Salin Artikel

Mulusnya Akulturasi ala Komunitas Cina Benteng. . .

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak awal abad ke-15, Sungai Cisadene yang membelah Kota Tangerang telah menjadi saksi bisu dari berbaurnya masyarakat Tionghoa daratan dengan warga setempat.

Mereka para peranakan Tionghoa yang tinggal di Tangerang punya sebutan populer yaitu Cina benteng.

Istilah Benteng merujuk pada bangunan yang dibangun Belanda di pinggir Cisadane untuk melindungi diri dari serangan pasukan kesultanan Banten.

Masyarakat Cina Benteng unik dan menarik. Mereka secara turun-temurun berbaur dan menyatu dengan kehidupan dan budaya lokal, tanpa melupakan tradisi leluhur.

Akulturasi budaya

Dalam arsip berita harian Kompas, Budayawan Cina di Tangerang, Oey Tjin Eng, menjelaskan, sebagian peranakan China di Tangerang menyebut diri mereka Cina Benteng.

Tetapi sebagian lainnya, terutama yang tinggal di pedesaan dan perkampungan, menyebut diri mereka Cina Udik.

Kedua kelompok tersebut berbaur dengan kehidupan masyarakat lokal. Meski begitu, mereka tidak melupakan tradisi leluhur dalam menjalani keseharian.

Di setiap rumah, misalnya, masih banyak ditemukan tempat persembahyangan dan meja abu atau altar nenek moyang.

“Mereka masih mengusung tata cara upacara perkawinan dan kematian, serta juga tetap mempertahankan tradisi leluhur seperti merayakan Cap Go Meh (perayaan Tahun Baru Imlek) dengan membuat tiong ciu pia (kue bulan),” ujarnya.

Adapun bentuk akulturasi budaya yang paling khas antara komunitas Cina Benteng dan warga asli Tangerang adalah seni musik gambang keromong.

Kesenian ini sering ditampilkan di setiap pesta perkawinan adat dan juga jamak dipertontonkan di klenteng-klenteng.

Dilansir dari situs jakarta-tourism.go.id, gambang keromong pada mulanya merupakan ekspresi kesenian masyarakat Cina peranakan saja.

Hingga awal abad ke-19, lagu-lagu gambang keromong masih dinyanyikan dalam bahasa Cina.

Baru pada dasawarsa pertama abad ke 20, lagu gambang keromong diciptakan dalam bahasa Betawi.

Sejarah kaum Cina Benteng

Sejarah kaum Cina Benteng sendiri bisa ditelusuri dari pelayaran Laksamana Cheng Ho, seorang penjelajah dari China.

Cheng Ho dalam penjelajahannya melewati dan meninggali tanah Jawa.

Salah satu pemandu tur wisata di Museum Benteng Heritage, Martin, menuturkan Cheng Ho mengutus anak buahnya Tjen Tjie Lung untuk mendarat di Teluk Naga.

Teluk Naga saat ini menjadi salah satu kecamatan di Kota Tangerang.

Rombongan Tjen Tjie Lung lalu bermukin di sana dan berbaur dengan masyarakat setempat. Tidak sedikit dari mereka akhirnya menetap dan menikah dengan masyarakat setempat.

“Mereka inilah yang menjadi nenek moyang Cina Benteng. Mereka semua datang sekitar tahun 1407,” kata Martin kepada Kompas.com.

Kelompok masyarakat Cina Benteng pun semakin berkembang.
Mereka mendirikan lebih banyak perkampungan di beberapa kawasan sekitar Tangerang.

Selain di Teluk Naga mereka juga mendirikan perkampungan di Pasar Baru dan Pasar Lama.

Dahulu, kawasan Pasar Lama lebih mirip perkampungan biasa yang masyarakatnya memang sudah melakukan aktivitas perdagangan.

“Di Pasar Lama mereka membuka lahan. Mereka bertani karena dekat dengan sungai Cisadane. Salah satu buktinya adalah Klenteng Boen Tek Bio yang sudah ada sejak 1684,” ujar Martin.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/12/08050211/mulusnya-akulturasi-ala-komunitas-cina-benteng

Terkini Lainnya

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Megapolitan
Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke