Sembari membawa ember dan teko berisi air, bocah-bocah itu berlarian menuju kelompok-kelompok peziarah yang baru saja tiba di pemakaman.
Naufal (11) dan Indra (16) merupakan dua dari seratus lebih anak dan remaja yang menjajakan jasa menyiram kuburan.
"Di sini kerjanya nyiram kuburan sama ngebersihin rumput. Bantu nyariin letak kuburan juga. Kadang kalau peziarahnya perlu ustaz, ya saya bantu manggilin ustaz, atau manggilin tukang pacul juga," kata Naufal.
Naufal dan Indra sudah sekitar lima tahun menawarkan jasa tersebut di TPU Tegal Alur. Naufal yang masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar ini biasa datang setiap hari sepulang sekolah.
Sementara itu, Indra sudah putus sekolah. Indra kini membantu menjaga dan membersihkan sebuah masjid di sekitar sana. Jika masjid sudah bersih, Indra pun datang setiap hari ke TPU.
Dengan bekerja menjadi penyiram kuburan, Indra mengaku bisa mendapat uang untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Indra mengatakan, peziarah yang ia bantu biasanya memberikan sedikit uang sebagai ucapan terima kasih.
"Dikasih uang, seikhlasnya. Kadang Rp 5.000 atau Rp 10.000. Kadang enggak jarang juga enggak dikasih, tapi pernah dikasih gocap (Rp 50.000)," kenang Indra sembari tersenyum.
Selama bekerja sebagai penyiram kuburan, Indra mengatakan, dalam sehari biasanya dia mendapat total upah Rp 50.000.
"Saya Lebaran kemarin dapat Rp 50.000 sehari. Kalau Lebaran sebelum corona bisa Rp 100.000," kata Indra.
Indra menceritakan, Lebaran tahun ini terasa berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Selama dua tahun terakhir, para bocah penyiram kuburan hanya bisa membantu peziarah di blok pemakaman non-Covid-19.
"Kalau selama corona itu kami bisa nyiram, tapi cuma di blok khusus yang bukan corona. Soalnya yang blok corona itu dijagain polisi sama digaris polisi juga," ungkap Indra.
"Saya Lebaran pertama kemarin tuh bisa dapat Rp 1 juta, hari kedua (dapat) Rp 300.000, padahal Lebaran sebelum corona cuma dapat Rp 200.000 paling banyak. Tapi itu kalau saya datang jam 07.00 pagi sampai habis Maghrib," kata Naufal sambil tersenyum bangga.
Naufal mengaku baru pertama kali memegang uang sebanyak itu. Apalagi, uang tersebut dihasilkan dari jerih payahnya sendiri.
Uang tersebut kemudian diberikan kepada sang ibu. Oleh sang ibu, uang tersebut dikembalikan kepada Naufal dalam bentuk ponsel untuk digunakan sekolah.
Pengalaman saat bekerja di TPU
Selama menjalani pekerjaan yang berlokasi di kawasan pemakaman, Naufal mengaku memiliki pengalaman menyeramkan.
Bocah dengan senyum manis ini mengaku pernah seperti melihat sosok menyeramkan di atas pohon di antaran makam.
Merasa ketakutan, Naufal dan temannya segera melarikan diri. Namun, lantaran kompleks pemakaman sangat luas, Naufal membutuhkan waktu lama untuk tiba di jalan depan.
"Kan jauh dari jalan, jadi lewatin kuburan-kuburan. Karena ketakukan, saya jatuh, berapa kali. Kesandung kuburan. Teman saya juga begitu," kenang Naufal sambil tertawa.
Selain itu, Naufal dan Indra mengaku pernah mengalami kenangan yang menyedihkan saat bekerja di pemakaman.
Suatu hari, masing-masing nenek tercinta dikabarkan meninggal dunia saat mereka sedang bekerja.
"Tiga bulan lalu, waktu itu lagi nyiram, tiba-tiba dikasih tahu kalau nenek meninggal. Sedih, enggak sempat ketemu," kenang Naufal.
"Kalau saya sudah agak lama, waktu itu lagi nyapu. Tiba-tiba bapak saya datang, dikabarin kalau nenek sudah enggak ada. Saya dulu sempat tinggal sama nenek, sekarang nenek dikubur di sini," ungkap Indra sembari menahan air matanya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/05/07/11285321/kisah-bocah-penyiram-makam-raup-rp-1-juta-saat-lebaran-uangnya-dibelikan