Berikut rangkuman peristiwa kebakaran di Pademangan Timur, Jakarta Utara, pada Sabtu (22/10/2022).
Api muncul tanpa disadari
Ketua RT 008 Kelurahan Pademangan Timur Herno menceritakan bahwa pada awalnya tidak ada satu pun yang tahu api itu mulai muncul.
Warga setempat hanya tahu ketika api sudah berkobar dari rumah salah satu warga yang menjadi korban meninggal dunia dalam insiden ini. Rumah tersebut juga diduga menjadi sumber api itu berasal.
"Enggak ada yang tahu awalnya. Tahu-tahu apinya sudah gede," kata Herno saat dijumpai di tempat kejadian perkara (TKP), Minggu (23/10/2022).
Menurut Herno, api kebakaran itu cukup cepat sekali membesar dan merambat ke rumah-rumah lain sekitarnya.
Melihat api dan asap membumbung tinggi, warga sekitar pun. Mereka sibuk menyelamatkan diri sendiri dan barang-barang berharga milik pribadi.
"Tiba-tiba warga keluar, langsung keluar berhamburan menyelamatkan diri," ujar Herno.
Mengeluarkan motor-motor milik mereka yang banyak terparkir di lorong berukuran sekitar 1,5 meter itu.
108 jiwa terdampak
Terdapat 34 keluarga dengan jumlah 108 jiwa yang terdampak dalam musibah ini. Selain itu, kebakaran menyebabkan tiga orang meninggal dunia.
Ketiga korban tersebut merupakan seorang ibu bernama Arisulastini (28) dan dua buah hatinya, Aina Natalia Zahran (6) dan Ahmad Fahrizal (11).
Herno mengatakan, korban dan dua anaknya berada di rumah saat kebakaran terjadi.
Namun, ada banyak dugaan mengapa ibu dan kedua anaknya itu tewas di beda tempat dalam rumah tersebut.
Ada yang mengatakan, mereka bertiga pada awalnya ada di lantai dua dan si ibu berusaha turun untuk mengeluarkan motor.
Akan tetapi, saat api yang telah melahap lantai kayu dan triplek di lantai dua pun ambruk kemudian menimpa si ibu yang berada di depan pintu rumah dekat motornya.
Cerita lainnya, si ibu saat itu sedang bersama kedua putranya di lantai atas. Hanya saja, si ibu sedang berada di balkon rumahnya untuk melihat kondisi di luar.
Sehingga, ia terjatuh tepat langsung di depan pintu rumahnya itu.
Anak-anaknya lantas terjatuh bersamaan sambil berpelukan di atas kasur. Posisi keduanya ditemukan saat evakuasi oleh pemadam kebakaran dan tumpukan yang menimpa mereka diangkut.
"Korban ditemukan di sini (tergeletak di luar) di sana anaknya dua berpelukan (di dalam rumah)," ungkapnya.
"Rumah ini lantai dua, ambruk ke bawah. Ibu ini (korban) mau keluar, lalu ditemukan petugas ada di sini (di luar). Kondisi separuh terbakar. Suami lagi kerja, pas pulang lihat keramaian histeris," tambah dia.
Sampai saat ini pihak kepolisian belum memberikan keterangan secara terperinci mengenai kronologi kejadian itu.
Menurut cerita salah satu warga, Purwanti, korban sempat berteriak meminta tolong sebelum ditemukan meninggal dunia di dalam reruntuhan bangunan yang terbakar.
"Iya sempat teriak korban, tapi heran kenapa dia enggak keluar-keluar (dari dalam rumah)," kata Purwanti, tetangga korban.
"Api.. api... tolong.. tolong...," ucap Purwanti menirukan suara teriakan korban.
Pada saat kebakaran terjadi, masyarakat yang panik dan khawatir tengah sibuk mengamankan diri sendiri dan barang-barang berharga milik mereka.
Warga juga menduga suami korban ada di rumah, sehingga saat korban berteriak akan ada suaminya yang membantu.
Namun sampai pemadam kebakaran datang dan proses evakusi berlangsung, jenazah para korban ditemukan dalam posisi berpelukan di balik puing-puing reruntuhan rumah.
Padahal, suami korban pada saat kejadian masih bekerja di luar rumah.
Sejumlah warga yang rumahnya terbakar masih sesekali kembali ke rumahnya untuk mencari dan mengais sisa puing-puing reruntuhan, berharap dapat menemukan benda berharga milik mereka.
"Kami masih nyari-nyari yang bisa dipakai. Apalagi berkas-berkas dan dokumen kali ada yang masih bisa diselamatin," kata Mei salah satu korban kebakaran saat dijumpai di lokasi.
Rasa pesimistis hinggap di hati Mei dan warga lainnya. Sebab, mereka kebanyakan menyimpan berkas dan dokumen penting di lantai dua.
Sementara, lantai dua adalah sasaran amukan api. Sehingga, ia dan keluarganya hanya bisa berharap ada keajaiban yang mampu menyelamatkan barang-barang berharga tersebut.
Tidak hanya Mei, beberapa warga lain juga masih tampak bolak-balik ke rumahnya untuk memilah barang-barang di rumahnya yang masih bisa digunakan.
Bu Nyai tangisi nasib
Bu Nyai (67) juga merupakan salah satu warga yang rumahnya ikut terbakar dan berhasil menyelamatkan diri dari insiden kebakaran tersebut.
Suara teriakan cucunya akan kemunculan api dan kebakaran saat menjelang magrib itu masih melekat jelas diingatan Bu Nyai.
Cucunya yang di rumah, saat Bu Nyai dan anaknya sedang berada di depan gang, berhasil menyelamatkan diri kemudian duduk di dekat neneknya.
Mereka lalu menjauh dari lokasi untuk mengamankan diri.
Mereka duduk di pinggir rel kereta api, meratapi nasib sambil melihat orang-orang yang berlalu-lalang menyelamatkan diri dengan penuh kepanikan dan kegelisahan.
"Lampu pada mati. Saya berdua sama cucu nangis aja," ceritanya.
Saat kejadian, dia mengaku gelisah karena petugas pemadam kebakaran tidak kunjung datang.
"Pak yang bener, lama amat sih pak. Rumah saya sudah abis," ungkap nenek yang sehari-harinya berjualan nasi dan lauk-pauk ini, mengulang ucapannya pada malam itu.
Penyebab kebakaran belum diketahui
Kanit Reskrim Polsek Pademangan AKP Asman Hadi mengungkapkan, penyebab kebakaran di Pademangan Timur belum diketahui.
"Belum bisa saya ambil kesimpulan (dugaan penyebabnya)," kata Asman kepada media, Minggu.
Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait kasus kebakaran di Pademangan Timur ini.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/24/07365981/kisah-pilu-dari-pademangan-timur-3-korban-tewas-dan-pecahnya-tangis-bu