Dua kader tersebut, yaitu Menteri Sosial Tri Rismaharini dan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Ya itu kan penilaian warga," kata Gembong saat dihubungi melalui telepon, Selasa (16/2/2021).
Gembong mengatakan, kemungkinan ada responden yang melihat kinerja Risma pada saat menjabat sebagai Wali Kota Surabaya sehingga memilih Risma dalam survei tersebut.
"Kalau soal itu mungkin warga Jakarta misalkan melihat Bu Risma, ada melihat kinerja Bu Risma di Surabaya," ucap Gembong.
Sementara itu, Ahok, kata Gembong, bisa jadi dipilih responden yang sudah mengenalnya sebagai sosok yang pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta.
"Kan beranekaragam (penilaian), itu kebebasan politik seperti itu. Masyarakat kan menilai," tutur Gembong.
Gembong mengatakan, meski elektabilitas dua kader PDI-P tersebut terlihat baik, PDI-P belum menentukan sosok yang akan dicalonkan menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
"Belum, kalau PDI-P belum ada tahapan ke arah itu," kata Gembong.
Untuk menentukan calon kepala daerah yang akan diusung, kata Gembong, ada tahapan internal partai yang harus dilalui oleh seorang calon, mulai dari pendataan hingga fit and proper test.
"Tapi partai kan belum ke arah itu," ucap Gembong.
Diketahui sebelumnya, dalam survei yang diadakan lembaga survei Median, nama Ahok dan Risma muncul dalam tiga besar pertanyaan terbuka (top of mind) hasil survei yang dilakukan 31 Januari-3 Februari 2021.
Risma mendapat 16,5 persen suara responden, berada di urutan kedua di bawah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengantongi 40,5 persen suara responden.
Sementara itu, Ahok mendapatkan 8,5 persen suara responden, berada di posisi ketiga di bawah Anies dan Risma.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/16/16502311/nama-risma-dan-ahok-muncul-di-survei-cagub-dki-jakarta-ini-kata-pdi-p