DEPOK, KOMPAS.com - Belasan siswa SDN Pengasinan 1, Sawangan, Depok, keracunan akibat mengonsumsi roti yang diberikan secara gratis di sekolah mereka.
Pemberian itu roti gratis itu bermula dari kegiatan promosi yang dilakukan salah satu perusahaan kepada para siswa SDN Pengasinan 1.
Hal itu disampaikan Kepala Sekolah SDN Pengasinan 1, Yeti Suhesti saat dikonfirmasi pada Rabu (25/1/2023).
Yeti mengaku dihubungi oleh salah satu perusahaan roti yang menawarkan produknya secara gratis untuk dibagikan kepada siswa SDN Pengasinan 1 pada Senin (23/1/2023) malam.
Tawaran itu lantas disepakati oleh Yeti.
"Saya ditelepon sama manajer lapangan perusahaan roti. Mohon izin promosi, saya bilang silakan. Namanya dibagi roti gratis pihak kepala sekolah juga senang," kata Yeti.
Dalam kesepakatan itu, pihak perusahaan roti sempat menanyakan jumlah siswa secara keseluruhan.
Hal tersebut untuk menyesuaikan jumlah roti yang akan dibagikan kepada para siswa.
"Ditanya jumlah murid berapa, dikirim sesuai jumlah murid. Saya bilang 620," ujar Yeti.
Keesokan harinya, atau pada Selasa (24/1/2023), sales dari perusahaan roti tersebut mendatangi SDN Pengasinan 1 Depok untuk menindaklanjuti promosi produknya yang akan membagikan roti kepada para siswa.
Yeti berujar, ratusan roti itu dibagikan oleh sejumlah karyawan perusahaan roti dan para guru di SDN Pengasinan 1.
"Nah jam 09.30 WIB sampai, langsung anak-anak berbaris di depan halaman kelas 1,2,5,6, kelas pagi itu," kata Yeti.
Saat itu, ia sempat mengingatkan para guru untuk melihat tanggal kedaluwarsa sebelum membagikan roti itu kepada siswa mereka.
Menurut Yeti, roti yang diberikan guru masih layak konsumsi sebelum 27 Januari 2023.
"Setiap bagiin dilihat dulu sama guru, expired-nya. Masa expired tanggal 27 Januari 2023. Waktu itu 24 Januari masih 3 hari ke depan masih bisa dimakan," Yeti.
Setelah sejumlah siswa mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi roti, baru lah diketahui ada roti yang sudah kedaluwarsa.
Hal itu diketahui setelah pihak sekolah mengecek bungkus roti yang sudah dibuang ke kotak sampah.
"Saya kumpulin (kemasan roti) kebanyakan tanggal 27, tapi saya temuin ada yang tanggal 23 ada juga 22, tapi enggak banyak," ujar dia.
Yeti curiga roti kedaluwarsa yang dikonsumsi siswanya itu diberikan oleh petugas sales.
"Bukan guru, kalau yang dipegang sama guru dilihat (tanggal kedaluwarsa), baru bagi," kata Yeti.
Atas temuannya itu, Yeti lantas menegur petugas sales bersangkutan karena dinilai lalai membagikan roti yang sudah masuk masa kedaluwarsa. Namun, sang sales mengelak.
"Saya konfirmasi ke salesnya. Saya kasih peringatanlah. Ini buktinya, saya ngambil dari box roti, tapi dia (sales) mengelak," kata dia.
Belasan anak keracunan
Salah satu orangtua murid, Rosita, mengatakan bahwa anaknya tiba-tiba mengeluh sakit perut sepulang dari sekolah.
Kepada Rosita, sang anak mengaku merasakan sakit perut setelah memakan roti yang dibagikan di sekolah.
"Kami tahunya itu setelah anak-anak pulang pada ngeluh sakit perut semua. Saya tanya ternyata dia bilangnya ada pembagian roti gratis di sekolah," kata Rosita kepada wartawan, Rabu (25/1/2023).
Selain anak Rosita, terdapat 13 siswa yang juga dikabarkan keracunan dengan gejala berbeda-beda.
"Sampai saat ini terpantau ada 14 siswa. Katanya ada lima lagi, tapi belum saya kroscek lagi," kata Rosita.
"Karena reaksinya beda-beda, ada yang pusing, mual, dan ada yang langsung buang-buang air," sambung dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/26/05180021/duduk-perkara-belasan-siswa-sdn-pengasinan-1-depok-keracunan-berawal-dari