Salin Artikel

Sidang Pemalsuan Aset Keluarga Nirina Zubir, Saksi Mengaku Tak Kenal Notaris yang Urus Sertifikat

JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang kasus dugaan pemalsuan akta autentik sejumlah aset milik keluarga Nirina Zubir kembali digelar di Pengadilan Negeri, Jakarta Barat, pada Selasa (7/6/2022) sore.

Agenda persidangan yakni mendengarkan keterangan dari tiga pembeli aset yang dihadirkan sebagai saksi oleh jaksa penuntut umum (JPU).

Ketiga saksi, yakni MF, J, dan M, mengaku tidak mengenal notaris yang mengurus transaksi pembelian aset tanah. Ketiganya mengaku hanya mengenal Riri Khasmita.

Riri Khasmita merupakan bekas asisten rumah tangga (ART) keluarga Nirina dan telah ditetapkan sebagai tersangka. Ia diduga sebagai otak praktik pemalsuan enam sertifikat tanah.

Selain itu, suami Riri bernama Edrianto dan pejabat pembuat akta tanah (PPAT) Jakarta Barat berinisial F juga ditetapkan sebagai tersangka.

Saksi pertama, MF (27), mengaku tidak tahu ketika mendiang ayahnya membeli aset tanah.

"Tanah tersebut merupakan tempat yang biasa dipakai orangtua saya buat parkir mobil. Suatu hari mendiang Ayah saya bilang tanah itu mau dijual dan dia mau beli," kata MF, saat memberikan keterangan, Selasa.

Meski sertifikat tanah itu dilimpahkan kepadanya, MF mengaku hanya menandatangani sertifikat jual beli, sementara pembelian tanah dilakukan oleh mendiang ayahnya.

"Saya enggak tahu apa-apa, tahu-tahu disuruh datang ke kantor PPAT di kawasan Srengseng, Meruya, Jakarta Barat untuk tandatangan. Kejadiannya saya lupa kapan, yang pasti sebelum (pandemi) Covid-19," kata MF.

Saat menandatangani sertifikat jual beli tanah, MF mengaku tidak memerhatikan isi sertifikat tersebut maupun orang-orang yang hadir saat penandatanganan.

Selain Ayahnya, MF hanya mengenal Riri Khasmita yang sudah ia kenal lebih dahulu di lingkungan rumahnya. Ia mengatakan tidak mengetahui siapa notaris di tempat itu.

"Saya tidak tahu notaris itu siapa. Tapi di sana yang menemui itu perempuan," kata dia.

Saksi kedua, J, juga mengaku tidak tahu banyak soal pembelian tanah tersebut. J mengatakan, tanah itu dibeli oleh suaminya atas nama J.

"Suami saya bilang ingin membeli tanah tapi atas nama saya. Saya hanya tanda tangan di rumah. Soal angkanya saya enggak tahu. Tapi saya tahu suami saya bayarnya menyicil," kata J.

J mengatakan proses penandatanganan dilakukan di rumahnya, sebab saat itu dia sedang sakit.

"Saat itu, yang datang ada Riri Khasmita dan ibu-ibu bernama Sri Andini. Mereka datang sekali untuk minta tanda tangan," kata J.

Seperti kedua saksi lainnya, saksi ketiga, M juga tidak tahu banyak soal transaksi pembelian. Pembelian tanah dilakukan oleh mendiang suaminya.

M mengaku hanya mengetahui bahwa suaminya membeli sebidang tanah kosong seluas 125 meter persegi dengan cara dicicil.

"Setahu saya harga satu meter Rp 7,8 juta. luasnya 125 meter persegi. Dibayarnya nyicil. DP Rp 400 juta. Lunasnya itu dua tahunan sejak 2018. Sebelum (pandemi) Covid-19 sudah lunas," kata M.

Di persidangan, M mengaku tidak begitu mengetahui persoalan pembelian tanah maupun mengenal salah satu notaris. Namun, M mengingat pernah diajak mendiang suaminya untuk mendatangi kantor notaris.

Awal mula kasus

Dalam kasus ini, Riri Khasmita diduga menggelapkan enam sertifikat tanah dan bangunan. Dikutip dari Kompas.id, kasus bermula ketika Cut Indria Martini, ibu Nirina, meminta pengurusan enam sertifikat tanah yang hilang kepada Riri Khasmita pada 2018.

Enam sertifikat tanah dengan total luas tanah 1.499 meter persegi itu masing-masing atas nama enam ahli waris, termasuk Nirina.

Setelah Cut Indria meninggal pada 12 November 2019, pihak ahli waris tanah memanggil Riri untuk menanyakan perkembangan pengurusan sertifikat tanah yang hilang. Riri menjawab sertifikat masih diurus notaris F di Kantor BPN di Jakarta Barat.

Para ahli waris lalu mendatangi kantor BPN karena tidak kunjung mendapat kepastian sampai November 2020. Dari sana diketahui sertifikat tanah mereka sudah beralih kepemilikan menjadi atas nama Riri Khasmita dan Edrianto dengan dasar akta pengikatan jual beli dan akta kuasa menjual yang dibuat dan ditandatangani oleh F.

Pengalihan kepemilikan dokumen itu menggunakan tanda tangan Cut Indria yang diduga telah dipalsukan serta akta jual beli yang diketik oleh F, tetapi disahkan oleh notaris lainnya, yaitu IR dan ER.

Tidak sampai di situ, sebagian sertifikat tanah itu juga sudah dijual dan dua sertifikat lainnya digunakan sebagai agunan pinjaman di bank. Akibatnya, keluarga Nirina diperkirakan merugi Rp 17 miliar. Kasus itu dilaporkan ke polisi pada Juni 2021.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/06/07/17190191/sidang-pemalsuan-aset-keluarga-nirina-zubir-saksi-mengaku-tak-kenal

Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke