Salin Artikel

Hanya Butuh 1 Bulan, Situasi di Jakarta Hampir Mirip dengan India

JAKARTA, KOMPAS.com - Ledakan kasus Covid-19 di Jakarta akhir-akhir ini terjadi begitu cepat dan dalam skala yang sangat besar.

Grafik kasus positif harian di Jakarta, yang dapat diakses melalui corona.jakarta.go.id, memperlihatkan peningkatan kasus yang sangat tajam pada Juni 2021.

Tidak seperti lonjakan sebelumnya yang terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan, ledakan kasus kali ini terjadi hanya dalam hitungan minggu. Penambahan kasusnya pun tidak main-main.

Dua grafik di bawah ini memperlihatkan peningkatan yang tajam pada jumlah kasus positif harian di Jakarta (atas) dan jumlah pemakaman dengan menerapkan protap Covid-19 (bawah).


Grafik yang hampir serupa kita temukan pada kejadian di India, seperti dilansir BBC.com.

"Gelombang kedua yang lebih mematikan" ini terjadi begitu cepat di India, pada kurun waktu April hingga Mei.

Banyak pihak meyakini bahwa virus corona varian baru yang muncul di India, yakni varian Delta, berkontribusi pada ledakan Covid-19 tersebut. Varian ini lebih mudah menyebar dan menimbulkan gejala berat pada pasien.

Virus corona varian Delta sendiri sudah masuk ke Indonesia sejak beberapa minggu lalu. Dimulai dari lima temuan hingga akhirnya menjadi ratusan.

Rumah sakit kolaps, pasien meninggal di rumah

Media massa internasional memberitakan betapa gelombang kedua ini telah membuat rumah sakit (RS) di India lumpuh.

Hal yang sama telah kita saksikan di Ibu Kota Jakarta.

Banyak tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit menjerit karena pasien datang tiada henti. Sementara itu, jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas tempat tidur yang ada sangatlah terbatas.


Seorang dokter yang bekerja di RS Islam Jakarta, Jack Pradono, mengatakan pada pertengahan Juni lalu bahwa pihak rumah sakit mulai menolak pasien yang datang.

"DI @rsijcempakaputih mulai tadi malam, Kami menolak pasien CoVid-19 baru karena tempat penuh, baik di paviliun isolasi maupun di ICU," tulis Jack di akun Instagram-nya pada Minggu (13/6/2021).

Jack telah mengizinkan Kompas.com untuk mengutip tulisan tersebut.

"Jadi bilamana ada orang dalam yang sakit, bahkan bila keluarga inti dari karyawan yang sakit Covid-19 hari ini, kami tidak akan bisa merawatnya," sambung Jack.

Bersama unggahan itu, ia pun mengajak para lulusan baru akademi keperawatan untuk bergabung sebagai relawan karena rumah sakit tersebut mulai kekurangan tenaga kesehatan.

"Kami butuh sekitar 48 orang nakes. Sila hubungi dan dm cv ke SDI kami: @ekoyulianto," tulisnya.

Penuhnya fasilitas kesehatan ini membuat banyak pasien tidak tertampung dan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Akhirnya, mereka harus menjalani isolasi mandiri di rumah. Tak sedikit dari pasien ini mengalami kondisi kritis saat isolasi mandiri dan meninggal di rumah.

Koalisi Lapor Covid-19 melaporkan, sepanjang Juni 2021, setidaknya 265 warga yang terpapar Covid-19 meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.

"Fenomena ini menjadi potret nyata kolapsnya fasilitas kesehatan yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan mendapatkan layanan medis yang layak," tulis Lapor Covid-19 dalam keterangannya.

"Situasi ini diperparah oleh komunikasi risiko yang buruk, yang menyebabkan sebagian masyarakat menghindari untuk ke rumah sakit dan memilih isolasi mandiri," tulis Lapor Covid-19.

Antre pemakaman

Bukan hanya pasien yang telantar, jenazah pasien pun harus menunggu untuk dikebumikan karena fasilitas dan sumber daya manusia yang serba terbatas.

Seorang warga Jakarta yang baru saja kehilangan kerabatnya, Azwar, pada Senin (28/6/2021) mengatakan bahwa mendiang mesti mengantre untuk dikebumikan.

Pihak rumah sakit mengatakan bahwa kerabatnya mendapatkan nomor urut 220 untuk pemakaman.

Setelah mencari lahan pemakaman yang kosong kian kemari, akhirnya keluarga Azwar menemukan slot di TPU Padurenan, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Pemakaman dengan protap Covid-19 bulan Juni naik lima sampai enam kali lipat dibandingkan bulan Mei. Ini juga merupakan pemakaman terbanyak sepanjang sejarah pandemi di Ibu Kota, dengan total lebih dari 3.000 jasad dimakamkan selama Juni.

(Penulis : Ihsanuddin, Singgih Wiryono, Vitorio Mantalean/ Editor : Sabrina Asril, Dani Prabowo, Irfan Maullana)

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/06/06540901/hanya-butuh-1-bulan-situasi-di-jakarta-hampir-mirip-dengan-india

Terkini Lainnya

Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke