JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian besar nelayan di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara tak bisa mencari hasil tangkapan laut lantaran ombak tinggi dan cuaca yang buruk sejak Desember 2022.
Salah satu nelayan kapal motor (KM) Jaya Utama 18 bernama Sabar (38) mengaku sudah tak melaut sejak 13 Desember 2022.
Dalam kurun waktu tersebut, dia hanya beraktivitas di dalam kapal yang bersandar di Pelabuhan Nizam Zachman.
"Jadi ini kondisinya agak mending mulai sekitar 4-5 hari yang lalu ini sudah lebih baik," ucap Sabar saat ditemui Kompas.com di Pelabuhan Nizam Zachman, Selasa (2/1/2023) sore.
"Kalau cuaca di sini lebih baik, cuma enggak tahu kalau di tengah laut belum dapat informasi lagi dari BMKG juga," sambung dia.
Sabar yang sehari-hari mencari ikan tongkol di Laut Jawa bagian Selatan mengatakan, saat cuaca buruk biasanya anak buah kapal memperbaiki kapal. Mereka mengecat, mengelas, dan memeriksa mesin kapal sebelum kembali berlayar ke laut lepas.
"Memang kalau untuk cuaca begini ya untuk perbaikan lah kerusakan dan segala macam fasilitas kapal. Jadi kalau untuk berlayar di bulan depan ataupun dua bulan ke depan kami enggak ada kendala untuk mencari rezeki, aman-aman aja," imbuh dia.
Sabar bersama para ABK lain pun masih menunggu informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkait cuaca di tengah laut. Nantinya, apabila cuaca dinilai laik maka pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) bakal memberikan izin pelayaran kepada kapal-kapal di sana.
"Kalau melihat informasi dari BMKG. Kami enggak bisa sembarangan, ini kan kapal ada izinnya jadi yang bikin izin itu dari Kesyahbandaran, kami enggak ilegal semuanya resmi," ucap Sabar.
Potensi cuaca ekstrem hingga 5 Januari 2023
BMKG memprediksi mulai 3-5 Januari 2023 sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang.
Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, ex-siklon tropis Ellie terpantau di Australia bagian barat, memiliki kecepatan angin maksimum 30 knot dan tekanan udara 997 mb.
Sistem ini menginduksi kecepatan angin di atas 25 knot (low level jet) di Samudra Hindia sebelah selatan Nusa Tenggara dan di Australia bagian barat.
Sirkulasi siklonik juga terpantau di Laut Sulu dan Samudera Hindia Barat Aceh.
Daerah konvergensi lainnya memanjang dari Samudera Hindia Barat Bengkulu hingga Lampung, dari Pesisir selatan Banten hingga Jawa Barat, dari Kalimantan Timur hingga Sulawesi Tengah, dari Selat Makassar hingga Teluk Bone, serta daerah konfluensi di Laut Jawa, NusaTenggara, Laut Flores, Laut Banda dan Laut Arafuru.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar bibit siklon tropis, sirkulasi siklonik, sepanjang daerah low level jet, serta di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut," jelas Guswanto dalam keterangannya, Rabu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/03/20543041/cuaca-buruk-nelayan-di-pelabuhan-nizam-zachman-tak-melaut-sejak