TANGERANG, KOMPAS.com - Siswa kelas 9 sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Tangerang mulai mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada Senin (7/3/2022).
Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang memutuskan, PTM diikuti oleh 50 persen siswa di setiap sekolah. Salah satu sekolah yang mulai menggelar PTM terbatas yakni SMPN 1 Tangerang.
Sejumlah murid kelas 9 SMPN 1 Tangerang mengaku senang dengan penerapan PTM terbatas, salah satunya diungkapkan oleh siswa bernama Gisha.
"Perasaannya senang," ungkapnya saat ditemui, Senin.
Akan tetapi, Gisha mengaku tetap merasa cemas karena bakal dihadapkan dengan penilaian tengah semester (PTS) pada pekan depan.
"Cuma deg-degan saja soalnya minggu depan kita ada PTS," sebut Gisha.
Siswa lainnya, Keysha, turut mengungkapkan perasaan senang atas penerapan PTM terbatas. Dia juga berharap pandemi Covid-19 dapat segera berakhir.
"Senang. Jadi sebelum PTS, kita ketemu teman-teman dulu," ucapn Keysha. "Semoga Corona cepat selesai, biar bisa kumpul sama teman-teman baru juga nantinya," sambungnya.
Selain itu, salah satu siswa bernama Ayesha menuturkan, protokol kesehatan selama PTM terbatas juga diperketat.
Misalnya, setiap kelas menerapkan sistem satuan tugas (satgas) yang dipilih dari antara siswa. Satgas ini bertugas mengawasi penerapan protokol kesehatan sesama siswa.
"Sekarang juga ada sistem satgas di setiap kelas, jadi buat mantau. Teman kita ada yang lengah atau enggak nih protokol kesehatannya," papar Ayesha.
Infrastruktur penunjang
Kepala SMPN 1 Tangerang Mulyono berujar, murid kelas 9 yang mengikuti PTM terbatas pada hari pertama berjumlah 162 orang.
Jumlah itu disesuaikan dengan batas maksimal siswa yang mengikuti PTM terbatas, yakni 50 persen kapasitas murid yang ada.
"Jumlah murid kelas 9 ada 324, yang mengikuti PTM terbatas ada sekitar 162," sebut Mulyono saat ditemui, Senin.
Dia mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan infrastruktur penunjang sebelum PTM terbatas diterapkan.
Beberapa di antaranya adalah persediaan sabun cuci tangan di setiap wastafel, alat pengecekan suhu tubuh, barcode aplikasi PeduliLindungi, dan lainnya.
Pihak sekolah juga menyiapkan ruang observasi bagi murid yang menunjukkan gejala Covid-19 saat mengikuti PTM terbatas.
"Di lapangan ada wastafel memiliki sabun, pengukur suhu badan dan barcode PeduliLindungi," tutur Mulyono.
"Ada juga ruang observasi yang sifatnya hanya mengamankan sementara, selanjutnya penanganannya ada di medis, di puskesmas," sambung dia.
Menurut Mulyono, pihak SMPN 1 Tangerang telah menyosialisasikan penerapan PTM terbatas kepada orangtua siswa.
Para orangtua siswa, lanjut Mulyono, memberi respons yang positif terhadap penerapan PTM terbatas ini.
"Sebetulnya mereka (orangtua siswa) senang ya karena anak-anak sudah terlalu lama di rumah. Termasuk anak juga responsnya luar biasa," papar dia.
Terapkan metode hybrid
Dalam kesempatan itu, Mulyono mengungkapkan, pihaknya mulai menerapkan metode belajar secara hybrid, yakni menggabungkan PTM dan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Pada penerapannya, 50 persen siswa mengikuti PTM dan sisanya mengikuti secara daring dari rumah.
Dengan demikian, murid di sekolah dan di rumah menerima materi belajar yang sama serta pada jam yang sama.
"Kita melakukan hybrid. Jadi pada saat kita PTM langsung, sisa 50 persen siswa juga mengikuti proses pembelajaran bersamaan di rumah," papar Mulyono.
"Jadi dua-duanya berjalan," sambungnya.
Dia menyebutkan, sebanyak 162 murid kelas 9 mengikuti PTM terbatas pada Senin ini dan sisanya mengikuti PJJ dari rumah.
Kemudian, murid kelas 9 yang mengikuti PTM pada Selasa besok merupakan murid yang mengikuti PJJ pada Senin.
"Murid yang besok PTM itu anak yang beda tapi kelas 9 juga. Yang hari ini hybrid di rumah itu besok masuk," tutur Mulyono.
Solehatun, guru agama di SMPN 1 Tangerang berpandangan, PTM memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan PJJ.
Dia menilai, guru bisa lebih berinteraksi secara sosial dengan murid-muridnya. Menurut Solehatun, kedekatan emosional yang terjadi antara guru dan murid saat PTM dapat meningkatkan motivasi belajar.
"Kalau PTM, kita bisa interaksi secara kejiwaan, secara sikap, kita bisa melihat langsung. Tapi kalau PJJ, kita memang tidak bisa, itu tidak bisa kita raih," ungkapnya.
"Tapi kalau soal materi, PJJ dan PTM sama, kita sama-sama bisa sampaikan (materi)," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/08/09482371/cerita-siswa-smp-di-tangerang-saat-ptm-terbatas-senang-sekaligus-deg