DEPOK, KOMPAS.com - Sekitar 2.000 dokter baru lulus disebut akan segera dikerahkan oleh pemerintah untuk bantu menangani pandemi Covid-19 yang menggawat saat ini.
Pernyataan ini seakan-akan respons sigap pemerintah dalam merespons kedaruratan pandemi Covid-19. Namun, rencana ini justru dianggap ironis dan tak lebih dari basa-basi belaka di media massa.
Mengapa? Berikut rangkuman Kompas.com:
1. Sudah otomatis
Rekrutmen ribuan dokter bukan program khusus untuk mengatasi kedaruratan pandemi saat ini, karena memang sudah otomatis demikian.
"Ya bukan (program khusus situasi darurat pandemi). Itu cuma basa-basi doang. Kita kan (fakultas kedokteran se-Indonesia) produksi terus setiap tahun," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Ari Fahrial Syam, ketika dihubungi Kompas.com pada Kamis (15/7/2021).
"Sekarang kan rumah sakit semuanya mengurus Covid-19. Jadi otomatis mereka kerja di tempat Covid-19, akan bertemu pasien Covid-19. Mereka pasti bekerja mengatasi pandemi. Itu kan otomatis, sudah tidak usah diomongin lagi," tegasnya.
2. Pemerintah justru lamban rekrut dokter
Ari justru menilai bahwa pemerintah selama ini lelet menyerap ribuan dokter baru lulus.
Ia memberi contoh, ada sekitar 5.000 dokter baru yang telah lulus Februari 2021 lalu dan diangkat sumpah pada April 2021, namun belum kunjung diserap.
"Dulu (penyerapannya) agak dilama-lamain, sekarang dipercepat, gitu saja bedanya," jelas Ari.
"Sudah rutin fakultas kedokteran di Indonesia memproduksi dokter setiap tahun. Silakan saja pemerintah segera. Kalau mau cepat ya harus ada duitnya kan untuk itu," lanjutnya.
3. Jumlah dokter baru yang "siap perang" banyak
Di samping lamban, pemerintah juga dipandang masih irit dalam menyerap dokter lulusan baru setiap tahun, padahal pandemi Covid-19 tak kunjung terkendali dan korban berjatuhan setiap hari.
Rencana menyerap 2.000 dokter pada situasi seperti ini pun mencerminkan hal tersebut.
"Fakultas kedokteran (se-Indonesia) itu setiap tahun meluluskan 10.000 orang dokter. Nah sekarang pemerintah mau menyerapnya berapa? Kalau cuma 2.000-3.000 sih sedikit itu. Angkat saja 10.000 semuanya itu," kata Ari.
"Tidak usah diomongin juga kami sudah kirim terus. Enggak usah diomongin juga sudah otomatis ada 10.000-an dokter (baru) setiap tahun," imbuhnya.
4. Dokter disuruh bertaruh nyawa tanpa gaji berbulan-bulan
Ari berpesan kepada pemerintah agar ingat terhadap hak kesejahteraan para dokter dan tenaga kesehatan lain yang saban hari mempertaruhkan nyawa di bangsal Covid-19.
Menurut Ari, seberapa banyak dan seberapa cepat dokter-dokter itu bisa segera bertugas, amat bergantung pada komitmen pemerintah dalam memenuhi hak itu.
"Kalau nggak ada duitnya, ya, orang mau makan apa? Sudah risiko nyawa. Insentif dokter internship kemarin baru keluar duitnya, terlambat 9 bulan. Relawan juga ada yang masih belum dibayar oleh pemerintah," ujar Ari.
"Kalau memang begitu, uang insentifnya harus dipastikan aman, uang gaji mereka harus dipastikan aman. Silakan mengangkat cepat-cepat, tapi jangan lupa, mereka itu butuh gaji. Jangan sampai semangat merekrut saja tapi ketika sudah direkrut nanti gajinya terlambat-terlambat," ungkapnya.
5. Rekrut dokter baru di saat nakes lama ramai-ramai mundur karena tak dihargai
Rekrutmen ini pun ironis karena terjadi saat nakes yang ada saat ini mulai kehilangan daya lantaran pemerintah tak menghargai mereka.
Sejumlah nakes sudah mundur karena beban kerja yang berat, risiko yang tinggi, sementara insentif dijanjikan pemerintah tak kunjung cair.
Sementara itu, gaji yang dibayarkan RS untuk nakes karyawan tergolong kecil. Bahkan, para nakes yang berstatus relawan sama sekali tak digaji oleh rumah sakit.
Ditambah lagi, kematian nakes juga melonjak belakangan ini karena pandemi tak terkendali.
"Tapi pembayaran insentif ini sangat telat sekali. Insentif dari bulan November tahun lalu baru cair bulan ini," kata Ketua Dokter Indonesia Bersatu, Eva Sri Diana Chaniago kepada Kompas.com kemarin, senada dengan pernyataan Ari.
Banyak nakes yang akhirnya jatuh sakit dan ikut tertular Covid-19. Bahkan para nakes itu juga ikut menularkan virus ke keluarganya di rumah.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/16/06481181/ironi-rencana-pemerintah-rekrut-dokter-baru-padahal-insentif-telat