Salin Artikel

Cerita Tukang Servis Elektronik Langganan Kebanjiran, Balapan Selamatkan Dagangan dari Kepungan Air

JAKARTA, KOMPAS.com - Rintik hujan mulai turun di ujung Jalan Darmawanita II, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Jantung Daeng (55) mulai berdebar, ketika suara rintik semakin riang di atas atap asbes tokonya.

Tukang servis peralatan elektronik itu segera bangkit dari bangku kerjanya. Memantau langit, sembari sesekali menengok ke deretan barang elektronik bekas di belakang punggungnya.

Di dalam kepalanya ramai memikirkan barang elektronik mana yang harus diselamatkan terlebih dahulu jika banjir kembali datang.

"Kalau gerimis datang, sudah mulai deg-degan, saya langsung siap-siap," ungkap Daeng saat ditemui di bengkel servis sederhananya, beberapa waktu lalu.

Sejak tahun 1990-an, Daeng sudah membuka bengkel servis elektronik di pertigaan itu. Sejak saat itu, ia harus selalu siap balapan atau adu kecepatan dengan air banjir, untuk menyelamatkan barang-barang elektronik yang sedang "dirawat" di bengkelnya.

"Saya sudah siapin untuk banjir. Barang-barang sudah siap dipapah untuk dinaikkan ke rak," kata dia.

"Kadang-kadang, saya kejar-kejaran dengan air. Sambil naikkin (barang) yang di dalam, yang di depan jatuh terbawa air. Giliran dinaikkin yang di depan, yang di dalam jatuh karena air," kenang dia.

Dari tata letak barang di tokonya, terlihat bahwa sang pemilik sudah siap menghadapi banjir. Di bagian dalam toko, seluruh sisi tembok dipasangi rak kayu bertingkat. Kata Daeng, barang elektronik akan dinaikkan ke rak sesuai ketinggian muka banjir.

Sementara itu, di bagian depan, berjejer beberapa kloset duduk dan mesin cuci. Menurut Daeng, barang-barang itu ditaruh sebagai garda terdepan untuk menghalau banjir.

"Saya sengaja mesin cuci dan kloset ditaruh di depan, buat menghalangi benda-benda asing yang masuk saat banjir," kata Daeng.

Menurut dia, dari seluruh barang elektronik mesin cuci paling bisa diandalkan untuk menjadi barikade.

"Kalau diisi air di dalamnya, jadi berat. Jadi kalau mulai hujan, saya isi mesin cuci ini dengan air. Kadang keisi sendiri juga sih, jadi talang air kalau hujan," kata Daeng.

Lain lagi dengan kloset duduk. Kata Daeng, kloset duduk memiliki karakter yang aneh.

"Kloset kalau diangkat itu berat banget, tapi kalau banjir, dia hanyut duluan. Saya juga bingung. Padahal saya sengaja kloset ditaruh di depan buat halangi air kalau banjir, malah dia (kloset) hanyut duluan," kata dia sambil terkekeh.

Namun demikian, kloset tetap ditaruhnya di depan. Sebab, jika ditaruh di dalam, kloset bisa saja menghancurkan barang lain jika bertabrakan.

"Dulu pernah, banjir sampai ke dalam toko, pintu enggak bisa dibuka. Jadi barang-barang di dalam itu terkurung dan mereka jadi berputar-putar di dalam seperti blender. Jadinya saling berbenturan. Pecahlah," kata dia.

Dari barang elektronik jadi rongsok

Daeng mengatakan, banjir yang terjadi beberapa tahun terakhir kerap membuat wilayahnya terendam air dengan ketinggian setengah hingga satu meter.

"Kontur tanah di sini itu seperti wadah baskom, jadi turun semua ke sini. Kalau hujan setengah jam saja, sudah susah motor lewat," katanya.

Namun, Daeng mengatakan bahwa banjir akhir-akhir ini lebih cepat surut, meski cepat naik.

"Kalau sekarang enak sih, kalau banjir, berhenti hujan, langsung surut. Karena langsung disedot kan," ucap Daeng.

Lain lagi ketika banjir hanya datang dalam periode lima tahunan.

"Kalau dulu zaman banjir lima tahunan, bisa sampai 1-2 meter. Sampai ke plafon pernah kena. Kalau dulu, banjir baru bisa surut sebulan. Bedanya dengan sekarang, enggak tinggi, tapi sering," kata Daeng sambil tertawa.

Ketika banjir mencapai plafon rumahnya, ia hanya bisa pasrah melihat seluruh barang elektroniknya tenggelam dalam air. Ia pun merelakan kerugian puluhan juta.

"Kalau total itu barang di sini bisa Rp 80 jutaan. Contoh harga TV bisa Rp 500.000 sampai Rp 800.000 per unit. Kalau dihitung semua bisa puluhan juta," kata dia.

Barang yang rusak karena banjir, tidak lagi bisa ia jual. Ia hanya bisa menjual mesin TV ke lapak rongsok.

"Kalau kerugiannya, bisa sekitar Rp 50 jutaan ruginya. Karena barang yang rusak kita jadi jual sebagai rongsok. Kalau ditimbang Rp 3.000 per kilogram. TV cuma bisa diambil tembaganya, jadi dapat total Rp 30.000 per TV. Dari yang seharusnya Rp 500.000, bisa jadi Rp 30.000, gara-gara banjir," jelas Daeng.

Namun, beberapa barang seperti kipas, mesin cuci, dan kloset duduk, yang tidak pecah, masih bisa ia jual. Sebab, ketiga barang itu, tidak rawan karat.

Sulit jadi pengungsi

Daeng bersyukur banjir yang datang di tempatnya tidak lagi separah dahulu. Ia pun mengapresiasi upaya pemasangan saluran dengan u-ditch di pinggir jalan, termasuk penyedotan air ketika banjir.

Namun, Daeng masih berharap agar banjir tidak lagi terjadi. Sebab ia cukup kesulitan jika hidup di pengungsian.

"Kalau mengungsi itu jauh, di pasar atau di jembatan baru. Tapi,di pengungsian itu kalau ke toilet susah, di pengungsian ini harus bayar toilet, di pengungsian lainnya kadang toiletnya ditutup," jelas dia.

Daeng mengatakan, sebenarnya ada bangunan umum di dekat wilayah terdampak banjir yang mumpuni untuk menampung pengungsi. Namun, para pengungsi kini tak diperkenankan masuk.

"Ada tempat yang cocok buat ngungsi dekat sini, tapi malah dikunci, enggak boleh masuk. Dulu padahal boleh. Heran juga, kita kan sedang kena musibah," pungkas Daeng.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/17/12452251/cerita-tukang-servis-elektronik-langganan-kebanjiran-balapan-selamatkan

Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke