Salin Artikel

Epidemiolog Ungkap Anies Baswedan Usul Pengetatan sejak Akhir Mei, tapi Ditolak

Usul itu disampaikan Anies ke pemerintah pusat setelah mendapat masukan mengenai potensi lonjakan kasus dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

"Akhir Mei setelah mendengarkan masukan Tim Pandemi @fkmui tentang potensial lonjakan yang dapat terjadi, @aniesbaswedan segera usulkan ke pemerintah pusat agar segera dilakukan pengetatan maksimal Jawa-Bali," tulis Pandu Riono dalam akun Twitter @drpriono1, yang dikutip pada Senin (5/7/2021).

Namun, usulan tersebut ditolak oleh pemerintah pusat dengan alasan bahwa pengetatan bisa berdampak pada perekonomian. Pandu menilai, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCP-PEN) lebih mementingkan ekonomi ketimbang kesehatan masyarakat.

"Tak diterima, karena isu ekonomi. Ada KPC-PEN, tapi yg terpikir hanya PEN," kata dia.

Pada akhirnya, pemerintah pusat baru menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat mulai 3 Juli lalu, dan berlaku sampai 20 Juli.

Ada sejumlah pengetatan yang dilakukan lewat kebijakan itu seperti mall dan pusat perbelanjaan ditutup, bekerja dari rumah 100 persen untuk sektor non esensial, serta lainnya.

Namun, Pandu menilai, PPKM darurat ini memang sesuai dengan namanya, yakni baru diterapkan saat darurat dimana rumah sakit sudah kolaps dan korban banyak berjatuhan.

"Mindset-nya memadamkan kebakaran bukan mencegah kebakaran," kata Pandu saat dihubungi Kompas.com, Senin pagi.

Lonjakan Covid-19 Multifaktor

Hampir di banyak daerah di Indonesia, lonjakan kasus Covis-19 terjadi. Beberapa hari belakangan ini, penambahan kasus harian bahkan selalu mencapai rekor tertinggi.

Apa yang menyebabkan lonjakan Covid-19 begitu dahsyat dan cepatnya terjadi di Indonesia?

Faktornya memang bukan hanya satu. Tak cuma pula melulu urusan pemerintah. Semua warga turut menyumban peranan dalam mengatasi pandemi ini.

Epidemiologi Undip, Suharyo Hadisaputro mengatakan, ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya lonjakan Covid-19 di akhir-akhir ini.

Hal pertama, kata dia, masyarakat tidak sepenuhnya melakukan kegiatan untuk memenuhi protokol kesehatan, sehingga penularan virus semakin cepat.

Kedua, varian Delta terjadi akhir-akhir ini sudah terkonfirmasi 382 kasus yang diduga cara penyebarannya lebih masif dibanding varian virus lama seperti, Alfa, Beta, dan Gama.

"Ketiga, vaksinasi coverage masih belum memadai. Sehingga kekebalan community belum bisa diharapkan," ungkap dia melansir laman Undip, Senin (5/7/2021).

Lambatnya distribusi vaksin membuat banyak wilayah tak mendapat jatah sesuai kebutuhannya. Di beberapa daerah, masyarakat bahkan harus berdesakan untuk mendapat jatah vaksin.

Tak lupa, kata dia, saat ini masyarakat belum sepenuhnya menyadari pentingnya protokol kesehatan.

Lalu, masyarakat mengabaikan kegiatan-kegiatan yang dapat memicu penularan yang disebut titik lengkah masyarakat seperti aktivitas tatap muka yang masih dilakukan meski tidak urgent seperti makan bersama, rapat tatap muka, mudik, hingga kegiatan olahraga bersama.

Maka dari itu, dia berpesan dan mengajak masyarakat untuk bersama mengurangi lonjakan angka Covid-19. 

"Perluas testing, tracing dan vaksinasi Covid-19 ditingkatkan. Itu yang bisa membantu memutus rantai penyebaran Covid-19, jadi kesadaran masyarakat harus tinggi," pungkas dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/05/12573981/epidemiolog-ungkap-anies-baswedan-usul-pengetatan-sejak-akhir-mei-tapi

Terkini Lainnya

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Megapolitan
Kronologi Penangkapan Pembunuh Tukang Nasi Goreng yang Sembunyi di Kepulauan Seribu, Ada Upaya Mau Kabur Lagi

Kronologi Penangkapan Pembunuh Tukang Nasi Goreng yang Sembunyi di Kepulauan Seribu, Ada Upaya Mau Kabur Lagi

Megapolitan
Kamis Pagi, 18 RT di Jaktim Terendam Banjir, Paling Tinggi di Kampung Melayu

Kamis Pagi, 18 RT di Jaktim Terendam Banjir, Paling Tinggi di Kampung Melayu

Megapolitan
Ujung Arogansi Pengendara Fortuner Berpelat Palsu TNI yang Mengaku Adik Jenderal, Kini Jadi Tersangka

Ujung Arogansi Pengendara Fortuner Berpelat Palsu TNI yang Mengaku Adik Jenderal, Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
Paniknya Remaja di Bekasi Diteriaki Warga Usai Serempet Mobil, Berujung Kabur dan Seruduk Belasan Kendaraan

Paniknya Remaja di Bekasi Diteriaki Warga Usai Serempet Mobil, Berujung Kabur dan Seruduk Belasan Kendaraan

Megapolitan
Akibat Hujan Angin, Atap ICU RS Bunda Margonda Depok Ambruk

Akibat Hujan Angin, Atap ICU RS Bunda Margonda Depok Ambruk

Megapolitan
Arogansi Pengendara Fortuner yang Mengaku Anggota TNI, Berujung Terungkapnya Sederet Pelanggaran Hukum

Arogansi Pengendara Fortuner yang Mengaku Anggota TNI, Berujung Terungkapnya Sederet Pelanggaran Hukum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke