JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi anak pahlawan nasional Ismail Marzuki tak menjamin kesejahteraan hidup Rachmi Aziya (71).
Rachmi yang sudah memasuki usia senja itu kini hidup secara sederhana di sebuah rumah kontrakan di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat. Ia menampati rumah kontrakan tersebut bersama sang suami.
Untuk kesehariannya, Rachmi mengaku menjalani bisnis kecil-kecilan, seperti menjual ikan cupang.
Modalnya didapat dari uang bantuan yang diberikan pemerintah kepada keluarga pahlawan nasional.
Uang bantuan tersebut senilai Rp 50 juta per tahun. Selain digunakan sebagai modal bisnis, uang tersebut juga dipakai Rachmi untuk membayar sewa kontrakan dan berobat.
Rachmi sempat mengidap stroke pada tahun 1984. Beruntung, ia bisa kembali pulih dan beraktivitas normal. Kini, ia tetap harus rutin meminum obat.
“Obat darah tinggi, asam urat, kolesterol. Ya orang sepuh kan ada aja,” ujarnya saat ditemui Kompas.com, Rabu (10/11/2021).
Sebelum berjualan ikan cupang, Rachmi sempat berjualan minuman es di depan rumah kontrakannya yang kebetulan berdekatan dengan sebuah sekolah dasar.
Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda, Rachmi tidak lagi melanjutkan bisnis tersebut karena kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring dari rumah.
“Jualan itu saya buat ngisi hari-hari tua saja. Biar enggak stres, enggak jenuh. Kalau dibilang kekurangan rezeki, alhamdulillah enggak,” kata Rachmi.
Mengenal Ismail Marzuki
Ayahanda dari Rachmi, Ismail Marzuki, dikenal sebagai maestro Tanah Air.
Semasa hidupya, Ismail menciptakan dan menggubah ratusan lagu-lagu patriotik dan lagu kebangsaan Indonesia, seperti Gugur Bunga dan Halo Halo Bandung.
Ia meninggal pada 5 Mei 1958 di pangkuan istri, Eulis, dengan disaksikan Rachmi yang saat itu masih berusia 8 tahun.
Ismail Marzuki dimakam di TPU Karet Bivak, Jakarta. Pada batu nisannya dipahatkan lagu Rayuan Pulau Kelapa.
Beberapa puluh tahun setelahnya, pemerintah berniat untuk memindahkan makamnya ke Taman Makan Pahlawan di Kalibata.
Namun keluarga menolak dan menganggap jika hal tersebut bukanlah kepentingan yang mendesak.
Bagi pihak keluarga, di mana pun jasadnya dikubur, karya abadi Ismail Marzuki tetaplah bertumpu di hati rakyat Indonesia.
(Penulis : Wahyu Adityo Prodjo/ Editor : Irfan Maullana)
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/12/13574491/cerita-anak-ismail-marzuki-berjualan-minuman-es-hingga-ikan-cupang-untuk