Salin Artikel

Pandemi Covid-19 Memburuk, Satgas: Depok Sangat Hati-hati Memutuskan Sekolah Tatap Muka

Terlebih, selama 3 pekan terakhir, kasus Covid-19 di Depok meningkat dengan laju yang signifikan.

"Karena di Depok, dan Jabodetabek, mungkin juga seluruh Indonesia, tren kasusnya sedang naik, kita sangat seksama, sangat hati-hati dalam memutuskan ini," sebut juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana.

Dadang berujar, pihaknya sudah membahas nasib pembelajaran tatap muka bersama Dinas Pendidikan.

Peraturan wali kota yang berkaitan dengan hal tersebut juga sedang di tahap finalisasi.

Namun karena kasus Covid-19 melonjak, situasi kembali menjadi abu-abu.

Tak seperti DKI Jakarta atau Kota Bekasi, Kota Depok memang sangat berhati-hati dalam menyelenggarakan sekolah tatap muka dan belum pernah melakukan uji coba sekolah tatap muka sama sekali.

Sebelum lonjakan kasus Covid-19 terjadi dan terasa signifikan, rencana simulasi sekolah tatap muka dengan sistem percontohan sebetulnya sudah diagendakan mulai semester depan.

"Melihat tren kasus saat ini belum kita putuskan terkait boleh atau tidaknya PTM (pembelajaran tatap muka)," ungkap Dadang.

Depok sempat mengalami titik terendah jumlah pasien Covid-19 dalam 9 bulan terakhir, yakni pada 19 Mei 2021 dengan jumlah 978 pasien pada hari itu.

Namun, dalam tempo tak sampai sebulan, per kemarin jumlah pasien Covid-19 di Depok telah mencapai 3.232 orang yang harus menjalani isolasi mandiri maupun dirawat di fasilitas kesehatan.

Akibatnya, tingkat keterisian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 di fasilitas-fasilitas kesehatan di Depok mulai merangkak naik hingga kisaran hampir 90 persen saat ini.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan sebelumnya tak sepakat pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas tetap digelar Juli 2021.

Sebab, kata Aman, syarat pertama sekolah tatap muka dibuka adalah positivity rate di bawah 5 persen.

"IDAI sangat mendukung usaha untuk sekolah tatap muka karena ini adalah human capital, namun ada syarat pertamanya, positivity rate harus di bawah 5 persen, saat ini positivy rate kita 37 persen," kata Aman dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (18/6/2021).

Aman mengatakan, pihaknya menganggap peta zonasi Covid-19 tidak bisa menjadi acuan pembukaan sekolah.

Oleh karena itu, ia meminta pemerintah bijaksana dalam memutuskan membuka opsi PTM terbatas.

"Jadi tolonglah kita melihat ini secara bijaksana, syarat pertama adalah positivity rate dulu harus di bawah 5 persen," ujar dia.

Lebih lanjut, Aman mengingatkan, penyebaran varian corona harus disikapi serius oleh pemerintah dengan menambah jumlah laboratorium yang mampu melakukan whole genome sequencing (WGS).

"Varian baru ini cepat sekali, kita tidak tahu, 2-3 hari sakit tahu-tahu anak muda langsung meninggal, bisa jadi varian baru, dan ketika sekolah di suatu daerah dibuka harus ada juga lab yang bisa untuk genom sequencing," kata dia.

Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sekolah akan digelar serentak di tahun ajaran baru pada Juli 2021.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/19/06005681/pandemi-covid-19-memburuk-satgas-depok-sangat-hati-hati-memutuskan

Terkini Lainnya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke