Salin Artikel

Kali Angke yang Kini Mudah Meluap, Dulunya Jadi Andalan Moda Transportasi Air Batavia

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga yang tinggal di dekat Kali Angke, Kembangan Utara, Jakarta Barat, harus punya tingkat kesabaran tinggi serta responsif.

Pasalnya, Kali Angke bisa meluap secara tiba-tiba, meski matahari sedang menyorot dengan teriknya.

Ketua Kampung Siaga Bencana Kembangan Utara, Durachim mengatakan, setidaknya terdapat empat wilayah RW di Kelurahan Kembangan Utara yang menjadi langganan luapan sungai tersebut.

"Kembangan Utara itu ada beberapa titik banjir luapan Kali Angke, yaitu RW 001, RW 011, RW 009, dan sebagian RW 003," ujar Durachim Nur saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Selasa (8/11/2022).

Rutin dilanda banjir, pemerintah dan warga tentunya tidak tinggal diam. Sejumlah upaya penanganan banjir pun telah dilakukan seperti pembuatan tanggul setinggi 4 meter dan pembuatan sumur resapan.

Dur mengatakan pembuatan sejenis tanggul belum terealisasi di seluruh sisi sungai. "Itu dibangun zaman Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012), ratusan meter panjangnya," ujar Durachim.

"Tapi masih ada sisi yang lain. Dua tahun lalu, sudah kami ajukan supaya dibangun beserta fasilitas pompa. Katanya Desember nanti jadi, masih kami kawal," lanjutnya.

Ia pun menaruh harapan besar dari pembuatan tanggul dan pompa yang dianggap dan menyelamatkan warga dari kebanjiran.

Sementara itu, produk sumur resapan, dinilainya tidak efektif jika dibangun di pinggir Kali Angke. "Di sini sumur resapan ada sekitar 10 sumur, tapi agak percuma soalnya dekat kali," kata dia.

Menurut Durachim, sumur resapan hanya berpengaruh jika air datang dengan debit sangat sedikit. Sementara itu, Kali Angke selalu meluapkan air dalam volume besar.

"Enggak berpengaruh karena baru nampung beberapa meter air, sudah penuh. Kalau airnya luapannya sedikit banget, baru berpengaruh. Tapi di sini banyak," kata Dur.

Dulunya andalan transportasi logistik

Kali Angke yang kini dikenal sebagai sumber banjir, dulunya pernah menjadi andalan transportasi air mengangkut bermacam bahan logistik dari Tangerang ke Batavia.

Sejarawan Jakarta, Mona Lohanda, mengatakan sebelum tahun 1760, Kali Angke lebih banyak dimanfaatkan sebagai alat transportasi air.

"Kali Angke banyak digunakan baik untuk mengangkut hasil bumi, kayu, maupun bahan bangunan lainnya," kata Mona kepada Kompas.

"Kala itu tepian Kali Angke jauh lebih ramai ketimbang Kali Ciliwung," lanjutnya.

Ramainya tepian Kali Angke disebabkan perkembangan Kota Batavia berawal dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, lalu meluas ke Jakarta Barat lokasi dari Kali Angke.

"Riwayat panjang Angke ini terus mewarnai sejarah urban Jakarta hingga hari ini," kata Mona.

Festival air

Selain menjadi andalan transportasi air, Kali Angke juga sempat menjadi tempat andalan pelaksanaan festival air yang merupakan tradisi bawaan warga peranakan Tionghoa.

Leonard Y Andaya dalam bukunya, The Heritage Of Arung Palakka, menulis, di bawah Kapitan Tionghoa pertama, Souw Beng Kong, ribuan peranakan Tionghoa didatangkan dari Tangerang.

Sebagian besar mereka, mengembangkan perkebunan tebu dengan memanfaatkan air terutama dari Kali Angke dan Ciliwung.

Tak heran jika Batavia kemudian dikenal sebagai salah satu pemasok gula dunia.

Dari perkebunan tebu inilah kemudian muncul sejumlah tradisi dan festival air di tepian Kali Angke sejak dari ruas Tangerang sampai Batavia.

Tradisi dan festival air tersebut antara lain Pek Cun (lomba perahu naga), melepas kura-kura, dan ikan ke sungai.

Kelenteng-kelenteng dan rumah kawin (balai pernikahan) pun tumbuh bertebaran di beberapa ruas Angke.

Sampai awal tahun 1990-an, sejumlah rumah kawin di tepi Kali Angke di ruas Jalan Tubagus Angke, terutama di sekitar Pesing Poglar, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakarta Barat, masih tampak.

Kini, rumah-rumah kawin tersebut hanya bisa dijumpai di kawasan Teluk Naga dan Sewan, di Kecamatan Kampung Melayu, Kabupaten Tangerang.

Hal serupa juga disampaikan Mona Lohanda. ”Perkebunan tebu berawal dari Tangerang, kemudian meluas ke Batavia," ujarnya kepada harian Kompas.

"Ini menunjukkan, imigran Tiongkok terbesar ke Batavia berasal dari Tiongkok Selatan. Ya, dari suku Hokkian. Mereka umumnya petani tebu,” lanjutnya

Pusat kegiatan ekonomi

Mona mengakui imigran Tiongkok kala itu lebih memilih tepian Kali Angke sebagai kawasan permukiman dibandingkan dengan tepian Kali Ciliwung.

Selain karena Angke lebih kecil dibandingkan Ciliwung, juga karena Ciliwung melintas di tengah kota Batavia, sedangkan Angke tidak.

Karena melintasi kota, maka di beberapa ruas Kali Ciliwung tumbuh kegiatan ekonomi kota, sedangkan di beberapa ruas Kali Angke berkembang kegiatan ekonomi pedesaan.

”Para imigran yang umumnya petani ini biasanya memilih tempat tinggal ataupun tempat kerja yang suasananya mirip atau merujuk ke kampung halaman mereka," kata Mona.

"Hanya sebagian kecil imigran Tiongkok yang hidup di kota. Mereka umumnya adalah pedagang besar, termasuk pedagang opium, bankir, dan bagian dari birokrat VOC ataupun Hindia Belanda,” lanjutnya.

(Kompas.com: Mita Amalia Hapsari | Kompas: Windoro Adi)

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/30/07043691/kali-angke-yang-kini-mudah-meluap-dulunya-jadi-andalan-moda-transportasi

Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke