Salin Artikel

Lika-liku Barongsai di Indonesia, Tradisi Tionghoa yang Tetap Eksis Setelah Dilarang Orba

Di Tanah Air, tarian tradisional asal Tiongkok itu lebih populer dengan nama Barongsai.

Alunan musik yang megah dan lincahnya para penari dengan kostum singa menghadirkan nuansa ceria dalam menyambut perayaan Imlek, khususnya di Nusantara.

Meriahnya perayaan Tahun Baru Imlek yang lengkap dengan atraksi Barongsai tidak terlepas dari lika-liku perjuangan etnis Tionghoa dan para pegiat untuk menjaga eksistensinya.

Dewan Pakar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Azmi Abubakar menjelaskan, Barongsai menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya dan perayaan bagi entis Tionghoa, termasuk saat Tahun Baru Imlek.

"Jadi kalau kita lihat menjelang imlek aktivitas ini sudah mulai dilakukan oleh orang-orang Tionghoa di berbagai tempat dan itu sudah berlangsung sejak lama," ujar Azmi kepada Kompas.com, Kamis (11/2/2021).

Bagi masyarakat Tionghoa, pertunjukan Barongsai ketika Imlek merupakan tradisi untuk mengusir bala dan aura bersifat negatif pada saat Tahun Baru.

Dengan begitu, diharapkan semakin banyak rejeki datang dan keberhasilan yang bisa diraih pada waktu mendatang.

"Sama kayak makan ikan bandengnya orang Betawi atau Tionghoa. Bandeng itu kan banyak durinya, itu kan perlu kehati-hatian. Itu seperti rintangan, tetapi kekita bisa pilih-pilih, maka nikmat yang masuk," ungkapnya.

Sayangnya, pandemi Covid-19 membuat pertunjukan Barongsai sulit untuk digelar. Perayaan Imlek hanya bisa digelar secara terbatas dengan protokol kesehatan.

Namun, kata Azmi, peniadaan pertunjukan Barongsai tidak mengurangi makna Tahun Baru Imlek yang dirayakan oleh para etnis Tionghoa.

Pembatasan dan larangan itu justru diharapkan membuat masyarakat dan para pegiat Barongsai bisa beradaptasi dengan situasi saat ini untuk menjaga tradisi di tengah Pandemi Covid-19.

"Saya tidak yakin bahkan menyangkal kalau ini mengurangi makna daripada Imlek. Ini kan cobaan alam, ada penyesuaian. Kami mencari cara untuk beradaptasi dengan keadaan," kata Azmi.

Sejarah mencatat, aktivitas Barongsai di Jakarta mulai terlihat pada 1850 silam. Kala itu, gelaran tarian berkostum singa dan naga itu menjadi salah satu pertunjukan rakyat.

Bahkan, pertunjukan Barongsai acapkali menjadi momentum untuk menampilkan seni budaya lokal Tanjidor dan gambang kromong kala itu.

Sampai akhirnya pertunjukan Barongsai dianggap sebagai simbol persatuan dan akulturasi budaya.

"Jadi semua masyarakat mulai dari Bekasi, Kerawang, Depok, Tangerang itu tumpah ruah ke Glodok, Jakarta. Pada saat menjelang imlek, hari H Imlek, sampai Cap Go Meh. Bahkan kemeriahannya bisa berlanjut," ungkap Azmi.

"Nah ini yang kemudian menghidupkan perekonomian, budaya, dan hubungan solidaritas. Jadi kan ada interaksi antar masyarakat," sambungnya.

Jika ditelisik sejarahnya, larangan pertunjukan Barongsai sempat terjadi pada zaman pemerintahan orde baru selama kurang lebih 32 tahun.

Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan etnis Tionghoa dilarang seiring dengan keluarnya titah Presiden Soeharto pada 1967 silam.

Kala itu, Pemerintahan Orde Baru meragukan nasionalisme masyarakat keturunan Tionghoa, sehingga melarang seluruh aktivitasnya.

"Imlek pada masa orde baru kan tidak boleh ya. Termasuk Barongsai itu juga enggak boleh," kata Azmi yang merupakan pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.

Menjaga eksistensi Barongsai

Larangan pertunjukan tarian tradisional etnis Tionghoa tidak langsung membuat Barongsai menghilang begitu saja dari masyarakat.

Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat dan para pegiatnya agar Barongsai yang erat dengan perayaan Tahun Baru Imlek itu tidak lepas dari ingatan masyarakat.

Azmi menceritakan, sekira tahun 1978, para pegiat Barongsai di wilayah Sumatera Utara sempat menggelar pertunjukkan Tari Barong untuk melepas rindu terhadap Barongsai.

Alasannya, ada kemiripan antara Tari Barong asal Bali dengan seni tradisional etnis Tionghoa tersebut.

