Salin Artikel

Ahli Bicara Ancaman Jakarta Tenggelam, Sebut Penyebabnya 2 Faktor Ini

Biden kala itu menyebutkan, jika pemanasan global terus terjadi, hal itu bisa berdampak pada mencairnya es di kutub sehingga permukaan air laut naik.

Maka, menurut Biden, tak menutup kemungkinan bisa saja delapan tahun mendatang Jakarta tenggelam.

Berkait dengan isu tersebut, Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan membeberkan dua faktor yang berpotensi menyebabkan Jakarta tenggelam.

Eddy berkata, dua faktor utama itu yakni kenaikan tinggi muka laut (sea level rise) dan penggunaan air tanah berlebihan hingga menyebabkan penurunan tanah (land subsidence).

"(Penyebab) yang dominan tentu bukannya yang sea level rise, tetapi yang land subsidence itu lebih besar," kata Eddy saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/11/2022).

"Tenggelam hanya satu, localized, itu enggak mungkin. Dan definisi tenggelam pun harus hati-hati sebenarnya, bukan tenggelam betul-betul hilang, tetapi terendam, cuma terendamnya itu semakin luas dan semakin luas," jelas Eddy.

Selain Jakarta, kata dia, Pekalongan dan Semarang, Jawa Tengah, menjadi dua wilayah yang paling terancam. Artinya, Jakarta menempati posisi ketiga sebagai kota yang berisiko tenggelam.

Eddy berujar, lingkungan di Pantura, khususnya Pekalongan, sudah rusak, ditambah industri pertambangan merajalela di sana, pada akhirnya berpotensi tak bisa menahan air laut.

"Hasilnya ya sudah, dibikin giant wall (tanggul laut) saja. Giant wall oke aja sih, enggak masalah, tapi fakta yang ada, giant wall itu kan dibuat dari beton," ungkap Eddy.

"Jakarta itu kan tanahnya aluvial, tanahnya lembek. Yang kedua adalah pantainya landai. Ketiga memang ada Teluk Jakarta, belum nanti serangan fajar massa uap air dari Asia bahkan dari Siberia, Mongolia, yang masuk ke kawasan ini," sambung dia.

Upaya menahan air laut lewat tanggul

Tanggul laut raksasa, menurut Eddy, dalam jangka pendek memang dibutuhkan untuk menahan air laut agar tak melimpas ke daratan.

Namun, dia mencatat bahwa tanggul ini bukan alternatif terbaik dalam jangka waktu yang panjang.

Sebab, melihat tanah Jakarta yang aluvial, maka bukan tidak mungkin tanggul makin turun dan permukaan air laut akan setara dengan sisi atas tanggul.

"Lihat saja di daerah Kapuk atau Cilincing, kasih tanda, pasti air laut makin naik makin masuk. Nah itulah fakta yang dikhawatirkan bahwa Jakarta is sinking atau Jakarta to be sink (tenggelam)," ucap Eddy.

Maka, para peneliti dari BRIN, termasuk Eddy, memodelkan skenario bagaimana jika Jakarta sungguh tenggelam pada 2050.

Skenario itu melihat bagaimana dua penyebab utama tenggelamnya Jakarta akan berpengaruh pada wilayah Ibu Kota melalui data satelit.

Terlebih, penggunaan air tanah yang tak terkontrol menjadi penyebab yang paling dikhawatirkan.

"Saya enggak menyalahkan masyarakatnya, tetapi kaum industri (misalnya) bangun hotel-hotel besar, bintang lima dan sebagainya. Kalau itu enggak bisa diawasi dengan seksama, itu akan mempercepat (Jakarta tenggelam) sebenarnya," tutur Eddy.

Para peneliti, lanjut Eddy, mengembangkan skenario tersebut sejak 2005. Mereka mengombinasikan berbagai faktor yakni kenaikan tinggi muka air dan penurunan muka tanah.

"Misalnya kenaikan tingginya hanya sekian sentimeter, tapi land subsidence enggak ada, atau sebaliknya atau dua-duanya terjadi bersamaan," papar dia.

Kendati demikian, Eddy menyebut pemodelan skenario itu belum dibandingkan dengan fakta lokal termasuk posisi air laut, topografi, hingga geografinya. Hal-hal inilah yang bisa menentukan infrastruktur apa yang harus dibangun.

"Itu (Jakarta tenggelam) enggak akan bisa disetop ya, itu akan bakal terjadi. Opsinya dua, mengganti giant wall dengan misalnya mangrove atau dengan menjadikan Jakarta kota air seperti Venice, tapi itu hal yang tidak mudah," kata dia.

Yang jelas, penggunaan air tanah dan model pembangunan perlu diubah. Misalnya, tidak membangun hunian atau gedung di dekat pantai, meninggikan permukaan tanah, dan membuat pemecah gelombang agar air tidak masuk ke kawasan permukiman.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/29/18335421/ahli-bicara-ancaman-jakarta-tenggelam-sebut-penyebabnya-2-faktor-ini

Terkini Lainnya

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke