Salin Artikel

Mirisnya Hidup Sopir Truk di Tanjung Priok, Dipalak Preman hingga Petugas Pelabuhan

JAKARTA, KOMPAS.com - Takut dan pasrah adalah menu utama para sopir truk kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ya, takut akan ancaman kriminal sepanjang perjalanan, pasrah lantaran pungutan liar (pungli) yang menjamur di Pelabuhan Tanjung Priok. 

Otong (38) dan Rahman (40) terlihat berkumpul di Posko Bersama Lintas Komunitas Pengemudi Indonesia Tanjung Priok.

Di posko tersebut, berkumpul para sopir truk kontainer dari berbagai daerah. Mereka singgah di posko saat tak membawa truk kontainer ke Pelabuhan Tanjung Priok.

"Ini belum bawa truk lagi. Bingung mau makan apa. Kalau enggak kerja bawa truk, enggak dapat uang," kata Rahman saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (15/6/2021) siang.

Otong dan Rahman adalah sebagian dari sopir truk kontainer yang bernasib nestapa. Mereka seringkali harus merugi saat membawa truk kontainer ke Pelabuhan Tanjung Priok. Apalagi, semua biaya yang terjadi selama perjalanan dibebankan kepada mereka.

Uang jalan yang dibekalkan kepada mereka pun terkadang ludes di tengah jalan. Uang jalan mereka seringkali habis untuk membayar pungli di jalan dan di pelabuhan. 

Keluhan itu pun disampaikan ulang oleh Humas Persatuan Sopir Truk Tanjung Priok Ahmad Holil (42). Holil menyebutkan, permasalahan klasik yang dihadapi oleh para sopir truk adalah pungli.

"Pungli ini sudah mendarah daging. Dilaporkan sudah, tapi setelah itu kambuh lagi," kata Holil saat ditemui Kompas.com di posko.

Sopir truk sudah terbiasa hidup dengan pungli. Peribahasa "sudah jatuh tertimpa tangga" rasanya sesuai untuk nasib para sopir truk. Dari mulai di pabrik, depo kontainer, hingga ke pelabuhan, pungli seakan "sahabat" bagi mereka.

Holil menyebutkan, pungli bukannya tak diberantas oleh pemerintah, tetapi selalu muncul kembali setelah ditindak. Modusnya pun kerap berubah-ubah.

Pungli di pelabuhan

Holil dengan sabar menjelaskan modus operandi para oknum petugas yang memeras para sopir truk kontainer di pelabuhan. Sopir tak punya pilihan lain untuk memberikan uang pungli kepada petugas.

Menghemat waktu dan kerap dipersulit adalah alasan para sopir truk kontainer memberikan pungli kepada oknum petugas.

"Kita sopir truk kontainer mau bongkar muat di pelabuhan. Itu pungli semua," ujar Holil. Pernyataan Holil merujuk kepada praktik pungli di Jakarta International Container Terminal, PBM OJA (Olah Jasa Amdal), Terminal Petikemad Koja, dan Terminal 3. 

Praktik pungli di pelabuhan pun berbeda. Holil menyebutkan, praktik pungli di terminal peti kemas untuk bongkar muat pengiriman lokal lebih besar daripada terminal bongkar muat untuk ekspor impor.

Kadang-kadang, oknum satpam di pelabuhan pun bermain pungli. Ada yang meminta uang sebesar Rp 2.000 dengan modus pemeriksaan kendaraan.

"Mereka buka pintu sopir truk. Kalau enggak dikasih, mereka banting pintu sopir truk," ujar Holil.

Meskipun demikian, Holil mengaku peristiwa pungli di kalangan satpam jarang terjadi. Peristiwa pungli biasanya dimulai dari di pintu masuk ke terminal petikemas. 

"Di gate in, minta biasanya Rp 2.000 biar cepat masuk. Kalau enggak dikasih, alasannya error, ntar dulu, pura-pura otak-atik," kata Holil.

Petugas tersebut adalah petugas yang memeriksa kartu identitas truk dan order di peti kemas. Modus operandi punglinya, petugas sengaja tak meloloskan proses pemeriksaan sehingga pintu masuk ke pelabuhan tak terbuka saat sopir truk melakukan tap in.

