Sebelumnya, Anies mengganti 22 nama jalan di Ibu Kota dengan nama tokoh Betawi meski keputusan tersebut ditentang oleh sejumlah pihak.
Anies juga melakukan penjenamaan rumah sakit umum daerah (RSUD) menjadi Rumah Sehat untuk Daerah.
Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati berujar, dua langkah tersebut juga dilakukan untuk memperkuat posisi dan penerimaan sosial masyarakat terhadap Anies yang tak akan lagi memiliki kekuatan politik.
"Dengan adanya beban nomenklatur ini, baik nama jalan maupun rumah sakit, menjadi upaya Pak Anies untuk memperkuat posisi beliau dan juga penerimaan sosial terhadap beliau nanti ketika tidak lagi menjabat," ucapnya kepada awak media, Jumat (5/8/2022).
"(Dua program itu) lebih pada ke meninggalkan memorabiality politik, ya," lanjut dia.
Wasisto mengakui bahwa dua kebijakan itu memang menimbulkan kontroversi.
Namun, pergantian nama jalan dan penjenamaan RSUD itu disebut sebagai investasi jangka panjang.
Dengan demikian, kontroversi yang ditimbulkan dari dua program itu merupakan hal yang biasa.
"Maksudnya, dengan Pak Anies di sini, (Anies) berusaha menginvestasi namanya dengan nomenklatur ini. Bahwa kedua kebijakan terkait ini kan adalah warisan dari Pak Anies semuanya, terlepas dari kontroversi yang ada," tutur Wasisto.
Ia menyatakan, peninggalan warisan itu dilakukan agar Anies tetap diingat oleh warga meski tak lagi berkuasa mulai Oktober 2022 hingga waktunya Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2024.
Pasalnya, untuk sementara ini, Anies terpantau tak memiliki panggung politik usai dirinya lengser sebagai gubernur.
"Iya, kalau sudah tidak lagi menjabat, kan tidak punya kuasa lagi. Apalagi 2022 sampai 2024 (saat Pilpres), (Anies) sudah tidak ada lagi panggungnya," ungkap Wasisto.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/05/17263461/tak-punya-panggung-politik-usai-lengser-anies-disebut-ganti-nama-jalan