JAKARTA, KOMPAS.com - Kebon Kacang dan Bambu Apus kini tidak lagi identik dengan Jakarta.
Dua nama jalan yang cukup masyhur di bilangan Jakarta Pusat dan Jakarta Timur itu kini telah diganti oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Anies mengganti Jalan Kebon Kacang Raya Sisi Selatan menjadi Jalan H. M. Shaleh Ishak dan Jalan Kebon Kacang Raya Sisi Utara menjadi Jalan M. Mashabi.
Sementara itu, Jalan Raya Bambu Apus diganti menjadi Jalan Jalan Mpok Nori.
Padahal, Sejarawan JJ Rizal menilai Kebon Kacang dan Bambu Apus memiliki sejarah dan nilai budayanya tersendiri. Selain itu, dua nama jalan itu dinilai menjadi representasi harapan akan kota yang hijau.
Ketika pembangunan terus memberangus kerimbunan Jakarta, nama-nama jalan yang menggunakan kata pepohonan itu akan mengingatkan kembali akan pesan leluhur tentang menjaga lingkungan.
"Pada nama Kebon Kacang atau Bambu Apus, ini toponimi (nama tempat) yang mengandung pesan leluhur untuk mengajak kita mengorientasikan kota ke masa depan sebagai kota hijau," kata JJ Rizal dikutip dari TribunJakarta.com, Rabu (29/6/2022).
JJ Rizal semakin menganggap penting pesan dari nama Jalan Kebon Kacang dan Bambu Apus nama tersebut terasosiasi dengan dengan kondisi ruang terbuka hijau di Jakarta.
"Nah, ini pesan yang penting karena sekarang Jakarta krisis ruang terbuka hijau," ujar dia.
Bagi Rizal, persoalan pergantian nama jalan bukan soal tokohnya saja, melainkan juga tempat di mana nama tokoh itu akan ditancapkan.
Menurut JJ Rizal, pergantian nama jalan di Jakarta oleh Anies Baswedan haruslah didasari riset yang dalam.
Nama tokoh yang akan dijadikan nama jalan, penempatannya, serta sosialisasi ke masyarakat benar-benar harus diperhitungkan.
Di sisi lain, JJ Rizal juga menggarisbawahi soal payung hukum penamaan jalan yang tercantum pada Peraturan Pemerintah (PP) nomor 2 tahaun 2021 tentang penyelenggaraan nama rupabumi.
"Percuma jika asal taruh nama-nama tokoh Betawi yang sudah diriset itu malah berbalik menjadi kontroversi dan bahkan mencemar masyarakat Betawi dalam prasangka etnosentrisme," kata dia.
Sementara itu, JJ Rizal juga melihat niat positif Anies yang ingin memberi penghormatan kepada tokoh Betawi di rumah sendiri.
"Sudah terlalu lama orang Betawi disingkirkan dan dilupakan di kampungnya sendiri yang menjadi ibukota dan jantung pembangunan nasional."
Menurut dia, tokoh yang menyumbang pergerakan nasional, revolusi kemerdekaan, serta menumbuhkan karya seni kreatif kerakyatan itu patut dihargai.
Nama tersebut, kata Rizal, juga perlu diberikan ruang dalam kota agar memori masyarakat serta adat Betawi tidak tersingkir.
Seperti diberitakan sebelumnya, Anies mengganti 23 nama Jalan di Jakarta dengan nama tokoh Betawi. Selain jalan, ada juga nama kampung dan gedung yang turut diganti.
Anies berharap generasi saat ini ketika melihat nama sebuah jalan, maka mereka terinspirasi.
"Mereka belajar tentang sejarah hidupnya, dan mereka bisa mengambil pelajarannya untuk menjadi inspirasi," kata Anies, pada Senin (20/6/2022).
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Sejarawan Bicara Pesan Penting Leluhur di Balik Nama Jalan Kebon Kacang dan Bambu Apus.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/06/30/17292711/nama-jalan-di-kebon-kacang-dan-bambu-apus-diganti-jj-rizal-hilangnya