"Sebetulnya itu kita enggak mau kasih, tapi itu dia maksa minta. Sistemnya (pemeriksaan) itu yang enggak di enter. Akhirnya terpaksa kita rogoh kocek kita. Tombol OK itu yang jadi penentu. Memperlambat sistem, jika tak dikasih," kata Holil.

Petugas di pintu masuk pelabuhan pun tak segan-segan sengaja membuat macet antrean truk kontainer. Apalagi, pintu masuk pelabuhan seringkali tak dibuka secara maksimal.

"Misalnya di JICT, ada 10 pintu. Yang dibuka paling enam. Kadang-kadang malah cuma empat pintu yang dibuka. Itu bikin kemacetan mengular panjang," lanjut Holil.

Di bagian bongkar muat pun pungli masih terjadi. Operator tango pun juga kerap memeras para sopir truk kontainer. 

Jarak antara operator tango dan sopir kontainer pun tak jadi masalah untuk urusan pungli. Holil sebut, operator tango yang nakal bisa mendeteksi jumlah uang yang diberikan oleh sopir truk dari jarak sekitar 12 meter.

"Kisarannya itu di bongkar muat sekitar Rp 5.000-Rp 25.000. Proses muat lebih mahal daripada bongkar," ujar Holil.

Para operator tango yang nakal pun kerap mematok Rp5.000 untuk sekali mengangsur, istilah untuk memindahkan peti kontainer. Jika petikemas yang akan dimuat berada di urutan keenam, maka biaya yang mesti dikeluarkan adalah Rp30.000. 

Modus operandi pungli di proses bongkar muat peti kemas pun bermacam-macam. Ada yang menggunakan kantong plastik, diletakkan ke kotak panel listrik, penurunan kantong plastik, dan dimasukkan ke botol air mineral.

"Di kala sopir ga ngasih, modus operandinya pasti tak akan bergerak atau ninggalin truknya. Saya pernah ga dilayanin gara-gara ga kasih uang. Saya pernah tipu, saya kasih Rp1.000. Itu bentuk uang baru kan mirip Rp5.000. Dia gak mau. Dia bisa lihat jumlah uangnya dari atas tango," ujarnya.

Proses pungli pun tak berakhir di bongkar muat. Saat mau keluar dari pelabuhan peti kemas, modus pungli berdalih pengecekan survei kontainer pun terjadi.

"Modusnya survei, dicek segel kontainernya, dicocokkan dengan database. Itu kena pungli Rp 2.000," tambah Holil.

Pungli lainnya pun akan lebih mahal tergantung jenis petikemas yang akan dibongkar atau dimuat. Pungli untuk flat rack dan open top pun bisa mencapai Rp 50.000-Rp 150.000.

"Jenis itu perlu alat khusus. Kalau gak kasih, dia kekeh tak akan dilayani," kata Holil.

Derita para sopir truk kontainer pun tak hanya di pelabuhan peti kemas. Sepanjang perjalanan menuju pelabuhan petikemas, para sopir truk kontainer harus berhadapan dengan Pak Ogah dan Asmoro atau Bajilo, sebutan kelompok preman yang memalak bahkan tak segan-segan melukai sopir truk kontainer.

Para Asmoro beraksi saat kemacetan terjadi di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka umumnya dari kalangan remaja tetapi biasanya didukung oleh Asmoro yang lebih senior.

"Mereka mendatangi sopir dengan bergerombol, sampai intimidasi dan meminta uang. Mereka bawa senjata tajam, obeng min, bahkan ada yang bawa celurit. Kalau sopir takut, mereka brutal naik ke mobil. Jika sopir tak melawan, dia rampas handphone, uang jalan, dompet," kata Holil.

Kalaupun sopir berani melawan, biasanya Asmoro yang lebih senior akan turun tangan. Asmoro senior tak segan-segan menghajar dan menganiaya para sopir truk.

Sementara itu, Pak Ogah biasanya selalu muncul di putaran-putaran arah. Mereka mematok uang sekitar Rp 2.000-Rp 5.000.

"Kadang kalau gak dikasih suka sumpah serapah. Kalau sampai yang merusak, jarang," kata Holil.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/15/21160541/mirisnya-hidup-sopir-truk-di-tanjung-priok-dipalak-preman-hingga-petugas

Terkini Lainnya

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke