Gilchalan dilaporkan baru tiba di Jakarta menggunakan maskapai Qatar Airways. Saat petugas memeriksa kelengkapan dokumen Gilchalan, petugas menemukan dua paspor berbeda di tas ranselnya.
Saat itu, Gilchalan memegang paspor Bulgaria bernomor 382509836. Dua paspor lainnya adalah paspor Bulgaria yang sudah kadaluarsa dan paspor Iran yang masih berlaku hingga 2023.
Semua paspor tersebut menggunakan nama Ghassem Saberi Gilchalan.
Tak hanya itu, petugas juga mendapati sejumlah dokumen mencurigakan, seperti dokumen berbahasa persia, beberapa kartu bertuliskan anggota Persatuan Bekas Polis Malaysia, dan Skuad 69 PDRM.
Petugas juga meneukan 11 telepon seluler, satu tablet, satu pemutar musik, dua modem, dan beberapa kartu SIM lokal, ataupun luar negeri.
Saat itu, Gilchalan beralasan memiliki banyak ponsel karena ia harus menyimpan nomor HP dari berbagai negara.
"Saya punya teman di beberapa negara, saya harus menyimpan nomor-nomornya,” kata Kasat Reskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta Ajun Komisaris Rezha Rahandhi, September lalu, menirukan jawaban Gilchalan saat diinterogasi.
Polisi lalu memeriksa keaslian paspor Bulgaria dan paspor Iran milik Gilchalan. Kedubes Bulgaria di Jakarta menyatakan bahwa paspor milik Gilchalan adalah palsu.
Kedubes Bulgaria membantah Gilchalan adalah warga negara Bulgaria.
Sementara itu, Kedubes Iran di Jakarta mengaku bahwa Gilchalan adalah warga negara Iran.
Tim Kompas.id berusaha mengonfirmasi informasi terkait Gilchalan ke Kedubes Iran sejak Senin (29/11/2021). Namun, hingga Rabu (8/12/2021), belum ada konfirmasi resmi atas pertanyaan yang dikirim.
Gilchalan lantas ditahan atas dugaan penggunaan paspor palsu. Dia telah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Tangerang.
Pada pertengahan September, Gilchalan divonis dua tahun penjara dan denda sebesar RP 100 juta.
Gilchalan berusaha mengajukan banding atas vonis tersebut. Namun, upaya bandingnya ditolak pada November lalu.
Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI Laksamana Muda (Purn) Soleman B Ponto mengatakan, sejumlah bukti seperti paspor palsu, belasan ponsel, foto pejabat, dan pindaian puluhan paspor biasanya berkaitan dengan tanker MT Horse mengindikasikan bagian dari operasi intelijen.
Bagi seorang wisatawan, koleksi belasan ponsel tergolong tidak wajar. Namun, bagi seorang agen intelijen, itu hal biasa dalam beroperasi.
Dihubungi terpisah, Direktur Tindak Pidana Umum Badan Reserse Kriminal Polri Brigadir Jenderal (Pol) Andi Rian mengatakan, belum ada kasus terkait dugaan operasi intelijen oleh Gilchalan yang ditangani Kepolisian.
Namun, ia mengakui informasi soal Gilchalan sudah sempat didiskusikan.
"Baru sebatas diskusi. Belum kelihatan unsur pidana," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Paspor Palsu Kuak Operasi Intelijen Asing".
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/12/10/13560031/paspor-palsu-wn-iran-kuak-dugaan-operasi-intelijen-asing-di-indonesia