Pada Minggu (22/8/2021), tawuran kembali pecah di Jembatan Kota Paris. Kelompok warga Kampung Rawa sengaja memicu keributan untuk membalas dendam ke kelompok warga Tanah Tinggi.
Tawuran yang berlangsung sekitar pukul 22.00 WIB itu hanya berlangsung selama 10 menit dan langsung dibubarkan aparat kepolisian.
Sore keesokan harinya, polisi menangkap tiga tersangka yang dianggap sebagai dalang tawuran.
Mereka adalah HK (25), MY (29), dan BP (31). Ketiganya positif mengonsumsi sabu berdasarkan hasil tes urine.
Kapolsek Johar Baru Kompol Edison menjelaskan, ketiga pelaku dianggap sebagai dalang karena ikut merencanakan dan memprovokasi aksi tawuran tersebut.
Motif mereka adalah balas dendam atas kematian Indramayu (51) dalam aksi tawuran sepekan sebelumnya.
"Itu dia ada motif balas dendam juga dengan kasus tawuran sebelumnya," kata Edison saat dihubungi, Selasa (24/8/2021).
Salah satu pelaku, MY (29) mengakui jika aksi tawuran tersebut merupakan aksi balas dendam. MY menyinggung rekannya sempat menjadi korban dalam tawuran sebelumnya.
Akhirnya, ia bersama dua rekannya memprovokasi warga agar terjadi tawuran.
"Saya hanya balas dendam. Abang-abangan saya sempat jadi korban. Makanya kita provokasi," kata MY saat ditanyai polisi usai ditangkap, seperti dilansir Warta Kota.
Dalam tawuran yang terjadi pada Senin (16/8/2021) dini hari, Indramayu tewas dengan sejumlah sabetan benda tajam.
Ia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, namun nyawanya tak tertolong.
Indramayu yang sehari-harinya bekerja sebagai pengendara ojek itu meninggal dunia pada pagi harinya.
Polisi sebenarnya sudah menangkap S dan AA, dua orang yang diduga melakukan penyerangan terhadap Indramayu.
Meski demikian, penangkapan itu tak lantas membuat rekan-rekan Indramayu menahan diri untuk melakukan aksi balasan.
Warga halangi petugas
Meski tiga dalang tawuran telah ditangkap, polisi menduga masih ada provokator lain yang masih berkeliaran.
Saat ini polisi masih terus melakukan pendalaman untuk memburu pelaku lainnya.
Kapolsek Edison berharap, penangkapan para provokator ini bisa mencegah aksi tawuran berulang.
"Seperti waktu kemarin tawuran di Kramat Sentiong sudah kita amankan berapa orang, sementara ini enggak terjadi tawuran lagi," katanya.
Selain itu, polisi juga berharap kerjabsama warga dalam mencegah dan menindak aksi tawuran yang kerap kali terjadi di Johar Baru.
Meski pada kenyataanya, warga justru sering kali menutup jalan menuju akses tawuran sehingga gerak petugas kepolisian terhambat.
"Warga kebanyakan lebih memilih menonton dan menutup jalan dalam mendukung tawuran antarwarga," kata Edison.
Ini juga terjadi pada aksi tawuran hari Minggu lalu. Akibat akses petugas terhalangi, seluruh pelaku tawuran dengan mudah kabur meninggalkan lokasi.
"Warga sengaja menutup jalan untuk tawuran. Warga menghalau petugas yang mau masuk karena memblokade jalan. Harusnya warga membubarkan," kata Kanit Reskrim Polsek Johar Baru AKP Suprayogo.
Polisi berharap kedepannya warga tak lagi menutup akses ke lokasi tawuran. Sebaliknya, warga diminta untuk segera melapor jika tawuran kembali terjadi.
Edison menegaskan peran Ketua RT dan RW setempat sangat penting untuk mengatasi tawuran tak berkesudahan di Johar Baru ini.
"Kami meminta agar RT dan RW supaya kalau ada tawuran lapor ke kita," ucap Edison.
Pemkot perbanyak CCTV
Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta Pusat juga berupaya mencari solusi untuk mengatasi tawuran di Johar Baru dengan memperbanyak kamera CCTV di sejumlah titik rawan tawuran.
"Pemasangan CCTV bertujuan mengetahui kelompok warga mana yang menjadi pemicu sehingga dapat diselesaikan masalah tawuran antar warga Johar Baru," kata Dhany, Senin (23/8/2021).
Saat ini CCTV sudah ada di sejumlah titik, namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Sebagian CCTV yang sudah terpasang juga tidak berfungsi.
Dengan penambahan CCTV, maka diharapkan polisi lebih terbantu dalam menyelidiki kasus tawuran yang kerap kali terjadi di wilayah Johar Baru.
Dhany menilai, tawuran yang terus berulang ini disebabkan oleh perilaku antarkelompok warga yang sudah lama berseteru. Jadi bukan karena adanya jembatan yang menghubungkan kedua wilayah.
"Saya sejak awal tidak yakin terjadinya tawuran antarwarga Johar Baru disebabkan adanya jembatan yang menghubungkan dua wilayah yang kerap dijadikan tempat tawuran tapi perilaku. Itu yang akan dituntaskan,," ujar Dhany.
Ia mengungkapkan, pihaknya akan berkomunikasi dengan Polres Metro Jakarta Pusat, FKDM, lurah dan RT dan RW untuk melakukan identifikasi apa yang menjadi penyebab tawuran antar warga di Johar Baru.
"Apa yang menjadi titik persoalan. Ini yang harus diselesaikan pencetusnya," ungkapnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/25/09001141/balas-dendam-picu-tawuran-tak-berkesudahan-di-johar-baru