Pasalnya, saat ini Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19, ditambah dengan krisis fasilitas kesehatan di berbagai daerah.
"Boleh merayakan, tapi dengan cara yang berbeda, karena sekarang lagi pandemi, lagi puncak-puncaknya, dan rumah sakit lagi penuh," tutur Pandu saat dihubungi melalui telepon, Rabu (10/2/2021).
Pandu menjelaskan, perayaan Imlek tahun-tahun sebelumnya identik dengan kumpul keluarga, sama seperti lebaran Idul Fitri.
Namun, di tahun ini, kata Pandu, sebaiknya tradisi kumpul keluarga tidak dilakukan karena berisiko ganda, selain tertular, juga akan sulit mendapat pengobatan karena krisis fasilitas kesehatan.
Apabila memang sangat menginginkan adanya acara kumpul keluarga, Pandu menyarankan, sebaiknya acara dilaksanakan di ruangan terbuka untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19.
"Acara keluarga (saat perayaan Imlek) sebaiknya jangan di ruangan tertutup kalau mau ada acara keluarga. Kalau bisa sih enggak usah ada (acara keluarga)," tutur Pandu.
Masalahnya, saat ini banyak warga yang memandang acara kumpul keluarga tidak akan menimbulkan penularan Covid-19.
Padahal, kata Pandu, klaster keluarga saat ini menyumbang paling banyak kasus Covid-19 di Indonesia.
"Jadi walaupun sekarang ada peringatan apa-apa, tapi mereka sangka kalau keluarga ketemu sesama keluarga, maka aman," kata dia.
Adapun terhitung 3-31 Januari 2021, klaster keluarga menyumbang 52 persen kasus Covid-19 di DKI Jakarta.
Sementara itu, per 9 Februari 2021, angka kumulatif kasus Covid-19 di Jakarta mencapai 300.406 kasus.
Dari jumlah tersebut, terdapat 271.573 pasien dinyatakan sembuh, 24.152 pasien dalam perawatan, dan 4.681 korban meninggal dunia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/10/13293111/imlek-di-tengah-pandemi-covid-19-epidemiolog-sarankan-tak-ada-tradisi