Tiga orang tewas, salah satunya anggota TNI, dan seorang terluka dalam peristiwa tersebut.
Bripka Cornelius dihadirkan langsung di tempat kejadian perkara.
Pantauan Kompas.com, rekonstruksi digelar mulai pukul 13.50 WIB dan berakhir pada pukul 15.00 WIB.
Sebanyak 51 adegan diperankan dalam rekonstruksi kasus.
Kronologi versi rekonstruksi
Berdasarkan rekonstruksi, diketahui bahwa Bripka Cornelius tiba di kafe pada pukul 02.00 WIB.
"Pada hari Kamis tanggal 25 Februari 2021 sekira pukul 02.00 WIB, tersangka Cornelius dan saksi Fegi sampai di Raja Mura Cafe, Jakarta Barat, dengan menggunakan mobil milik tersangka Cornelius (Ertiga S 1444 HAN) dan memarkirkan kendaraan tersebut di pinggir jalan sebelah kiri dari depan Raja Mura Cafe," kata penyidik dalam rekonstruksi.
Kemudian, Cornelius masuk ke dalam kafe dan memesan satu botol minuman beralkohol bermerek Black Label.
"Kemudian, saksi Intan dan saksi Tiara datang menemani tersangka Cornelius dan saksi Fegi, dengan posisi saksi Intan menemani tersangka Cornelius dan saksi Tiara menemani saksi Fegi," lanjut penyidik.
Tak puas meminum botol pertama, Cornelius memesan lagi sebotol Black Label.
Pada pukul 04.00 WIB, Kafe Raja Mura hendak tutup. Oleh karena itu, Intan mengambil bill minuman yang dipesan Cornelius.
"Tersangka Cornelius yang mabuk dan tertidur di sofa dalam posisi duduk dibangunkan oleh saksi Intan dan saksi Fegi," kata penyidik.
"Setelah tersangka Cornelius bangun, saksi Intan memberitahukan bahwa tagihan yang harus dibayar berjumlah Rp 3.335.000," lanjut penyidik.
Saat dibangunkan, Cornelius mengaku kepada Intan bahwa ia dalam keadaan mabuk.
Manajer kafe Hutapea lalu lewat di depan meja Cornelius.
"Kemudian saksi Intan mengatakan bahwa tersangka Cornelius belum melakukan pembayaran dan korban Hutapea menyuruh menunggu hingga tersangka Cornelius sadar," kata penyidik.
Selanjutnya, Cornelius bersama Intan berjalan menuju kasir.
Di meja kasir, Cornelius menanyakan jumlah tagihan minuman yang ia pesan kepada Intan.
Usai memberi tahu jumlah tagihan, Intan pergi dari meja kasir.
Karena Cornelius belum juga membayar tagihan, Hutapea meminta Sinurat, yang merupakan anggota TNI, untuk membantu menagih Cornelius.
"Korban Sinurat berdebat dengan tersangka Cornelius di sisi luar meja kasir," kata penyidik.
Melihat hal tersebut, Fegi segera menjauhkan Cornelius dari meja kasir.
Ia meminta Cornelius bersabar dan menyelesaikan masalah pembayaran.
Hutapea kemudian menghampiri meja kasir dan menanyakan jumlah tagihan kepada kasir bernama Doran Manik.
"'Berapa sih bonnya?' Lalu korban Doran Manik menjawab 'Rp 3.335.000'. Lalu korban Hutapea mengatakan kepada tersangka Cornelius, 'Sudah bayar saja Rp 3.300.00'," kata penyidik.
Seketika, Cornelius mengeluarkan senjata api jenis revolver yang ia bawa di tas pinggangnya.
Cornelius kemudian menembakkan senjata apinya sehingga mengenai empat orang di dalam kafe.
Keluarkan enam kali tembakan
Dari rekonstruksi, diketahui bahwa Cornelius mengeluarkan enam kali tembakan di dalam kafe.
Usai Cornelius mengeluarkan senjata api, Fegi langsung memeluk Cornelius dari belakang.
Namun, hal tersebut tak mencegah Cornelius menembak orang-orang yang ada di kafe hari itu.
"Tersangka Cornelius menembakkan senjata api miliknya ke korban Sinurat," kata penyidik.
Korban Sinurat kemudian terjatuh. Cornelius menembak Sinurat satu kali lagi meski Sinurat sudah terjatuh.
Penembakan ketiga diarahkan Cornelius ke kasir. Peluru mengenai Hutapea, manajer kafe.
"Korban Hutapea terjatuh," kata penyidik.
Fegi yang sebelumnya memeluk Cornelius juga terjatuh.
Aksi penembakan tak berhenti di situ.
"Tersangka Cornelius melakukan penembakan keempat ke arah korban Doran Manik," kata penyidik.
Tembakan kembali dilontarkan Cornelius sebanyak dua kali ke arah meja kasir dan mengenai Feri Saut Simanjuntak, salah seorang pegawai kafe.
Anggota Polsek Kalideres kemudian datang dan membawa Cornelius ke Mapolsek.
Peristiwa penembakan ini menewaskan Sinurat, Feri Saut Simanjuntak, dan Doran Manik.
Sementara itu, Hutapea dalam keadaan luka-luka.
"Dasar pembunuh! Kamu bunuh suami saya," teriak Ratna, istri korban Doran Manik saat melihat tersangka keluar dari Kafe RM, Senin.
"Bapak saya kerja buat cari duit, bukan buat cari mati," kata anak Doran diselingi tangisan.
Salah seorang keluarga korban juga menyatakan hal yang sama.
"Dasar pembunuh! Pembunuh!" ujar salah seorang keluarga korban sambil menangis.
Ratna berharap tersangka mendapatkan hukuman yang setimpal.
"Tahu sedih karena (suami) dibunuh enggak sih? Dia (tersangka) harusnya mati! Hancur hati gue! Dasar pembunuh! Maunya keadilanlah yang sebenar-benarnya, seadil-adilnya," kata Ratna.
"Tiga orang mati masak segampang itu ditembak. Saya butuh keadilanlah buat almarhum suami saya sama teman-temannya," imbuhnya.
Proses hukum atas Cornelius masih berjalan hingga kini.
Sementara itu, Kafe Raja Mura telah disegel permanen. Sebelumnya, kafe juga sudah sempat ditindak dua kali oleh Satpol PP karena pelanggaran protokol kesehatan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/30/09375991/rekonstruksi-penembakan-di-cengkareng-tangis-keluarga-korban-tak