JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengomentari kasus tewasnya remaja akibat terlindas truk demi konten video. Menurut dia, para remaja itu bertindak emosional tanpa memikirkan risikonya.
"Jadi terkadang mereka tidak memperhitungkan risikonya, yang penting berani, nekat, keren untuk demi konten, dan seterusnya," kata pria yang akrab disapa Kak Seto itu saat dihubungi, Senin (12/4/2021).
Kak Seto menyebut perlu adanya peningkatan dan pengawasan terhadap anak terkait dua kasus remaja terlindas karena memberhentikan truk demi konten video.
"Perlu adanya peningkatan perlindungan terhadap anak-anak tersebut di lokasi. Selain orangtua, juga masyarakat menyadarkan mengenai bahayanya," ujar dia.
Adapun dua kasus itu terjadi di Jalan Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan, dan Jalan Alternatif Sentul, Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kebupaten Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu terakhir.
Dua korban yang tewas yakni berinisial MH (14) di Pamulang, sedangkan DP (15) mengalami nasib serupa di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Menurut Kak Seto, upaya pencegahan agar kasus tersebut tidak terulang yakni dengan peran masyarakat yang saling peduli jika melihat adanya para remaja membuat aksi berbahaya.
"Iya (masyarakat bisa membubarkan). Kalau di Bali itu ada pecalang, itu kan pemberdayaan masyarakat. Jadi perlindungan anak memerlukan kewaspadaan dan tindakan nyata dari masyarakat itu sendiri," kata Kak Seto.
Sebelumnya, seorang remaja inisial MH (14) yang tewas akibat terlindas saat memberhentikan truk bersama teman-temannya disebut sedang membuat konten video.
Aksi nekat itu dilakukan di Jalan Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (25/3/2021) dini hari.
Petugas parkir di sekitar lokasi, Anjas (21), mengatakan, korban dan teman-temannya kerap berkumpul dan memberhentikan truk setiap malam di sana.
Dia menyebutkan, aksi nekat para remaja itu sengaja dilakukan dan direkam sebelum akhirnya diunggah melalui akun media sosial Instagram @pamulangstrees279.
"Iya sengaja (berhentikan truk). Jadi temannya ada yang ngerekam kayak bikin konten gitu. Kontennya seperti berhentikan truk, videonya di-upload di medsos akun Pamulang Stres (@pamulangstrees279)," kata Anjas saat ditemui di lokasi, Sabtu (27/3/2021).
Anjas menuturkan, warga setempat kerap membubarkan kumpulan remaja itu karena selalu melakukan aksi berbahaya hampir setiap malam.
"Kalau saya perhatikan setiap malam anak-anak suka nongkrong setiap malam dan berhentikan truk. Warga sering mengusir, tapi begitu lagi," katanya.
Tak lama berselang, peristiwa serupa juga dialami oleh DP (15) di Jalan Alternatif Sentul, Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja.
Tewasnya DP akibat terlindas truk itu terekam video dan viral. Video berdurasi 9 detik itu diduga sengaja direkam oleh rekannya sendiri.
Dalam video itu, mulanya terlihat seorang remaja berkaus putih berlari menghampiri sebuah truk dan menghentikannya.
Tampak teman-temannya terlihat ikut memberhentikan truk tersebut secara mendadak.
Sopir truk tronton berwarna kuning itu sempat memberi peringatan kepada empat remaja tersebut dengan menyalakan klakson.
Nahas, pada detik berikutnya, remaja tersebut gagal menghentikan laju truk sehingga terseret dan tewas terlindas.
Video singkat yang direkam pada malam hari itu pun viral di media sosial.
Kanit Laka Lantas Polres Bogor Ipda Angga membenarkan adanya peristiwa kecelakaan yang melibatkan anak dan truk.
"Iya betul kejadiannya Selasa (6/4/2021) pukul 02.30 WIB, sudah ditangani dan korban sudah diserahkan ke keluarganya untuk dimakamkan," kata Angga saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/4/2021).
Angga mengatakan, awalnya DP hendak menaiki truk tronton tersebut.
Dari keterangan temannya, sambung Angga, DP hendak naik truk tersebut, tetapi posisinya tidak aman sehingga terhantam.
Akibatnya, DP langsung tewas di lokasi dengan luka parah di perut dan kepala.
"Awalnya pengin naik kendaraan saja mereka, cuma (pas dicegat) posisinya malah kecelakaan. (Motivasinya mengadang truk?) Kemarin bilangnya ingin naik ramai-ramai saja, iseng," ungkap Angga.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/12/16520821/kasus-remaja-tewas-terlindas-truk-demi-konten-kak-seto-mereka-tidak