JAKARTA, KOMPAS.com - Tasrinah (58) warga penjual sayuran di Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat, terpaksa berdamai dengan genangan luapan air dari aliran Kali Angke.
Pasalnya, setiap kali banjir datang, ia hanya bisa defensif tanpa bisa menyerang balik.
Tasrinah bercerita, banjir yang datang dari drainase besar yang berujung pada Kali Angke itu bisa merendam rumah dan warungnya setinggi 1 meter.
"Biasanya itu tinggi sepinggang deh. Udah biasa banget. Tapi kalau akhir-akhir ya setinggi betis," ungkap Tasrinah.
Meski banjir merendam dengan tinggi, Tasrinah tidak pernah mengungsi. Alasannya, tidak ada tempat mengungsi di sekitar sana.
Ia dan keponakannya hanya bertahan di depan rumah, di atas sebuah meja untuk berjualan sayur seluas 1 meter x 2 meter.
"Kalau banjir mah udah aja saya tidur di meja sini. Makan di sini, tidur di sini," kata Tasrinah.
Seperti Tasrinah, beberapa tetangganya juga mengaku tidak bisa mengevakuasi diri lantaran tidak ada tempat.
"Kami ini enggak pernah mengungsi. Bingung mau mengungsi ke mana. Pada jauh-jauh. Lagian juga di sini enggak ada yang mau bantu tempat, cuma nasi kotak aja. Dulu pernah numpang di tetangga, tapi enggak enak responsnya," kata Nia (28).
"Kami enggak ngungsi bukannya enggak mau, tapi enggak ada tempatnya. Kalau ngungsi mah kita mau, enggak apa-apa," lanjut Nia.
Lebih jauh, keduanya pun berharap pemerintah segera mencari solusi atas luapan Kali Angke yang sudah sering merendam permukiman tersebut.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/08/12262141/tak-ada-tempat-mengungsi-tasrinah-terpaksa-tidur-di-meja-lapak-sayur-saat