Salin Artikel

Saat 8 Warga Tergiur Investasi Emas, Berakhir Rugi Rp 53 Miliar, Ajukan Tuntutan Didampingi Eks Pegawai KPK...

Budi diketahui merupakan pemilik toko emas yang berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan. Budi diduga tidak mengembalikan uang investasi yang telah digelontorkan delapan orang tersebut.

Gugatan diajukan oleh pendamping hukum kedelapan orang itu, yakni eks pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Rasamala Aritonang.

Budi sendiri sudah ditetapkan sebagai terdakwa kasus penipuan dan kini tengah menjalani sidang pidana atas kasus penipuan di PN Tangerang dengan nomor perkara 1907/Pid.B/2021/PN Tng.

Gugatan yang dilayangkan Rasamala resmi digabungkan dengan perkara penipuan yang sedang diproses hukum tersebut.

Proses penggabungan perkara

Di ruang sidang 3 PN Tangerang pada Rabu kemarin, Rasamala dan tim menyampaikan gugatannya saat sidang berlangsung dan diizinkan oleh ketua majelis hakim Fathul Mujid.

Dalam kesempatan itu, Rasamala ingin tuntutannya berupa permintaan ganti rugi digabungkan dalam persidangan pidana yang menjerat Budi.

"Pada intinya, kami mengajukan gugatan penggabungan perkara ganti kerugian dalam perkara nomor 1907/Pid.B/2021/Pn Tng," ucap Rasamala saat sidang.

Salah satu tuntutannya, Rasamala meminta Budi mengganti kerugian yang dialami delapan kliennya, yakni Rp 53.201.175.000 (Rp 53 miliar).

"Menghukum tergugat (Budi) membayar Rp 53.201.175.000," sebut Rasamala.

Setelah itu, ketua majelis hakim Fathul Mujid mengizinkan Rasamala turut menjadi pihak penggugat dalam perkara penipuan itu bersama jaksa penuntut umum.

"(Gugatan Rasamala) dikabulkan sebagai pihak yang mengajukan gugatan ini," sebut Fathul Mujid.

Kepada Budi yang hadir secara virtual, Fathul menyampaikan bahwa ada pihak lain (Rasamala) yang turut bergabung menuntut terdakwa dalam kasus penipuan tersebut.

"Jadi ada penggugat mau ikut dalam perkara ini, gabung. Sama halnya seperti gugatan perdata, saudara (Budi) punya hak jawab atas gugatan ini," kata Fathul kepada Budi.

Duduk perkara kasus

Rasamala mengungkapkan awal mula terjerumusnya kedelapan kliennya dalam penipuan itu.

Menurut Rasamala, kliennya mendapat informasi bahwa Budi memiliki bisnis jual beli emas.

Mereka yang tertarik kemudian menyerahkan emas yang dimiliki kepada Budi pada 2019.

Para kliennya menerima bilyet giro dari Budi usai menyerahkan emas-emas milik mereka.

"Dengan penyerahan emas itu, Budi Hermanto, si terdakwa, menyerahkan bilyet giro sebagai pembayaran. Jatuh temponya 3 bulan, 6 bulan," papar Rasamala yang ditemui usai sidang.

"Variasi marginnya itu berbeda-beda. Makin jauh jatuh temponya, makin besar keuntungannya, bisa lebih dari 10 persen, 15 persen bahkan," sambungnya.

Namun, pada 2021, Budi tak mampu mencairkan bilyet giro para kliennya. Total bilyet giro yang tak bisa dicairkan mencapai Rp 53 miliar.

"Dari sisi kami tercatat Rp 53 miliar, itu yang tidak dapat dicairkan," ungkap Rasamala.

Satu korban rugi Rp 12 miliar

Kemudian, dia mengungkapkan bahwa salah satu kliennya yang bernama Afrizal merugi hingga Rp 12 miliar.

Menurut Rasamala, Afrizal memiliki kerugian tertinggi di antara kliennya.

"Rp 53 miliar itu dari seluruh korban yang saya wakilkan (berjumlah) delapan orang," ungkapnya.

Di lokasi yang sama, Afrizal menceritakan awal mula ketertarikannya berbisnis dengan Budi dalam bidang investasi emas.

Kata Afrizal, gagasan bisnis bersama muncul pada pertengahan 2019.

"Saya lihat di situ keuntungannya sedikit lebih banyak dari normal. Kami semua ikut jual ke saudara terdakwa, Budi Hermanto," paparnya.

Kemudian, saat memberikan emas miliknya kepada Budi, Afrizal mendapatkan bilyet giro sebagai bukti pembayaran. Bilyet giro itu mengatasnamakan Budi.

Semakin lama dia menitipkan emas di Budi, semakin banyak keuntungan yang didapat.

Kemudian, pada Februari 2021, Afrizal hendak mencairkan bilyet giro miliknya senilai Rp 1,6 miliar di bank.

Namun, pihak bank memberi tahu bahwa bilyet giro miliknya tak bisa dicairkan. Afrizal lalu menghubungi Budi.

Saat itu, menurut Afrizal, Budi tidak bisa mencairkan bilyet giro miliknya.

Afrizal mengungkapkan, total bilyet giro miliknya yang tak bisa dicairkan mencapai Rp 12 miliar.

Latar belakang Budi

Rasamala mengungkapkan, dalam perkara sidang pidana yang tengah dijalaninya, Budi didakwa beberapa pasal oleh JPU.

"Dalam kasus ini, (Budi) didakwa dengan, satu, dakwaan penipuan dengan Pasal 372, 378, dan 379 (KUHP)," sebutnya.

Tak hanya itu, menurut Rasamala, Budi juga dituntut dengan Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang.

Sebagai informasi, perkara yang membuat Budi harus menjalani sidang pidana kasus penipuan teregistrasi dengan Nomor Perkara 1907/Pid.B/2021/PN Tng.

Dilansir dari situs sistem informasi penelusuran perkara (SIPP) PN Tangerang, Budi didakwa empat pasal, yakni Pasal 378/Pasal 372/Pasal 379 A dan/atau Pasal 3 UU RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Tanggapan kuasa hukum terdakwa

Menanggapi tuntutan soal Rp 53 miliar, kuasa hukum Budi yang bernama Ali Zainal Abidin berujar bahwa pihaknya akan semaksimal mungkin menangani tuntutan itu.

"Kami hanya membantu semaksimal mungkin, jadi kami ikuti saja proses hukumnya," ujar Ali.

Saat ditanya lebih lanjut soal langkah yang akan dilakukan atas tuntutan dari Rasamala, Ali mengaku belum mempelajari lebih banyak soal tuntutan tersebut.

Ali hendak mempelajari lebih dahulu soal tuntutan itu dan mendiskusikan dengan timnya.

"Aku belum pelajari banyak. Malam ini aku mau pelajarin lagi baru, kami diskusi sama tim," sebut Ali.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/17/10210021/saat-8-warga-tergiur-investasi-emas-berakhir-rugi-rp-53-miliar-ajukan

Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke