Dia meminta jajaran Pemprov DKI belajar bahasa Indonesia yang benar agar tidak melontarkan istilah yang membingungkan masyarakat.
Ida menilai, Pemprov DKI menyamakan dua program tersebut untuk menutupi penanganan banjir yang menurutnya gagal.
"Itu mungkin karena menutupi gagalnya penanganan banjir, yang akhirnya masing-masing eksekutif mesti itu aja dulu, belajar bahasa Indonesia yang benar," ujar Ida saat dihubungi melalui telepon, Kamis (3/2/2022).
Ida menjelaskan, normalisasi sungai jauh berbeda dengan gerebek lumpur yang kini sedang giat dikerjakan Pemprov DKI Jakarta.
Gerebek lumpur adalah proses pengerukan lumpur yang mengendap di saluran air maupun sungai.
Sementara itu, normalisasi merupakan upaya untuk menambah kapasitas air menjadi lebih besar.
Pernyataan pejabat Dinas SDA tersebut, kata Ida, membuat Pemprov DKI menjadi bahan lucu-lucuan di tengah banyaknya warga terdampak banjir akibat normalisasi yang mandek.
"Kalau bikin pernyataan harus dicerna betul, dipikirkan betul, apa itu sama atau tidak. Jadi jangan membuat sensasi, jangan membuat kata yang lucu-lucuan," tutur Ida.
Sebelumnya, Sekretaris Dinas SDA Dudi Gardesi menilai upaya gerebek lumpur hingga pembuatan waduk yang dilakukan Pemprov DKI memiliki esensi yang sama dengan normalisasi sungai.
Pada dasarnya, kata Dudi, semua program bertujuan untuk menambah kapasitas air dalam penanggulangan banjir Jakarta.
"Kenapa harus dibeda-bedain? Kan sama, istilahnya aja yang dipakai seperti apa gitu loh. Bentuknya kan pembangunan. Konstruksi semua," ucap Dudi, Jumat (28/1/2022).
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/02/03/17120701/pemprov-dki-samakan-gerebek-lumpur-dengan-normalisasi-sungai-dinilai