Survei tersebut melibatkan 20.819 koresponden yang tersebar di 68 kelurahan di Kota Bogor. Para koresponden ditanya terkait pengertian, dampak negatif, serta cara penanganan Covid-19.
Hasil survei menunjukkan, sebanyak 67 persen warga sudah memahami pengertian Covid-19.
Kemudian, sebanyak 17 persen warga menyebut Covid-19 sebagai penyakit yang belum ada obatnya dan sebanyak 14 persen lainnya menyebut Covid-19 sebagai penyakit demam yang memiliki banyak gejala.
Menanggapi hasil survei itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, persepsi pemahaman publik tentang Covid-19 sudah mulai membaik.
Pasalnya, hasil survei pada tahun 2020 menunjukkan sebanyak 19 persen warga Kota Bogor tidak percaya Covid-19.
"Itu (sebanyak 19 persen warga tidak percaya Covid-19) angka mengkhawatirkan, itu tahun lalu. Tapi hari ini menunjukan persepsi pemahaman publik jauh lebih baik," kata Bima Arya di Balai Kota Bogor, Minggu (15/8/2021) dilansir dari Tribun Jakarta.
Menurut Bima, Pemkot Bogor akan mendalami siapa saja warga yang masih percaya teori konspirasi Covid-19.
Nantinya, Pemkot Bogor akan melakukan strategi khusus untuk membangun komunikasi dengan warga yang percaya teori konspirasi Covid-19.
"2 persen ini gak boleh dilepas, kita harus putuskan strateginya karena semua warga Bogor harus kita selamatkan. 2 persen itu siapa, kita dalami lagi. Kemungkinan mereka yang terdampak ekonomi, kemudian mudah terprovokasi berita-berita dan sebagainya," kata Bima.
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Bima Arya: 2 Persen Warga Kota Bogor Masih Percaya Bahwa Covid-19 Teori Konspirasi
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/16/09010051/hasil-survei-tunjukkan-2-persen-warga-bogor-percaya-teori-konspirasi