Bagaimana tidak, dia sudah menempati kediaman itu selama puluhan tahun lamanya.
"Kalau dibilang sedih, ya dapat dilihat sendiri kan tadi gimana. Keluarga yang lainnya juga sedih semua," paparnya saat dikonfirmasi, Selasa.
"Pada sedih, itu kan tanah kelahiran kita, kita lahir di situ. Sejarah banget itu rumah," sambungnya.
Sebagai informasi, di antara kediaman di kanan kirinya, rumah Anwar menjorok ke jalan raya sekitar kurang lebih enam meter sejak 2007.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang merobohkan rumah tersebut pada Selasa ini.
Rumah dengan ribuan kenangan
Anwar bercerita, keluarganya memiliki ribuan kenangan di rumah tersebut meski menjorok ke jalan.
Banyak pengalaman yang didapat lantaran rumah itu menjorok ke jalan raya.
Tak hanya itu, salah satu bagian dari bangunan rumah Anwar yang menjorok ke jalan dijadikan sebagai tempat usaha.
Lantaran seluruh bagian bangunan yang menjorok ke jalan digusur, dia kehilangan salah satu sumber penghasilannya.
"Jadi kan rumah (yang digusur) itu ada tiga bagian. Yang satu ukurannya 5x1 meter, enggak layak ditinggalin. Satu buat saya tinggal dan satunya dijadikan tempat usaha. Karena digusur, kan ya hilang satu penghasilan," papar dia.
Kenangan lainnya, rumah Anwar yang menjorok itu pernah ditabrak oleh sebuah mobil pada 2014.
Beruntung, pengendara mobil itu memberikan ganti rugi atas kecelakaan yang terjadi di rumah Anwar saat itu.
Uang ganti rugi belum cair
Selain itu, uang ganti rugi yang seharusnya diterima karena rela rumahnya digusur untuk kepentingan umum belum juga didapatkan hingga saat ini.
Pasalnya, sengketa tanah yang berada di bawah sebagian rumah Anwar itu belum juga rampung hingga saat ini.
Adapun sengketa itu terjadi karena sertifikat rumahnya tiba-tiba digadaikan ke sebuah bank oleh seorang oknum.
Setelah ini, kata Anwar, pihaknya bersama bank tersebut hendak menggelar musyawarah untuk membahas soal ganti rugi tersebut.
"Musyawarahnya tetap diselenggarakan di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang. Semoga saja cepat selesai," harapnya.
Legawa meskipun sedih
Anwar berujar, perobohan sebagian rumah miliknya dilakukan berdasarkan konsolidasi antara pihak keluarganya dan Pemkot Tangerang.
Perobohan rumah yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tangerang itu termasuk dalam proyek pelebaran Jalan Maulana Hasanudin.
"Kami mengalah untuk menang. Demi kepentingan umum, demi masyarakat luas," papar Anwar.
"Kita legawa," sambung dia.
Usai sebagian rumahnya dirobohkan, Anwar bakal bertempat tinggal di kediamannya yang terletak persis di belakang bangunan yang dirobohkan.
Adapun kediaman yang nantinya akan ditempati itu sedang direnovasi dan biayanya ditanggung Pemkot Tangerang.
Bagaimana bisa di tengah jalan?
Anwar bercerita, rumahnya yang memakan jalan raya itu terjadi secara tidak sengaja.
Dia menyebutkan, pada 2004, sertifikat rumahnya digadaikan oleh seorang oknum ke salah satu bank.
Kemudian, pada 2007, Wahidin Halim, yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Tangerang, tengah melebarkan Jalan Maulana Hasanudin.
Dalam program tersebut, sederet rumah di jalan itu hendak digusur oleh Pemkot Tangerang.
Kemudian, saat Anwar hendak meminta kembali sertifikat rumah dia, oknum yang membawa dokumen itu telanjur kabur.
Lantas, tanah yang menjadi lokasi rumah Anwar menjadi sengketa.
Pihak Pemkot Tangerang dan Anwar sepakat untuk membawa kasus tersebut ke ranah perdata dan saat ini PN Tangerang tengah mengurus persoalan tersebut.
"Mudah-mudahan urusannya segera selesai, karena di sini, kami kan korbannya, karena sertifikatnya digadaikan oknum ke bank," papar Anwar saat ditemui di rumahnya, Kamis (3/6/2021).
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/16/20122211/pemilik-rumah-menjorok-ke-jalan-di-batuceper-yang-dirobohkan-sedih-itu