"Sekitar 1978 akhir, orang-orang di Medan itu untuk mengobati rindu akan hadirnya Barongsai mengunndang Tari Barong dari Bali," kata Azmi.

"Ketika itu dimainkan, pemerintah tidak bisa melarang. Karena ini kan tradisinya orang Bali," Sambungnya.

Tidak diketahui secara pasti berapa kali cara tersebut dilakukan. Namun, Azmi menduga gelaran Tari Barong untuk mengingat kembali keberadaan Barongsai itu dilakukan berulang.

"Kayaknya itu berulang. Setiap perayaan Imlek pasti mereka lakukan. Jadi tidak hilang begitu saja, mereka punya cara untuk menjaga eksistensinya," tuturnya.

Kembali eksis setelah terbelenggu

Setelah sekitar 32 tahun terbelenggu, perayaan Tahun Baru Imlek akhirnya kembali diperbolehkan pemerintah pada 1998-1999 ketika Reformasi bergulir.

Presiden Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 mengenai larangan Tionghoa untuk menggelar seluruh kegiatan.

Kondisi ini membuka kembali keran pertunjukan Barongsai di pesta-pesta rakyat baik dalam rangka hiburan ataupun saat perayaan hari raya tertentu.

Suasana persatuan dan interaksi masyarakat saat menyaksikan Barongsai di pesta-pesta rakyat yang hilang puluhan tahun akhirnya kembali.

"Tahun 1967 sampai akhirnya 2000 Gus Dur mencabut larangan itu. Mereka bisa beraktivitas lagi. Saat itulah mulai cair kembali suasana yang hilang hilang 32 tahun akhirnya kembali," kata Azmi.

Kehadiran kembali pertunjukan Barongsai sampai saat ini pada akhirnya menghadirkan semangat lama untuk membangun persatuan.

Mengingat, tradisi tersebut sudah sejak lama menjadi simbol persatuan masyarakat di Tanah Air.

"Inilah yang terjadi hari ini menurut saya. Kalau dulu rasa persatuannya kuat itu salah satunya disumbang oleh Imlek juga," ucap Azmi.

"Ketika dia hadir dulu sebelum pelarangan, itu menyatukan berbagai komponen masyarakat. Itu nilai penting bagi keberagaman kita bangsa Indonesia," pungkasnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/12/06071861/lika-liku-barongsai-di-indonesia-tradisi-tionghoa-yang-tetap-eksis

Terkini Lainnya

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli di Pilkada 2024?

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli di Pilkada 2024?

Megapolitan
Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Megapolitan
Disnaker DKI Terima Aduan Terhadap 291 Perusahaan Soal Pembayaran THR Lebaran 2024

Disnaker DKI Terima Aduan Terhadap 291 Perusahaan Soal Pembayaran THR Lebaran 2024

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sedang Mengandung Empat Bulan

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sedang Mengandung Empat Bulan

Megapolitan
Pergaulan Buruk Buat Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi karena Konsumsi Narkoba...

Pergaulan Buruk Buat Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi karena Konsumsi Narkoba...

Megapolitan
Pria yang Tewas di Kamar Kontrakan Depok Tinggalkan Surat Tulisan Tangan

Pria yang Tewas di Kamar Kontrakan Depok Tinggalkan Surat Tulisan Tangan

Megapolitan
Pria di Cengkareng Cabuli Anak 5 Tahun, Lecehkan Korban sejak 2022

Pria di Cengkareng Cabuli Anak 5 Tahun, Lecehkan Korban sejak 2022

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Diberi Uang Rp 300.000 untuk Gugurkan Kandungan oleh Kekasihnya

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Diberi Uang Rp 300.000 untuk Gugurkan Kandungan oleh Kekasihnya

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sudah Berpacaran dengan Kekasihnya Selama 3 Tahun

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sudah Berpacaran dengan Kekasihnya Selama 3 Tahun

Megapolitan
Sang Kekasih Bawa Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading ke Jakarta karena Malu

Sang Kekasih Bawa Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading ke Jakarta karena Malu

Megapolitan
Kasus Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading Belum Terungkap Jelas, Polisi: Minim Saksi

Kasus Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading Belum Terungkap Jelas, Polisi: Minim Saksi

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Waspadai Hujan di Pagi Hari

Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Waspadai Hujan di Pagi Hari

Megapolitan
Terbukti Konsumsi Ganja, Chandrika Chika dkk Terancam Empat Tahun Penjara

Terbukti Konsumsi Ganja, Chandrika Chika dkk Terancam Empat Tahun Penjara

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Konsumsi Narkoba Satu Tahun Lebih

Selebgram Chandrika Chika Konsumsi Narkoba Satu Tahun Lebih

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke