Salin Artikel

Ragam Hoaks tentang Covid-19, Chip Dimasukkan ke Vaksin hingga Pasien Di-Covid-kan di Rumah Sakit

Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pada Minggu hingga pukul 12.00 WIB menunjukkan ada 542.236 kasus aktif Covid-19 di Tanah Air, bertambah 14.364 dari hari sebelumnya.

Kasus aktif adalah pasien positif Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.

Kenaikan jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air berbanding lurus dengan banyaknya informasi hoaks yang beredar di masyarakat. Informasi hoaks telah menyebabkan sebagian masyarakat menolak untuk divaksin atau berobat ke rumah sakit.

Informasi hoaks tentang Covid-19 itu biasanya diunggah di media sosial, lalu disebarkan secara masif melalui Facebook, WhatsApp, atau media perantara lainnya.

Berikut Kompas.com rangkum 6 informasi hoaks tentang Covid-19 yang kerap beredar di media sosial dan lingkungan masyarakat.

1. Chip Dimasukkan ke Vaksin Covid-19

Informasi hoaks yang kerap beredar di media sosial adalah vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech, menyisipkan chip komputer buatan Microsoft di dalamnya.

Informasi hoaks itu menyebut bahwa chip Microsoft dimasukkan ke dalam vaksin untuk mengurangi efek samping yang muncul pasca-vaksinasi.

Dengan tambahan chip tersebut, vaksin Pfizer disebutkan dapat mengurangi efek kelelahan dan nyeri pasca-vaksinasi, serta meningkatkan kepekaan indera penerima vaksin.

Berikut salah satu unggahan di media sosial Facebook tentang chip buatan Microsoft di dalam vaksin Covid-19. Informasi hoaks itu diunggah akun The Voice Of Mul, Baiyer & Lumusa pada Rabu (14/4/2021).

Berikut narasi selengkapnya (diterjemahkan ke bahasa Indonesia):

"AKHIRNYA PFIZER MENGAKU MEMASUKKAN CHIP/TEKNOLOGI NANO MICROSOFT (BILL GATES) KE DALAM VAKSIN SEBELUM ADA YANG MENYADARI TAKTIK MEREKA DAN MEMBONGKARNYA DI LABORATORIUM...dan alasan apa yang akan mereka berikan karena telah mencoba mengendalikan hidup seseorang...apakah kita ini binatang uji coba? Siapa yang memberikan mereka wewenang untuk mengendalikan tubuh manusia? Apa mereka sekarang mencoba menjadi Tuhan? VAKSIN SEMACAM ITU JELAS TIDAK BOLEH BEREDAR DI PNG (Papua Nugini) KARENA DAPAT MENGACAUKAN MANUSIA...YA TUHAN SIAPA YANG TAHU APA YANG AKAN MEREKA LAKUKAN BEGITU MEREKA BERHASIL MENGENDALIKAN MANUSIA...PENYEBARAN TEKNOLOGI 5G KE SELURUH DUNIA JELAS MERUPAKAN BAGIAN DARI RENCANA JAHAT INI...WAHAI ANGGOTA GRUP TOLONG PERIKSA SENDIRI LINK BERIKUT UNTUK MEMBACA ARTIKEL SELENGKAPNYA...DAN LIHATLAH KEBENARANNYA..."


Unggahan tersebut juga menyertakan tangkapan layar laman website www.valuewalk.com, yang menampilkan potongan artikel sebagai berikut (diterjemahkan ke bahasa Indonesia):

"Pfizer Umumkan Pembaruan Vaksin Covid-19, Kini Dengan Tambahan Chip Microsoft untuk Mengurangi Efek Samping Pfizer baru saja merilis pernyataan resmi kepada investor,

yang menyebutkan bahwa perusahaan telah meneken kontrak dengan Microsoft untuk mengintegrasikan chip processor Pluton ke dalam vaksin, guna mengurangi efek samping.
Dalam pernyataan resmi itu, disebutkan bahwa vaksn Pfizer dapat mengurangi efek kelelahan dan nyeri pasca-vaksinasi, serta meningkatkan kepekaan indera penerima vaksin.

CEO Microsoft memuji pembaruan vaksin Covid-19 Pfizer CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan "Ini adalah revolusi besar dalam dunia medis, dengan penambahan chip canggih Pluton dari Microsoft, pelacakan data penerima vaksin menjadi lebih muda. Kami dapat menggunakan chip ini untuk mengatur suhu tubuh, mengurangi kemungkinan terpapar Covid-19, dan membuat seseorang lebih mungkin memilih produk kami,"

Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, informasi yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech telah diperbarui dengan tambahan chip komputer Microsoft adalah tidak benar alias hoaks.

Informasi tersebut diambil dari potongan artikel yang bersumber dari situs humor dan satir seputar industri keuangan, The Stonk Market.

Selain itu, baik Pfizer maupun Microsoft tidak pernah merilis pengumuman yang menyebutkan adanya pembaruan terhadap vaksin Covid-19 buatan Pfizer.

Kemudian, ada pula unggahan di media sosial Facebook yang memperlihatkan seorang wanita tengah menunjukkan lengannya memiliki reaksi magnet setelah menerima vaksin Covid-19 buatan Pfizer.

Wanita itu menunjukkan magnet menempel pada lengan bekas suntikan, sedangkan di lengan lainnya tidak demikian. Dia pun memperingatkan agar tidak melakukan vaksinasi.

Seperti dilansir dari AFP, para ahli kedokteran telah mengatakan bahwa video itu tidak lebih dari teori konspirasi tentang disinformasi virus Covid-19.


"Tidak, mendapatkan vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan lengan Anda menjadi magnet. Ini tipuan, jelas dan sederhana," kata Dr Stephen Schrantz, Spesialis Penyakit Menular di University of Chicago Medicine.

Tak hanya vaksin Covid-19 Pfizer yang disebut mengandung microchip magnetik, hoaks lain terkait hal yang sama juga menyerang vaksin AstraZeneca.

2. Interaksi Obat Sebabkan Pasien Covid-19 Meninggal Dunia

Hoaks terbaru tentang Covid-19 adalah pernyataan dr Lois Owien yang mengatakan adanya interaksi obat yang menyebabkan pasien Covid-19 meninggal dunia.

Pernyataan tersebut disampaikan dr Lois dia cara Hotman Paris Show.

"Interaksi antar obat. Kalau buka data di rumah sakit, itu pemberian obatnya lebih dari enam macam," kata dr Lois.

Pernyataan dr Lois menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.

Menanggapi pernyataan dr Lois itu, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, menjelaskan bahwa interaksi obat adalah pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain, ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien.

"Interaksi obat itu memang sangat mungkin dijumpai. Bahkan, orang dengan satu penyakit saja, rata-rata ada yang membutuhkan lebih dari satu macam obat," kata Prof Zullies saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/7/2021).

Terkait pernyataan dr Lois yang menyebut interaksi obat menjadi penyebab kematian pasien Covid-19, Prof Zullies menekankan bahwa tidak semua interaksi obat itu berbahaya atau merugikan.

Prof Zullies menjelaskan, interaksi obat dapat merugikan apabila suatu obat menyebabkan obat lain tidak berefek saat digunakan bersama, atau memiliki efek samping yang sama.

"Akan tetapi, interaksi obat-obat ini bisa dihindari dengan mengatur cara penggunaan, misal diminum pagi dan sore, atau mengurangi dosis. Masing-masing interaksi obat itu ada mekanismenya sendiri-sendiri," jelas Prof Zullies.


3. Vaksin Covid-19 Sebabkan Lamban Berpikir dan Susah Menghafal

Informasi hoaks tentang Covid-19 kembali ditemukan di Facebook. Kini, sebuah unggahan menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan gangguan pada otak sehingga membuat lamban berpikir dan sulit menghapal.

Unggahan tersebut disertai tangkapan status seseorang yang diklaim merupakan apoteker dengan akun Facebook bernama Lois Lois.

"Apoteker aja udah gak mau LG vaksin ke-2. Soalnya berasa otaknya jd dungu dan Bolot," demikian salah satu bagian narasi yang diunggah akun tersebut.

"Nah... Jangan2 IDI dan kemenkes Otaknya udah pada lemot2 kyk gak bisa mikir ya makanya jd kyk o-oon gitu.. Mungkin ya.. Soalnya gak ada respon. Jd seperti kehilangan akal sehatnya lagi buat berpikir.. Kasihannya.. Dan gak lama lagi Satu persatu kasus kematian akibat Vaksin akan menghiasi media massa. Dan ingat.. Itu semua akibat di Vaksin!!" tulisnya.

Ahli Patologi Klinis yang juga Direktur RS UNS Tonang Dwi Ardyanto menyatakan, informasi mengenai vaksin Covid-19 yang bisa menyebabkan gangguan otak seperti lamban berpikir dan sulit menghafal adalah klaim yang tidak benar.

"Yang jelas, anak-anak kita, yang bahkan kurang dari 1 tahun, sudah rutin mendapatkan vaksin termasuk yang metode pembuatannya sama: inactivated. Itu sudah bukti nyata," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/2/2021).

4. Otopsi Jenazah Membuktikan Covid-19 Berasal dari Bakteri

Di media sosial Facebook, beredar narasi yang menyebut bahwa Rusia melakukan otopsi jenazah Covid-19 dan menemukan penyebab Covid-19 adalah bakteri.

Informasi hoaks itu salah satunya diunggah oleh akun Facebook EmplawasBoy MrBrowny, pada 2 Mei 2021 pukul 10.47 WIB. Ia menyebut bahwa Rusia adalah negara pertama di dunia yang melakukan otopsi post mortem terhadap jenazah Covid-19.

"Setelah penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada sebagai virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menyebabkan kematian manusia melalui pembekuan darah," tulis dia.

"Penyakit ini adalah tipuan global, "tidak lain adalah koagulasi fellium-intravaskular (trombosis) dan metode pengobatannya adalah kuratif". Tablet antibiotik Anti-inflamasi dan Minum antikoagulan (aspirin). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit dapat disembuhkan," tulisnya.

Narasi itu juga menyebut bahwa bakteri ini berkaitan dengan radiasi jaringan 5G.


"Bagikan informasi ini dengan keluarga, tetangga, kenalan, teman, kolega Anda sehingga mereka dapat menghilangkan rasa takut terhadap Covid-19 dan menyadari bahwa ini bukan virus, tetapi bakteri yang hanya terpapar radiasi 5G," tulis dia.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut keliru. Laman Kementerian Kesehatan Rusia menyatakan bahwa Covid-19 sebagai virus dan sumber penyakit itu disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan tidak ada penelitian yang menghubungkan paparan teknologi nirkabel dengan efek negatif pada kesehatan.

5. Jenazah Korban Covid-19 Varian Delta Masih Bisa Bergerak

Akun Facebook James Bowie mengunggah sebuah video berdurasi 46 detik yang menampilkan sejumlah "jenazah" diletakkan berjajar di lantai dan hanya ditutupi kain putih.

Dalam narasinya, pemilik akun menyebut bahwa Covid-19 varian Delta sangat mematikan. Namun, di bagian bawah video, pemilik akun menyebut bahwa jenazah pasien Covid-19 varian Delta masih bisa bergerak.

"WASPADA TERHADAP SERANGAN AKTING PLANDEMI - part 5. Mayat korban kopit nya kok bisa gerak gerak?"

Hingga Selasa (13/7/2021), unggahan James Bowie sudah mendapat 163 emoji, 48 komentar, dan 1,3 ribu kali tayang.

Dari hasil penusuran Kompas.com, video tersebut berasal dari unggahan di YouTube oleh akun koran Al-Badeel, yang diunggah 28 Oktober 2013. Video tersebut merupakan video aksi demontrasi mahasiswa Al-Azhar University, Kairo, Mesir, bukan jenazah pasien Covid-19.

6. Pasien Batuk Pilek Di-Covid-kan Rumah Sakit

Informasi hoaks yang sering dipercaya oleh masyarakat adalah pasien batuk dan pilek akan "di-Covid-kan" ketika diperiksa di rumah sakit.

Informasi itu tersebar secara masif di media sosial Facebook.


Di media sosial bahkan tersebar informasi yang meminta masyarakat yang sakit agar tidak datang ke rumah sakit.

Sebab, jika ada gejala pada tubuh yang meliputi batuk, pilek, meriang, dan hilangnya indera penciuman disebut akan divonis Covid jika datang ke rumah sakit.
Informasi tersebut salah satunya diunggah oleh akun Facebook Mas Haryanto S N.

"Monggo bisa disebarluaskan kepada keluarga, sedulur, konco dan siapa saja..berhubung sekarang masuk panca roba (mongso sepuluh), ketika ada gejala pada tubuh seperti batuk, pilek, meriang, panas, hilangnya indera penciuman dan perasa dll..jangan terburu-buru kerumah sakit..Karena ketika diperiksa pasti akan divonis reaktif bahkan positif covid..Sehingga saat divonis pasti kondisi mental jadi down, sehingga kondisi imun tambah melemah.. Yang seharusnya bukan covid karena ter sugesti dan takut jadinya di bilang covid. Hati2...," demikian narasi yang dibagikan akun itu.

Kepala Humas Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Anjari Umarjianto mengatakan tuduhan tentang pasien yang di-Covid-kan di rumah sakit adalah tidak benar.

Ia menjelaskan dalam menentukan apakah pasien terkonfirmasi Covid-19 atau tidak terdapat sejumlah kriteria yang harus dipenuhi.

"Kan ada pemeriksaan lab-nya, ada pemeriksaan klinisnya, baru kemudian seseorang itu bisa ditentukan bahwa dia terinfeksi Covid-19 atau tidak, jadi tidak asal begitu saja. Semua dengan standar kriteria," kata Anjari dikutip dari Kompas.com, Jumat (2/7/2021).

Anjari juga mengingatkan, jika memang ada pasien ataupun keluarga yang memiliki bukti kuat di-Covid-kan oleh oknum rumah sakit maka sebaiknya melaporkan hal itu kepada Kepolisian.

"Rumah sakit dituduh meng-Covid-kan, ayolah ini sudah 1,5 tahun kita mengalami pandemi Covid-19, kok ya masih ada yang berpikiran begitu," kata dia.

"Kalau memang dia punya bukti, punya pengalaman di-Covid-kan, laporkan saja ke polisi, kan jelas itu pidana kalau memang ada yang seperti itu," tambahnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/19/11354061/ragam-hoaks-tentang-covid-19-chip-dimasukkan-ke-vaksin-hingga-pasien-di

Terkini Lainnya

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke