Salin Artikel

Akhir Tragis Pemulung Cabul di Bekasi, Kabur Saat Akan Dibui, tetapi Malah Bertemu Maut

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagai jalan cerita tokoh antagonis, hidup seorang pemulung berusia 40 tahun, S alias M, berakhir tragis.

Setelah diduga mencabuli seorang remaja, S ditangkap polisi. Belum 24 jam diamankan, S lalu melarikan diri dengan proses dramatis.

Tak sampai dua hari kemudian, sesosok jenazah ditemukan mengapung di sungai di belakang Polres Metro Bekasi Kota, tempat S melarikan diri. Jenazah itu diduga sebagai S.

Alur cerita ini bermula ketika S diduga melakukan aksi bejad dengan mencabuli remaja laki-laki berusia 15 tahun di sebuah toilet umum di kawasan Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Aloysius Suprijadi mengatakan, aksi kejahatan seksual ini terjadi pada Rabu (29/12/2021).

Saat itu, S yang biasa memulung di sekitar lokasi, menghampiri korban yang sedang bermain.

"Pelaku menjanjikan uang Rp 5.000 kepada korban dengan dibawa ke sebush toilet umum," kata Aloysius kepada wartawan di Bekasi, Minggu (2/1/2022).

Setibanya di toilet umum, pelaku langsung memberikan uang senilai Rp 2.000.

"Pelaku lalu membekap, memaksa tindakan oral kepada korban di lokasi WC umum tersebut. Lalu melakukan sodomi terhadap korban," jelas Aloysius.

Kejadian itu pun dilaporkan korban kepada keluarganya. Pihak keluarga pun langsung melapor ke kantor polisi. Satu hari setelah peristiwa itu, polisi mengamankan S.

S pun dijerat Pasal 82 Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang perlindungan anak dengan ancaman pidana paling lama 15 tahun penjara.

Kabur saat pemeriksaan

Setelah ditangkap, S diperiksa di sebuah ruangan oleh tim penyidik dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Metro Bekasi Kota.

"Status yang bersangkutan sebelum 1x24 jam, masih dilakukan pemeriksaan hasil tangkapan. Di situ masih dalam kondisi diborgol. Saat diberi makan, penyidik pun mencopot satu borgol di salah satu tangannya," ungkap Aloysius.

Setelah makan, S meminta izin ke kamar mandi dengan alasan ingin mencuci tangan. Di situ, S melancarkan aksi melarikan diri dengan menjebol plafon menggunakan tangan kosong.

"Di kamar mandi tersebut, S menjebol plafon. S menjebol plafon murni dengan tangan sendiri, tidak ada alat bantu," kata Aloysius.

S baru ketahuan kabur, setelah terdengar suara gaduh ketika S menginjak plafon kantin.

"Kebetulan di ruang PPA itu banyak orang, ada ruang bersama. Saat menjebol itu tidak terdengar dari kamar mandi," jelas Aloysius.

"Tapi terdengar setelah S menginjak plafon kantin sebelah Polres. Dan di situ ada saksi yang melihat. Dari situ semua mengejar pelaku," lanjut Aloysius.

Pelaku kemudian diketahui melarikan diri ke Kali Bekasi. Pihaknya pun melakukan pencarian ke sana.

"Kami cari terus mulai dari Polres sampai ke ujung jembatan di belakang RSUD. Besoknya juga kami sisir lagi dan memang tidak ditemukan," lanjut dia.

Aloysius menyampaikan, kondisi sungai saat itu terlihat cukup deras arusnya lantaran menjadi pertemuan antara dua sungai yakni Sungai Cikeas dan Cileungsi.

Jasad mengambang di Kali Bekasi

Pada Minggu pagi, sesosok mayat ditemukan mengambang di Kali Bekasi tersebut oleh warga setempat.

"Warga tersebut hendak buang air kecil di pinggir Kali Bekasi, lalu melihat korban mengambang dengan posisi telungkup. Atas kejadian tersebut saksi langsung melaporkannya," kata Aloysius.

Jasad itu ditemukan masih mengenakan baju berwarna oranye bertuliskan "Tahanan Polrestro Bekasi Kota".

"Saat ditemukan, korban masih menggunakan baju seragam tahanan berwarna orange bertuliskan Tahanan Polrestro Bekasi Kota tanpa celana," kata dia.

Selain itu, jasad tersebut juga masih mengenakan borgol di salah satu pergelangan tangannya.

"Serta untuk borgol, masih menempel di tangan kanan," lanjut Aloysius.

Dari hasil pengecekan sementara, polisi menduga kuat bahwa jasad tersebut merupakan S, tahanan yang kabur pada Jumat lalu.

"Terhadap ciri-ciri korban, diduga korban merupakan tersangka yang melarikan diri dari ruang PPA Sat Reskrim Polrestro Bekasi Kota pada tanggal 31 Desember 2021," ujar dia.

Namun, untuk memastikan identitas jasad tersebut, pihaknya telah membawa jasad tersebut ke RS Polri Kramat Jati untuk dilakukan otopsi.

3 petugas diperiksa

Akibat peristiwa itu, Aloysius mengakui, tahanan bisa kabur lantaran penerapan standar operasional prosedur (SOP) kepada tahanan kurang maksimal.

"SOP kurang melekat di dalam kamar mandi ketika (tahanan) dilepas," ungkap Aloysius.

Oleh karenanya, Aloysius pun menyatakan akan memperbaiki sistem pemeriksaan tahanan dan memperketat SOP.

"Tentunya kami akan memperbaiki sistem pemeriksaan dan SOP akan kami ketatkan kembali. Kemudian (akses petugas) di ruang penyidik akan kami batasi, tidak semua leluasa keluar masuk sehingga mengganggu penyidikan," ucap dia.

Adapun, sebagai buntut peristiwa itu, tiga polisi diperiksa oleh Inspektur Pengawas Daerah (Irwasda) Polda Metro Jaya.

"Ada tiga personel yang diperiksa Irwasda, ada perwira kanitnya," kata dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/01/03/07544511/akhir-tragis-pemulung-cabul-di-bekasi-kabur-saat-akan-dibui-tetapi-malah

Terkini Lainnya

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke