Salin Artikel

Donor ASI Bermunculan Saat Banyak Ibu Meninggal karena Covid-19, Ini Pro dan Kontranya

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak jiwa. Penyakit sistem pernapasan yang disebabkan virus corona ini tidak pandang bulu, masyarakat dari berbagai kalangan dan semua usia bisa terkena penyakit ini.

Tidak sedikit dari mereka mengalami gejala berat dan pada akhirnya meninggal dunia, termasuk ibu yang baru melahirkan atau masih memiliki bayi usia menyusui.

Akibatnya, bayi yang mereka tinggalkan tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) yang mereka butuhkan. Fenomena ini menggerakkan sejumlah ibu yang memiliki bayi usia menyusui untuk mendonorkan ASI mereka.

Di antaranya adalah Yosepha (29) yang baru melahirkan anak pertamanya sekitar empat bulan lalu.

Kepada Kompas warga Lebak Bulus, Jakarta Selatan, mengatakan bahwa ia tergerak untuk mendonorkan ASInya setelah mendengar kabar seorang bayi berusia tiga hari ditinggal pergi sang ibu akibat Covid-19.

”Mengetahui fakta ada bayi tiga hari ditinggal pergi ibunya dan berita lain tentang kematian ibu dan bayi karena Covid-19, saya harus berbuat sesuatu. Membagi apa yang berlebih dari diri,” katanya.

Yosepha mengaku, ia mampu menyisihkan ASI perah sebanyak satu sampai dua kantong berukuran 70 mililiter per hari. Ketika diwawancarai Senin (19/7/2021), ia sudah mengumpulkan hampir 50 kantong ASI beku.

Berbekal pengetahuan dari dokter pribadi dan komunitas ibu menyusui, ia menyampaikan niat baik tersebut melalui Twitter, 18 Juli lalu.

Dalam cuitan di akunnya, Yosepha membagi beberapa informasi diri secara gamblang, seperti agama, riwayat kesehatan, konsumsi obat dan suplemen, serta gaya hidup.

Ini dilakukan karena donor ASI harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kondisi medis, budaya, agama, dan sosial.

”Aku benar-benar ingin mendonorkan ASI, khususnya buat ibu-ibu baru melahirkan yang positif Covid dan yang ASI-nya belum keluar karena kondisi lain. Kalau tidak masalah dengan riwayatku, silakan kontak, ya,” cuit pemilik akun @johek. Utas yang ia buat pun sudah disukai ribuan orang.

Angela Iban (30), warga Cinere, Depok, mengaku kelimpahan produksi ASI setelah enam bulan melahirkan bayi laki-laki.

Di akun Istagramnya, ia mempromosikan bantuan ASI beku yang diperah sejak April lalu untuk bayi yang secara darurat membutuhkan dengan kondisi kesehatan tertentu, termasuk faktor Covid-19.

”Sepekan ini saya sudah terima empat pesan dari pihak yang meminta donor ASI perah karena ibunya meninggal terpapar Covid-19. Namun, mungkin karena tidak baca dengan detail informasi saya, mereka batal karena berbagai alasan, entah beda agama atau bayinya beda jenis kelamin,” tutur Angela.

Meski begitu, beberapa bulan terakhir ia telah mendonorkan ratusan kantong ASI perah kepada seorang bayi prematur di Karawaci, Tangerang, Banten.

Kini, ia masih berusaha menjangkau ibu dan bayi lain yang membutuhkan ASI lewat bantuan media sosial. Belakangan, sebuah lembaga laktasi mengontaknya untuk menawarkan bantuan verifikasi kesehatan dan penanganan donor ASI.

Baik Yosepha maupun Angela yakin, selama mereka dan pihak yang membutuhkan bisa bertanggung jawab, bantuan seperti ASI bisa menyelamatkan masa depan ibu dan bayi.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mencatat, selama periode April 2020 hingga April 2021, di Indonesia, sebanyak 536 ibu hamil dinyatakan positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 3 persen di antaranya meninggal.

Ketua POGI Ari Kusuma Januarto menyebut, kasus tersebut bisa lebih banyak lagi dengan tingginya kenaikan kasus selama Mei-Juni, bahkan Juli lalu.

Pro dan Kontra Donor ASI

Dilansir dari alodokter.com, donor ASI masih mengundang pro dan kontra, terutama karena kekhawatiran akan penyakit yang mungkin diderita oleh pendonor ASI.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengatur berbagai kebijakan terkait donor ASI. Ada beberapa kondisi tertentu di mana donor ASI perlu dipertimbangkan, di antaranya:

  • Bayi mengalami gangguan kesehatan.
  • Bayi lahir dengan kondisi ibu kandungnya meninggal dunia.
  • Bayi harus dipisahkan dari ibu kandungnya karena alasan tertentu.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan donor ASI, sesuai peraturan pemerintah No. 33 tahun 2021 tentang pemberian ASI ekslusif.

Hal-hal yang harus dipenuhi pendonor ASI adalah:

  • Memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan
  • Sudah lebih dulu memenuhi kebutuhan bayinya sebelum memutuskan untuk berdonasi, karena produksi ASI yang berlebih
  • Tidak sedang mengonsumsi obat yang dapat memengaruhi kesehatan bayi, termasuk hormon tiroid dan insulin
  • Tidak memiliki riwayat penyakit menular, seperti hepatitis atau HIV
  • Tidak memiliki pasangan seksual yang berisiko terinfeksi penyakit, misalnya pasangan yang memiliki riwayat aktivitas seksual risiko tinggi atau yang rutin mendapatkan donor darah
  • Tidak mengonsumsi minuman keras maupun merokok
  • Menjalani tes skrining yang meliputi tes HIV, human T-lymphotropic virus (HTLV), sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan CMV
  • Selain itu, ASI juga perlu disiapkan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
  • ASI diperah dengan pompa ASI atau alat yang bersih.
  • ASI perah disimpan dalam wadah tertutup, seperti botol kaca atau kantong khusus penyimpan ASI.
  • ASI telah melalui proses pemanasan atau pasteurisasi.

Selama kaidah-kaidah di atas terpenuhi, tidak ada salahnya untuk memberikan atau menerima ASI donor. (Kompas/Erika Kurnia, Fransiskus Wisnu Wardhana Dany)

Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "ASI hingga ”Laundry” Gratis Hanya Untukmu" dan Alodokter.com dengan judul "Bunda, Ini yang Perlu Diketahui mengenai Donor ASI".

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/02/15051591/donor-asi-bermunculan-saat-banyak-ibu-meninggal-karena-covid-19-ini-pro

Terkini Lainnya

Kenangan Masa Kejayaan Manusia Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Dulu Bisa Bangun Rumah, Kini Makan Pun Susah

Kenangan Masa Kejayaan Manusia Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Dulu Bisa Bangun Rumah, Kini Makan Pun Susah

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Megapolitan
Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke