TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Serpong, Tangerang Selatan, Dodi, memberikan penjelasan terkait alasan sekolah belum bisa melunasi gaji sejumlah mantan guru honorer.
Menurut dia, pemasukan rutin sekolah belum cukup untuk membayarnya. Adapun pemasukan bulanan sekolah berasal dari bayaran SPP rutin siswa.
Saat ini, SPP di sekolah swasta itu sebesar Rp 250.000 per bulan, sementara total siswa sebanyak 53 orang.
Sehingga nominal pemasukan sekolah setiap bulannya hanya berkisar Rp 13.250.000.
Jumlah itu tidak sebanding dengan pengeluaran sekolah untuk membayar gaji guru dan operasional lainnya.
Tenaga pengajar dan jumlah pengurus di sekolah swasta itu kini sekitar 20 orang. Sedangkan total gaji yang harus dibayarkan setiap bulan kepada mereka berkisar Rp 20 juta.
"Kalau bayarin mereka (mantan guru honorer) langsung Rp 5 juta sampai Rp 10 juta, tidak akan bisa membayar gaji guru lainnya. Akhirnya dipecah, tolong kasih waktu untuk bayar itu," ujar Dodi kepada Kompas.com, Kamis (28/7/2022).
Dodi menuturkan, mayoritas orangtua siswa di sekolah itu berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Hanya 50 persen siswa yang lancar membayar iuran bulanan, sisanya banyak yang menunggak.
Ia menjelaskan, kondisi itu diawali dengan parahnya situasi perekonomian orangtua siswa yang terdampak Covid-19 pada awal 2020 lalu.
"Mei 2020 saya baru dua bulan menjabat saat itu keuangan sekolah goyang. Bahkan hampir 90 persen orang tua siswa yang menunggak bayar SPP," kata Dodi.
Semenjak itu, beberapa guru terpaksa dibayarkan gajinya dengan dicicil. Sementara, sisanya ada sekitar enam orang yang mengajukan resign.
"Dia (yang resign) minta kepastian sekolah, sedangkan kami yang kerja di sini saja enggak tahu kapan dilunasi tunggakannya," kata Dodi.
"Gaji saya saja sebagai kepala sekolah masih ada yang belum dicicil sama sekali selama lima bulan sejak Mei 2020 lalu," lanjut dia.
Karena itu, Dodi meminta maaf dan berjanji akan melunasi gaji mereka meski dengan cara menyicil.
"Saya minta maaf belum bisa memenuhi, tapi saya tidak mengabaikan. Saya harus memikirkan yang lain juga, saya harus adil," pungkas dia.
Sebelumnya, mantan guru honorer bernama Lucy berharap pihak sekolah segera memberikan gajinya yang belum juga dibayarkan hingga kini. Terlebih, sudah hampir setahun dia berhenti bekerja sebagai pengajar sekolah tersebut.
"Harapannya, tunggakan gaji saya dan teman-teman dibayarkan, karena kami sudah selesai bertugas di sana sejak setahun lalu, tapi masih belum dibayarkan," ujar Lucy saat dihubungi, Rabu (27/7/2022).
Gaji Lucy sebagai tenaga pengajar sekitar Rp 2 juta per bulan. Adapun total gajinya yang belum dibayar pihak sekolah berkisar Rp 10 juta.
"Awal lancar, lama-lama tersendat, saya sampai lupa mandeknya bulan apa saja. Kira-kira sekitar tujuh bulan yang belum terbayarkan. Tunjangan saya sebagai wakasek (2020-2021) juga enggak turun, totalnya kurang lebih Rp 10 juta (tunggakan)," ungkap dia.
Mantan guru honorer lainnya, Sandi, juga mengalami persoalan yang sama. Sandi mengajar di sekolah itu sejak Februari hingga Agustus 2021.
Setelah hampir setahun ia berhenti bekerja, pihak sekolah masih belum membayarkan haknya.
"Masih kurang sekitar Rp 5 juta. Guru-guru yang sekarang ada di sana malah gajinya lancar. Dulu malah yang resign yang diutamain, sekarang beda," jelas Sandi.
Lucy dan Sandi pun menuntut kejelasan dari pihak sekolah karena kesulitan menagih gaji mereka yang ditunggak.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/07/29/11463861/alasan-smk-swasta-di-serpong-belum-bayar-gaji-mantan-guru-honorer