JAKARTA, KOMPAS.com - Ayumi Putri Sasaki tak menyangka bisa menjejakkan kaki di Istana Merdeka. Apalagi sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Namun, Rabu (17/8/2022) Ayumi ada di Istana Merdeka. Keberadaannya bahkan disaksikan jutaan pasang mata. Termasuk oleh Presiden Joko Widodo dan para pejabat negara.
Hari itu, remaja kelahiran Banyuwangi 3 Agustus 2005 ini jadi Paskibraka yang bertugas sebagai pembawa bendera pusaka pada Upacara Penurunan Bendera Sang Merah Putih. Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2022 jadi torehan sejarah untuk Ayumi.
Ayumi ingat perasaannya saat Presiden Joko Widodo mengukuhkan ia dan 67 rekannya sebagai Paskibraka pada 15 Agustus atau dua hari sebelum upacara Hari Kemerdekaan di Istana yang sakral. Saat itu, ada rasa bangga bercampur haru.
Ayum terharu karena perjuangannya yang panjang untuk menjadi Paskibraka di Istana.
Ayumi bercerita, setiap anggota Paskibraka diseleksi mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, hingga provinsi. Kemudian setiap provinsi mengirimkan dua siswa, putra dan putri, ke tingkat nasional.
Upacara pengukuhan diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mengheningkan cipta. Setelah itu mereka mengucapkan Ikrar Putra Indonesia yang dipandu Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi.
Jantung Ayumi berdegup kencang ketika Presiden Jokowi itu menghampirinya dan bersalaman.
“Bertemu dengan orang yang sangat penting dan berarti di Indonesia, tidak bisa diutarakan, cuma bisa merasakan dalam hati,” ujar Ayumi, saat ditemu di kawasan Petojo Utara, Jakarta Pusat, Kamis (18/8/2022).
Perjalanan menuju Istana tidak dilalui Ayumi dengan mudah. Saat mendaftar sebagai anggota Paskibraka, ia harus memenuhi kriteria fisik yang ditentukan, misalnya tinggi badan minimal untuk putri 167 sentimeter.
Selain itu, ada tes kesehatan fisik. Ayumi harus mampu berlari selama 12 menit, melakukan push-up, sit up, hingga shuttle run. Serangkaian seleksi lainnya yakni wawancara tentang kewarganegaraan, akademik, dan tentunya baris-berbaris. Sejak di Sekolah Dasar, Ayumi sudah terbiasa mengikuti lomba keterampilan baris-berbaris (LKBB).
Akhirnya, remaja yang bercita-cita menjadi polisi itu berhasil lolos mewakili Jawa Timur, bersama Abimanyu Farrela Andhika Kusuma dari Pasuruan.
Ayumi berangkat dari Surabaya ke Jakarta pada 15 Juni 2022. Selama satu bulan penuh dia harus menjalani karantina, pendidikan, dan pelatihan di Widya Mandala Krida Bakti Pramuka (Wiladatika), Cibubur.
Di sana, ketahanan fisik dan kemampuan baris-berbarisnya kembali dilatih. Setiap hari ia harus bangun pukul 04.00 WIB kemudian beribadah dan olahraga.
Untuk menjaga kondisi tubuh, setiap anggota Paskibraka diberikan asupan dua butir telur rebus dan susu setiap pagi.
Setelah itu, ada pelajaran mengenai Pancasila dan kewarganegaraan yang diberikan oleh pembimbing dari BPIP.
Bagi Ayumi, aktivitas tersebut tidak jauh berbeda dengan kegiatan sehari-harinya. Sebab, ia mengenyam pendidikan di SMAN 2 Taruna Bhayangkara, salah satu sekolah berasrama di Banyuwangi.
“Jadi kalau sudah masuk asrama seperti di Cibubur itu sudah biasa, soalnya saya terbiasa disiplin di asrama. Ada pelajaran-pelajaran untuk disiplin dan mandiri,” ucapnya.
Selama satu bulan, Ayumi menjalani karantina. Ia tidak bisa bertemu dan berkomunikasi dengan ibundanya. Seluruh anggota Paskibraka tidak boleh memegang ponsel ketika menjalani pelatihan.
Namun, hal itu tidak mengganggu Ayumi. Ia merasa senang memiliki kawan baru dengan latar belakang berbeda, teman sebaya yang berasal dari berbagai daerah, dari Aceh hingga Papua.
Wiladatika tidak sekadar menjadi tempat bagi Ayumi untuk memperkuat mental dan fisik. Di sana, dia juga belajar berinteraksi, bertoleransi, saling menghargai dan menghormati perbedaan. Perasaan saling memiliki, solidaritas, dan kekompakan, perlahan mulai terbangun.
“Menyatukan kami semua menjadi satu hati itu tidak mudah,” tutur Ayumi.
Ayumi baru bisa bertemu dengan ibunya setelah Upacara Penurunan Bendera Sang Merah Putih pada Rabu (17/8/2022) sore di halaman Istana Merdeka. Ayumi bertugas sebagai pembawa bendera di Tim Pancasila Sakti.
Sang ibu mengungkapkan perasaan bangga ketika melihat putrinya berhasil menunaikan tugas dengan sempurna. Kendati demikian, Ayumi merasa belum bisa memberikan yang terbaik kepada orangtua tunggalnya itu.
Ketika itu Ayumi sempat berucap, “maaf ya Ma masih belum bisa memberikan yang terbaik.”
“Kamu jadi seperti ini sudah yang terbaik, sudah bikin mama bangga,” ujar Ayumi menirukan ucapan ibunya. Air mata Ayumi berlinang saat menceritakan momen itu.
Harapan remaja 17 tahun itu sangat sederhana. Kelak Ia bisa menggantikan peran mamanya sebagai tulang punggung keluarga.
“Saya ingin menjadi orang yang sukses supaya bisa membanggakan keluarga, orangtua, dan bisa menjunjung derajat mama saya,” kata Ayumi.
(Penulis Kristian Erdianto | Editor Krisiandi)
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/28/13103331/berita-foto-cerita-ayumi-putri-sasaki-berjuang-lolos-menuju-istana
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan