JAKARTA, KOMPAS.com - Kepingan kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh tersangka Wowon Erawan alias Aki (60), Solihin alias Duloh (63), dan M Dede Solehudin (35) di Cianjur-Bekasi, Jawa Barat, mulai tersingkap.
Pembunuhan berantai ini terungkap setelah satu keluarga ditemukan tergeletak lemas di rumah kontrakan daerah Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi, pada Kamis (12/1/2023).
Para korban di Bekasi diracun karena mengetahui penipuan dan pembunuhan yang sebelumnya dilakukan Wowon bersama Dede dan Duloh di Cianjur.
Fakta baru mengungkap bahwa tersangka Wowon selama ini menyamar sebagai figur fiktif bernama "Aki Banyu", sosok yang dianggap sakral oleh dua tersangka lainnya dan para korban.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Haryadi berujar, Wowon berperan menjadi Aki Banyu dengan mengubah suaranya menjadi seperti orang lain.
Wowon bahkan membuat sosok Aki Banyu seolah tokoh yang sangat sakral sehingga tidak bisa sembarangan ditemui orang lain.
"Si Wowon ini selain pekerjaan yang lain, profesinya adalah dalang. Jadi, suaranya bisa berubah. Ini dipraktikkan pada saat pemeriksaan kemarin," ungkap Hengki, Selasa (24/1/2023).
Peran ini dilakoni Wowon untuk memuluskan tipu muslihatnya, sekaligus memerintahkan komplotannya secara diam-diam dari balik layar.
Komplotan Wowon ikut tertipu
Fakta terbaru itu telah melengkapi fakta sebelumnya bahwa ketiga pelaku menipu para tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri, dengan modus memiliki kemampuan supranatural.
Baik Wowon, Duloh, maupun Dede berpura-pura bisa melipatgandakan uang, sehingga para korban dijanjikan menjadi kaya raya ketika kembali ke Indonesia.
Dalam proses pemeriksaan, tersangka Duloh dan Dede ternyata selama ini tak menyadari bahwa selama ini sosok Aki Banyu adalah Wowon.
Sebab, Aki Banyu hanya memberikan perintah melalui sambungan telepon, tanpa sekalipun menunjukkan dirinya.
Duloh dan Dede baru mengetahui bahwa sosok misterius bernama Aki Banyu adalah figur fiktif yang diperankan oleh Wowon, setelah ketiganya ditangkap atas aksi pembunuhan berantai.
Selama ini, perintah yang diberikan kepada Duloh dan Dede berupa rencana pembunuhan dengan cara mencekik hingga meracun para korban. Adapun para korbannya diminta untuk menyeberang laut agar mendapatkan kesuksesan.
"Aki Banyu ini yang memerintahkan untuk melakukan pembunuhan. Modus atau cara untuk membunuh korban, sebagai contoh ada yang dicekik, ada yang diracik (racun). Kemudian untuk korban agar sukses harus menyeberang laut," kata Hengki.
Belasan TKW terpedaya
Sejauh ini, kata Hengki, polisi menemukan 11 tenaga kerja wanita (TKW) yang menjadi korban penipuan Wowon dkk. Hal itu diketahui setelah penyidik mendalami keterangan para tersangka dan saksi-saksi.
Para korban diminta mengirimkan sejumlah uang kepada tersangka Dede melalui transfer ke rekening bank atau wesel yang nantinya akan diambil di kantor pos.
Uang tersebut dijanjikan pelaku akan dilipatgandakan dengan kemampuan supranatural yang dimiliki.
"Dua jenis pengirimannya, melalui rekening maupun melalui western union atau sejenis wesel yang bisa diambil di kantor pos, pegadaian, dan lain sebagainya," tutur Hengki.
Hengki belum menjelaskan secara terperinci identitas dari para TKW yang menjadi korban itu. Dua di antaranya, yakni Siti dan Farida, tewas usai menagih uang yang telah dilipatgandakan oleh pelaku.
Adapun penyidik masih menyelidiki penyebab pasti kematian kedua korban. Sementara ini, korban Siti diduga dibunuh dengan cara diceburkan ke laut dari atas kapal saat perjalanan menuju Mataram.
Sementara itu, korban Farida diduga dibunuh dan dikubur di lubang galian dekat rumah pelaku di Cianjur, Jawa Barat.
(Penulis : Tria Sutrisna | Editor : Nursita Sari)
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/25/14065001/saat-wowon-tipu-komplotannya-sendiri-mengaku-sebagai-aki-banyu-untuk