JAKARTA, KOMPAS.com - Namanya Witri Nurhayati Hadi.
Orang tua tunggal ini bekerja sebagai buruh pabrik tekstil di Bandung, Jawa Barat untuk menghidupi ketiga anaknya.
Naiknya tarif Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat kondisi ekonomi keluarganya semakin tercekik.
Witri kini harus bekerja banting tulang lebih ekstra untuk tetap bisa bertahan di tengah inflasi dan naiknya segala harga kebutuhan pokok.
Namun, tak hanya pasrah pada keadaan, Witri turut menyuarakan protesnya atas kenaikan harga BBM dengan turun ke jalan.
Pada Selasa (13/9/2022), Witri bergabung dengan rombongan buruh yang melakukan aksi demo menolak kenaikan BBM di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat.
Di tengah riuhnya demo dan orasi tanpa henti, wanita berusia 45 tahun ini tampak asik mengobrol dengan rekan sesama pendemo ketika ditemui wartawan.
Mulanya ia kaget saat tahu hendak diwawancara, tapi setelah itu tampak dari raut wajahnya ketertarikan untuk berbagi cerita ihwal keluh kesahnya terkait kenaikan tarif BBM.
Witri menceritakan, dampak dari kenaikan harga BBM langsung terasa karena ongkosnya pulang pergi ke pabrik naik hampir dua kali lipat.
Witri bekerja enam hari dalam seminggu di sebuah pabrik tekstil di Kota Bandung. Setiap harinya ia harus tiga kali berganti angkot untuk sampai di tempat kerjanya.
Witri merogoh kocek sebesar 30 ribu rupiah untuk biaya angkot pulang pergi dari rumah ke pabrik.
Itu angka yang harus ia keluarkan sebelum pemerintah menaikkan tarif BBM.
Semenjak Sabtu (3/9/2022) lalu pemerintah mengumumkan kenaikan tarif BBM, hari Senin Witri langsung terasa berbeda.
Ia harus menyiapkan uang sebesar 50 ribu rupiah untuk biaya transportasi kerjanya.
"Kalau dihitung 50 ribu kali enam sudah 300 ribu. Terus dikali 26 hari (kerja), sudah berapa itu," keluh Witri dilansir dari Tribunnews.com.
Naiknya BBM jelas membuat Witri harus memutar otak agar upah kerja yang ia dapatkan dengan nominal di bawah Upah Minimun Kota (UMK) Bandung.
UMK Kota Bandung saat ini yakni Rp 3.774.860,78.
Dengan penghasilan yang kurang dari nilai UMK itu, Witri sebagai orangtua tunggal harus menghidupi dua orang anaknya.
“Anak aku yang pertama lulus tahun ini. Anak aku yang kedua baru masuk SMA, biaya masuknya 780 ribu. Biaya per bulannya 275 ribu,” lanjut Witri.
Witri pun berharap aksinya turun ke jalan untuk memprotes kenaikan harga BBM ini bisa berbuah manis.
Ia meminta Presiden Joko Widodo untuk menurunkan kembali harga BBM agar kehidupan ekonominya tidak terlalu terbebani.
“BBM naik mencekik sekali, aku sudah tua juga masih ikut aksi. Harapannya jelas, yang menjadi tuntutan kami diterima, itu saja,” pinta Witri.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "BBM Naik Cekik Ekonomi Keluarga, Buruh Single Parents dari Bandung Rela Ikut Demo di Patung Kuda"
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/09/14/11575231/kisah-buruh-single-parent-ikut-demo-di-patung-kuda-bbm-naik-mencekik