah petugas keamanan yang pertama kali melihat isi kotak tersebut awalnya mengira bahwa potongan daging yang ada di dalamnya merupakan daging sapi.

Namun, mereka seketika terkejut saat melihat tangan manusia juga ikut terbungkus rapi bersama potongan daging yang lain.

Tim dokter dari Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia (LK UI) segera meluncur ke lokasi untuk memeriksa mayat yang terpotong-potong menjadi 13 bagian itu.

Karena 13 potongan tubuh itu ditemukan di Jalan Setiabudi, maka kasus tersebut dikenal luas dengan sebutan "Setiabudi 13".

Ketika tim LK UI tiba di lokasi, sekitar pukul 08.30 WIB, keadaan mayat sudah mulai membusuk. Diperkirakan pembunuhan berlangsung lebih dari sehari sebelumnya.

Potongan tubuh tersebut kemudian dikirim ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), Jakarta Pusat, pada siang harinya untuk proses identifikasi dan pemeriksaan lebih lanjut.

Hasil autopsi

Menurut Mun'im Idries, salah satu ahli forensik RSCM yang memeriksa jenazah korban, si pembunuh tak hanya memotong-motong jasad korban, ia juga menyayat dan mengupas seluruh daging dari tulangnya.

Hampir seluruh daging korban disayat, kecuali bagian pergelangan dan telapak tangan. Wajah dan bagian kepalanya juga masih tampak jelas.

Diduga pemotongan dilakukan menggunakan gergaji besi karena ditemukan bekas gesekan kecil-kecil pada tulang belulang korban.

Dari pemeriksaan yang dilakukan, diperkirakan korban berusia antara 18 hingga 21 tahun, memiliki tinggi 165 sentimeter, tubuh agak gemuk dan tegap, seperti ditulis dalam buku karangan dokter tersebut berjudul Indonesia X-Files.

Beberapa tahi lalat yang bisa menjadi ciri menonjol korban juga ditemukan dan diumumkan ke masyarakat luas. Penyakit korban, yakni lubang kencing yang sangat sempit pada ujung kemaluanya, juga diumumkan.

Mun'im berpendapat bahwa korban "digarap" oleh lebih dari satu orang. Sebab, katanya, mengerat tulang dan mengelupasi mayat bukan pekerjaan mudah.

Beberapa petugas reserse yang dihubungi Kompas menduga, pembunuhan keji tersebut dilatarbelakangi dendam. Mayat korban sengaja diletakkan di tempat ramai agar kabar pembunuhan itu cepat tersiar.

"Si pembunuh merasa puas, dendamnya terbalas", kata petugas reserse yang tidak disebutkan namanya itu.

Hingga tulisan ini diterbitkan, belum ada satupun pihak yang dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas pembunuhan dan mutilasi tersebut.

Bahkan identitas korban juga tidak terungkap meski telah ditemukan banyak petunjuk di tubuh korban.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/03/11374031/setiabudi-13-kasus-mutilasi-40-tahun-lalu-yang-tak-terpecahkan-hingga

Terkini Lainnya

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Megapolitan
Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Megapolitan
Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke