Dalam perjalanannya, roti Lauw dibuat sejak 1940-an. Berdasarkan brosur roti Lauw tahun 1950-an yang merupakan koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, pendiri bisnis roti Lauw adalah Lauw Eng Nio.
Lauw mulai membuat rotinya sendiri pada tahun tersebut dan menggunakan namanya sebagai merek.
Berdasarkan brosur tua tersebut pula diketahui bahwa Istana Kepresidenan Bogor merupakan pelanggan roti ini.
Roti Lauw disebut merupakan santapan Presiden pertama RI Ir Soekarno di Istana Kepresidenan Bogor.
Hingga saat ini, setiap pagi hingga malam hari, roti Lauw yang khas dengan roti gambang masih dijajakan di sejumlah wilayah di Jakarta.
Menggunakan gerobak sepeda khas bertulisan "Lauw", para pedagang yang menjajakan roti-roti ini berkeliling.
Pasukan penjual roti lauw
Yossi (32), pengawas gerobak roti Lauw yang bertempat di Jalan Srikaya I Nomor 10, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, menyebut ada 28 gerobak yang dimiliki oleh toko.
Toko Lauw, yang berada tak jauh dari Stasiun Gondangdia, juga mempunyai setidaknya 28 pekerja. Adapun pekerja toko roti Lauw yang bertugas membawa gerobak biasanya berjualan pada waktu yang berbeda.
Kelompok pertama akan berangkat sekitar pukul 04.00 WIB dan pulang sekitar pukul 16.00 WIB. Sementara itu, mereka yang berjualan pukul 12.00 WIB akan kembali pada pukul 00.00 WIB.
Wilayah Jakarta Pusat adalah tempat bagi para penjaja roti Lauw membawa dagangannya. Mereka sudah memiliki wilayah masing-masing untuk menjangkau para pembeli.
"Memang mereka kan udah ada lokasi khususnya. Jadi sekitaran lokasi putarannya dia aja, jadi enggak ke mana-mana lagi," ungkap Yossi saat ditemui pada Jumat (9/10/2022).
Yossi menyebutkan, roti Lauw diperuntukkan bagi semua kalangan masyarakat, tidak ada target konsumen tertentu.
"Kadang-kadang di jalan orang yang enggak ada niat beli roti karena ketemu roti kadang-kadang beli roti kan. Jadi kalau penjualan itu kami enggak bisa targetin ke mananya," sebut Yossi.
Sembari melayani orang yang datang untuk membeli roti tawar, Yossi mengatakan, cita rasa roti Lauw tidak pernah berubah.
Hal inilah yang menurut dia membuat roti Lauw tetap bertahan di tengah gempuran merek roti lain yang banyak bermunculan.
"Satu sih, konsisten rasa aja, dari rasa enggak usah diubah-ubah. Udah gitu aja sampai sekarang," terang Yossi.
"Udah gitu karena kan daya jangkau lebih besarnya roti itu sebenarnya kelas menengah ke bawah kalau kami," imbuh dia.
Menurut Yossi, ukuran roti dibuat lebih besar untuk mengutamakan kekenyangan para konsumen. Soal ukuran, lanjut Yossi, pun tidak berubah sejak dahulu.
Dari banyaknya varian, kebanyakan pembeli mencari roti rasa cokelat. Ada pula jenis roti yang sering dipesan, yakni roti buaya untuk seserahan acara lamaran.
Seiring berkembangnya zaman, harga roti Lauw pun mengalami peningkatan.
Meski begitu, harga jualnya terbilang murah. Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp 8.000 untuk roti manis dan Rp 13.000 untuk roti tawar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/09/12/09373621/sejarah-roti-lauw-yang-melegenda-sudah-ada-sejak-1940-an
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan