Salin Artikel

Wacana Pengaturan Jam Kerja, Tambal Sulam Solusi Atasi Kemacetan Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemacetan kembali mendera Jakarta setelah pergerakan masyarakat kembali ke titik hampir normal usai pandemi Covid-19 membaik.

Berdasarkan index Tomtom, kemacetan Jakarta saat ini meningkat hampir 20 persen bila dibandingkan dengan 2021.

Beragam solusi dhadirkan untuk mengatasi kemacetan Jakarta. Mulanya diawali dengan pemberlakuan ganjil genap di 13 ruas jalan sejak Maret. 

Namun, pemberlakuan ganjil genap di 13 ruas jalan di Jakarta tampaknya kurang ampuh. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pun memperluas jangkauan ganji genap menjadi 25 ruas jalan pada Juni. Kendati demikian, solusi tersebut tetap tak mampu mengatasi kemacetan di ibu kota.

Terbaru, Polda Metro Jaya mengusulkan pengaturan jam kerja bagi para pekerja di ibu kota sehingga mereka tak tumpah ruah secara bersamaan di jalanan Jakarta.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Latif Usman mengatakan usulan itu berdasarkan hasil analisis terkait kemacetan Jakarta pada jam rawan di pagi hari.

Dari hasil pengamatannya, mobilitas pekerja hingga pelajar berangkat pada jam bersamaan sehingga mengakibatkan kemacetan di jalan.

"Jam 06.00 sampai 09.00 pagi itu padat di Jakarta. Nah, jam 09.00 sampai 14.00 siang agak lengang. Maksud saya, jam sembilan pagi ini ada pengaturan kegiatan masyarakat," kata Latif di Jakarta, Rabu (20/7/2022).

Solusi yang tambal sulam

Menanggapi usulan terbaru tersebut, pengamat transportasi Deddy Herlambang menilai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya hanya memikirkan cara mengatasi macet secara tambal sulam tanpa solusi yang serius.

Deddy menilai Pemprov DKI dan Polda Metro masih saja berorientasi pada perpindahan kendaraan dalam mengatasi kemacetan di ibu kota. 

"Tidak dipikirkan bagaimana memindahkan orangnya tapi yang dipikirkan memindahkan kendaraannya. Kalau memindahkan kendaraan ya tadi itu, rekayasa ganjil-genap, jam kerja, anak sekolah. Itu namanya hanya mengurai arus kepadatan lalu lintas," kata Deddy

"Harusnya kan yang diurai manusianya menggunakan transportasi umum. Sekarang pemerintah masih vehicle oriented," lanjut dia.

Deddy menilai usulan itu juga tak efektif mengatasi kemacetan di Jakarta. Ia mengatakan cara itu tak akan mengurangi volume kendaraan yang memenuhi jalanan ibu kota sehingga kemacetan tetap berpotensi terjadi.

Ia pun mengatakan, rencana pengaturan jam masuk kantor juga bersebrangan dengan target pemerintah yang menghendaki agar ke depannya penggunaan kendaraan pribadi berkurang dan tergantikan oleh transportasi publik. 

"Misi TDM (transport demand management) bisa gagal. Karena volume kendaraan di jalan tetap sama. Justru TDM itu ingin mengurangi kendaraan pribadi," kata Deddy.

Deddy mengatakan sudah saatnya semua pihak berpikir untuk mengoptimalisasikan transportasi umum untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.

Menurut Deddy daya tampung sejumlah moda seperti Transjakarta, Kereta Rel Listrik (KRL), dan Mass Rapid Transit (MRT) masih bisa ditingkatkan sehingga bisa menampung pengguna kendaraan pribadi.

"Transjakarta mau nambah armada lagi itu masih bisa daripada kereta. Kalau kereta sulit. relnya. Belum sinyalnya. Kalau kereta paling penambahan rangkaian. Kalau bus Transjakarta masih bisa ditambah," tutur Deddy.

"Yang belum (optimal) ini MRT. Masih di bawah 100.000. Padahal ideal bisa 250.000 orang per hari," lanjut Deddy.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/07/28/14590931/wacana-pengaturan-jam-kerja-tambal-sulam-solusi-atasi-kemacetan-jakarta

Terkini Lainnya

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

Megapolitan
Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Megapolitan
Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik 'Saudara Frame' Tinggal di Lantai Tiga Toko

Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik "Saudara Frame" Tinggal di Lantai Tiga Toko

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke