Berdasarkan penuturan perajin tempe bernama Moh Rizqon (31), harga kedelai naik dalam seminggu terakhir, dari semula Rp 12.500 menjadi Rp 13.100 per kilogram.
Rizqon mengaku mengalami kesulitan semenjak harga kedelai naik. Bahkan, sebagian perajin tempe mogok produksi karena sulit menyesuaikan harga kedelai yang meroket.
"Kami harus bagaimana caranya? Mendengar lagi kenaikan kedelai ini lebih banyak, jadi kami selaku perajin tempe sangat prihatin," tutur Rizqon saat ditemui Kompas.com di lokasi.
Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah tersebut yakni dengan mengecilkan ukuran tempe.
"Kami cuma mengecilkan bentuk tempe. Karena kalau mengubah kualitas sangat tidak disukai oleh konsumen. Katanya, rasanya tidak enak," kata Rizqon.
Namun, ukuran tempe yang lebih kecil juga langsung dikeluhkan konsumen dan menjadi penyebab tempe tidak laku dan kurang peminat.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, para perajin melakukan aksi protes dengan membanting bahkan menghancurkan tempe yang tak laku terjual.
Sambil membanting tempe, mereka meminta harga kedelai kembali distabilkan. Mereka juga berkeliling kampung, sambil melempar kedelai sebagai aksi protes atas kenaikan harga yang dinilai tak manusiawi.
Rizqon berharap, pemerintah lebih memperhatikan para perajin tempe di Jakarta Utara.
"Kami enggak berharap ada subsidi, tapi kami berharap pemerintah dan presiden turun tangan agar harga tempe stabil. Kami perajin tempe juga bisa bekerja seperti sedia kala," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/09/29/20511461/cerita-perajin-kecilkan-ukuran-tempe-karena-harga-kedelai-naik-diprotes