JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah akan menerapkan Kurikulum Merdeka pada jenjang sekolah tingkat menengah atas (SMA) tahun ajaran 2022/2023.
Namun, rencana tersebut tak sepenuhnya disambut baik oleh para guru. Salah satunya adalah Millah N Haq, seorang guru SMK swasta.
Meskipun menurut Millah konsep kurikulum tersebut bagus, dia lebih menginginkan agar kurikulum yang sudah ada dioptimalkan terlebih dahulu.
"Memang (penerapannya) tergantung kesiapan sekolah, tapi selalu pada akhirnya nanti harus. Indonesia terlalu sering mengganti kurikulum, pada akhirnya tidak terlalu optimal. Padahal, lebih baik optimalkan saja yang ada," kata Millah kepada Kompas.com, Jumat (18/2/2022).
Millah menegaskan bahwa dirinya tidak kontra dengan konsep kurikulum yang digagas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknlogi (Mendikbud Ristek) karena pada dasarnya kurikulum tersebut berkaitan dengan minat dan bakat murid.
Apalagi, kata dia, minat dan bakat para murid berbeda satu sama lain.
"Hanya saja, yang ditakutkan itu adalah kesiapan di sekolahnya dan kualitas guru itu memengaruhi," kata dia.
Menurut dia, merdeka belajar adalah menerapkan pola pembelajaran yang membebaskan para murid mencari tahu sendiri.
Namun, kenyataannya, kata dia, rata-rata para murid tersebut masih memerlukan bimbingan.
"Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mencari sumber sendiri okelah, tapi ada beberapa siswa yang malah jadi bodo amat," kata dia.
Diketahui, Mendikbud Ristek Nadiem Makarim telah mengeluarkan kebijakan menyiapkan opsi untuk sekolah menengah atas menggunakan Kurikulum Merdeka mulai tahun ajaran 2022/2023.
Menurut Nadiem, Kurikulum Merdeka yang sebelumnya disebut sebagai Kurikulum Prototipe ini akan memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah.
“Di dalam program SMA sekarang tidak ada lagi program peminatan untuk yang memiliki Kurikulum Merdeka. Ya tidak ada lagi jurusan, kejuruan atau peminatan,” kata Nadiem saat peluncuran Kurikulum Merdeka secara virtual, Jumat (11/2/2022).
Kurikulum Merdeka membebaskan siswa memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA.
“Ini salah satu keputusan atau choice atau pemilihan yang bisa diberikan kemerdekaan bagi anak-anak kita yang sudah mulai masuk dalam umur dewasa untuk bisa memilih,” kata dia.
Aturan mengenai penerapan Kurikulum Merdeka tertuang dalam Keputusan Mendikbud Ristek Nomor 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak.
Menurut Nadiem, konsep Kurikulum Merdeka juga sudah banyak dipakai di negara-negara maju.
Dengan Kurikulum Merdeka, guru akan diberikan kewenangan untuk menentukan alur pembelajaran.
“Jadinya guru ini bisa memilih kalau misalnya guru itu merasa dia mau lebih cepat, itu bisa. Kalau guru itu merasa dia mau pelan-pelan dikit untuk memastikan dari ketinggalan, juga bisa,” jelas Nadiem.
Kurikulum Merdeka yang dirancang lebih sederhana dan fleksibel disebut akan semakin membuat siswa lebih aktif.
Hal tersebut lantaran jenis-jenis aktivitas yang ada di dalam kurikulum ini lebih relevan dan banyak memberikan ruang untuk tugas berbasis proyek atau project based.
“Ini adalah skill-skill yang akan dibutuhkan anak itu pada saat dia keluar. Dia harus bisa bekerja secara kelompok,” tutur Nadiem.
“Dia harus bisa menghasilkan suatu hasil karya. Dia harus bisa berkolaborasi dan memikirkan hal-hal secara kreatif,” imbuhnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/02/18/15363821/kurikulum-merdeka-segera-berlaku-guru-lebih-baik-optimalkan-dulu-yang-ada