Salin Artikel

Ketika Orangtua Murid Mati-matian Bertahan, Satpol PP Mundur Tak Jadi Eksekusi SDN Pondok Cina 1

DEPOK, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Depok berusaha mengeksekusi bangunan SDN Pondok Cina 1 pada Minggu, (11/12/2022). 

Eksekusi dilakukan setelah masa ujian siswa selesai. Pemkot Depok melalui Satpol PP sudah mengeluarkan surat perintah agar seluruh aset SDN Pondok Cina 1 dikosongkan.

Dalam surat itu tertulis bahwa Satpol PP Kota Depok berencana untuk melaksanakan kegiatan pengamanan, pemusnahan bangunan aset SDN Pondok Cina 1.

Namun sesampainya di sana, Satpol PP diadang orangtua murid yang masih mati-matian bertahan. Mereka tidak terima bangunan tersebut digusur hari itu juga. 

Sebagai bentuk keseriusan, mereka sudah menginap, bersiap "menyambut" kehadiran aparat sejak Sabtu malam. 

Paginya, Satpol PP pun berhadap-hadapan dengan orangtua siswa. 

Kepala Satpol PP Kota Depok N Lienda Ratnanurdianny menarik anggotanya setelah diskusi untuk rencana pengosongan aset berjalan alot.

"Harus ada forum untuk bisa berdialog lagi, kalau kami memaksa masuk, walau punya kewenangan karena ini aset pemerintah, namun melihat kondisi dan menjaga situasi yang kondusif, maka kami buka lah komunikasi daripada sekarang di jalan dan ngotot tidak ada ujungnya," ujar Lienda di lokasi, Minggu.

Dalam dialog itu, kata Lienda, Pemkot Depok dan pihak orangtua murid sepakat untuk menggelar diskusi terkait penggusuran SD Negeri Pondok Cina 1 itu di kemudian hari.

Namun, jadwal diskusi antar kedua belah pihak masih belum menemui titik terang.

Kuasa hukum dari orangtua murid SD Negeri Pondok Cina 1 Airlangga Julio menerima usulan tersebut.

Namun, ia meminta agar Pemkot Depok mengundang semua pihak secara formal, terutama bagi mereka dirugikan.

"Untuk melengkapi pertemuan ini, agar sebagai upaya formal, ada undangan resmi dari pihak Pemkot Depok kepada pihak orangtua," jelas Julio.

"Setelah kami meninjau, baru kami akan sampaikan kepada ibu (Kasatpol PP) kapan, kami bersedia dengan semua kelengkapan itu," tambah dia.

"Mengapa baru sekarang?"

Rencana dialog yang diajukan oleh Pemkot Depok pun menimbulkan pertanyaan baru bagi orangtua murid, salah satunya untuk Hendro (43).

Kata Hendro, mengapa Pemkot Depok baru mengajak berdialog setelah ada penolakan dari sejumlah orangtua murid.

"Ya harusnya dari pertama (ada dialog). Jangan sudah seperti ini, baru diundang. Pemerintah ke mana saja? Kenapa enggak dari awal, giliran sudah ribut, baru kami diundang," ujar Hendro.

Hendro dan sejumlah orangtua murid pun memilih terus melawan penggusuran, meski pihak Pemkot sudah terbuka untuk berdialog.

Pihaknya akan terbuka apabila murid di SDN Pondok Cina 1 direlokasi ke tempat yang layak tanpa dipecah.

"Kami tetap pada tuntutan awal. Silakan dibangun, tapi relokasi kami di satu tempat yang tidak dipecah. Kalau memang mau ajak diskusi, kami maunya dengan Wali Kota ya, langsung," tegas dia.

Mewakili orangtua murid, Hendro menyatakan tetap bertahan di SDN Pondok Cina hingga permasalahan selesai.

"Yang kami lakukan adalah bertahan saja, enggak lebih dari itu, karena buat kami, secara advokasi ini masih cacat hukum," tutur Hendro.

Kenapa masjid raya harus di Margonda?

Kuasa Hukum Airlangga Julio pun ikut mempertanyakan perihal urgensi penggusuran SDN Pondok Cina 1 yang akan dialihfungsikan sebagai Masjid Raya.

Sebab, kata dia, sudah ada belasan masjid yang dibangun untuk umum di sepanjang wilayah Margonda, Depok.

"Di sepanjang jalan Margonda ini, kalau dihitung ada 12 masjid. Jadi, kami mempertanyakan juga urgensinya (pembangunan Masjid Raya)," jelas Julio.

Jika penggusuran dilakukan, Julio menyebut Pemkot Depok harus memerhatikan nilai dan hak-hak masyarakat dengan baik.

Terlebih, Pemkot Depok harus melibatkan orangtua murid dan tidak secara sepihak untuk mengambil keputusan.

"Orangtua murid harus dilibatkan secara intensif, tidak sepihak, tidak hanya mengambil keputusan, 'Ya sudah, kami memang seperti ini, terima. Kalau tidak terima, kami paksa'. Tidak, tidak sepihak seperti itu," kata Julio.

Pemkot Depok perlu memikirkan kondisi psikologis anak-anak

Ia pun meminta agar Pemkot Depok memikirkan segala aspek termasuk kondisi psikologis seluruh murid SDN Pondok Cina 1.

Sebab, Julio menerima banyak informasi soal siswa-siswi yang mendapat perundungan ketika dipindahkan ke sekolah lain.

"Orangtua murid memang tidak berkeberatan jika dipindahkan, tapi pemindahannya dengan memenuhi hak dan proses yang layak. Dipindahkan ke satu tempat yang memang menaungi seluruh anak murid, tidak terpecah agar tidak terjadi adaptasi baru dan perundungan," tegas Julio.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/12/07352581/ketika-orangtua-murid-mati-matian-bertahan-satpol-pp-mundur-tak-jadi

Terkini Lainnya

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke