DEPOK, KOMPAS.com - Sadeli (50) langsung was-was saat kandang ayam miliknya sudah berada di dasar jurang. Istri Sadeli masih tertidur. Malam itu, hujan turun cukup deras.
Rumah Sadeli di pinggir jurang Kali Pesanggrahan tepatnya di Jalan Usman Bentong RT 03 RW 04, Pasir Putih, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat.
Malam minggu itu menjadi kesempatan terakhir tinggal di rumah bagi Sadeli dan keluarganya. Sebelumnya, tanda-tanda longsor masih Sadeli ingat. Sadeli dan keluarganya sudah ketakutan tinggal di tepi jurang sejak sebulan lalu.
"Jam 10 malam saya ke rumah, saya bilang kok tidur bae? Emang ngapa kan ngantuk kata istri saya. Ini ujan banyak banget, kata saya," ujar Sadeli saat ditemui di rumahnya.
Sadeli khawatir istrinya tertidur lelap di dalam rumah. Cuaca di luar hujan deras. Sadeli menyempatkan menengok istrinya setelah datang ke hajatan tetangganya.
Setelah melihat kandang ayam berada di jurang, Sadeli dan istrinya ke mengungsi ke rumah kontrakan. Sadeli tak berani tidur di rumahnya. Padahal, rumah itu sudah Sadeli tinggali selama 30 tahun lamanya.
Longsor pun terjadi
Minggu (7/11/2021) siang, hujan deras mengguyur Sawangan. Rumah Sadeli sudah kosong. Tak ada aktivitas lantaran bahaya longsor mengancam keluarganya.
Aliran Kali Pesanggrahan meninggi. Air naik menutup bebatuan yang ada di pinggir sungai. Menurut Sadeli, biasanya batu-batu tersebut kerap terlihat jika cuaca cerah.
Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB. Sadeli sedang berada di kebun belimbing di sebelah barat rumahnya.
Tetangga Sadeli menghampiri dan mengatakan bahwa pohon belimbing jatuh ke jurang. Sadeli pun mengecek ke pinggir jurang yang berbatasan langsung dengan jurang. Sadeli datang dengan penuh kecurigaan.
"Kirain pohon belimbing saya. Ternyata punya pohon belimbing tetangga dua biji. Sama pohon nangka," kata Sadeli dengan logat Betawi kental.
Warga pun berdatangan. Suasana cukup mencekam. Hujan masih rintik-rintik dan warga berupaya menyelamatkan diri.
"Orang pada banyak sampai malem. Saya spontan angkat barang rumah tangga, kasur, lemari. Sementara kan saya, anak saya, udah takut tidur di sini," kata Sadeli.
Sebenarnya, adik Sadeli sudah mengingatkan agar segera mengevakuasi barang-barangnya. Sadeli sempat menunda-nunda hingga akhirnya longsor terjadi.
"Dia (adik saya) bilang jangan nunggu besok-besok. Sekarang aja. Dia bawa mobil. Alhamdulillah ada ingetin," ujar Sadeli.
Hidup tak tenang
Satu bulan lamanya Sadeli, istri, dan dua anaknya hidup penuh was-was. Rumahnya bisa sewaktu-waktu ikut longsor. Apalagi jika sedang hujan deras. Anggota keluarga Sadeli sudah memilih mengungsi seminggu terakhir.
Mereka memilih pindah ke rumah kontrakan yang jauh dari ancaman tanah longsor. Rumah yang mereka tempati selama 30 tahun kini berada di ujung tanduk.
"Enggak tenang, enggak nyaman. Selama ini hidup saya nyaman dan tenang, sekalipun bau dari sampah. Dengan adanya longsor ini, saya enggak tenang. Karena masalah nyawa," kata Sadeli.
Sadeli pun tak masalah untuk direlokasi. Rumahnya pun kini sudah tak layak. Beberapa bagian dalam rumahnya sudah retak dan lantainya terangkat. Relokasi diminta agar dilakukan secepatnya.
Sadeli berharap bisa mendapatkan penggantian tanah dan bangunan rumahnya dengan harga yang layak.
"Pengennya saya sebagai warga, dari pemkot ini harus tanggung jawab. Karena ini kan imbas dari TPA longsor bukan semata-semata bencana alam. Saya mohon kepada pemerintah, bebaskan kami. Setelah itu, rapikan turap dengan rapi. Agar tak berkelanjutan longsornya ke arah barat," kata Sadeli.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/17/20125291/cerita-sadeli-di-pasir-putih-sebelum-rumahnya-longsor-kandang-ayam-jatuh